Berani Menyatakan Kebenaran

Exposenews.id, MANADO – Shalom. Mari kita renungkan firman Tuhan dalam Kisah Para Rasul 25:6-8 yang berkata:

(6) Festus tinggal tidak lebih dari pada delapan atau sepuluh hari di Yerusalem. Sesudah itu ia pulang ke Kaisarea. Pada keesokan harinya ia mengadakan sidang pengadilan, dan menyuruh menghadapkan Paulus.

(7) Sesudah Paulus tiba di situ, semua orang Yahudi yang datang dari Yerusalem berdiri mengelilinginya dan mereka mengemukakan banyak tuduhan berat terhadap dia yang tidak dapat mereka buktikan.

(8) Sebaliknya Paulus membela diri, katanya: “Aku sedikitpun tidak bersalah, baik terhadap hukum Taurat orang Yahudi maupun terhadap Bait Allah atau terhadap Kaisar.”

Keluarga Kristen yang dikasihi dan diberkati Tuhan Yesus, kebenaran seringkali mudah untuk kita ucapkan, namun sesungguhnya sulit untuk dilakukan, sehingga kebenaran banyak kali hanya menjadi kata-kata manis (lips sevice). Karena sikap hidup kita sering bertentangan dengan kebenaran, pola hidup kita tidak sesuai dengan apa yang kita ucapkan dan lakukan. Memang menjadi orang benar belum tentu dapat luput dari persoalan.

Paulus dalam bacaan kita hari ini menunjukan sikap hidup yang tetap teguh membuktikan kebenaran yang sesungguhnya seperti yang ia katakan sebagai pledoi (pembelaan) atas tuduhan yang diberikan kepadanya: “aku sedikit pun tidak bersalah baik terhadap hukum Taurat orang Yahudi maupun terhadap Bait Allah atau terhadap Kaisar”. Kata-kata Paulus ini sangat tegas menolak tuduhan yang mengatakan bahwa ia telah menimbulkan kerusuhan atau huru hara, baik di Bait Allah, maupun tempat lain di kota (pasal 24:12).

Inilah yang disebut sebagai pembelaan iman (Yunani: apologet). Pembelaan Paulus di depan pengadilan Perkius Festus, bersifat doktrinal (ajaran agama) di mana Yesus Kristus yang mati adalah yang bangkit (hidup).

Bagi pengadilan Romawi tidak memiliki kepentingan tentang keyakinan seseorang karena hal ini adalah masalah ajaran agama Yahudi.

Keluarga Kristen yang dikasihi dan diberkati Tuhan Yesus, sikap Paulus yang berani sangat jelas mempertahankan kebenaran yang sesungguhnya. Sikapnya menunjukkan integritas diri (satu kata dan perbuatan) tentang hidup yang taat, tidak cemar, hidup bersih dan setia kepada Yesus Kristus.

Sebagai orang beriman kita perlu belajar dari sikap Paulus untuk tetap berupaya hidup sesuai dengan kehendak Yesus Kristus, menyatakan kebenaran tanpa takut dan gentar. Karena walaupun kita dekat dengan Yesus Kristus, bukan berarti kita akan bebas dari masalah.

Sebab jika kebenaran tidak dinyatakan, maka ketidakbenaran akan dipandang sebagai kebenaran. Oleh karena itu, marilah kita bangun pola hidup yang benar di dalam kehidupan sebagai keluarga kristen. Amin.

(Renungan Harian Keluarga)