Exposenews.id, MANADO – Shalom. Mari kita renungkan firman Tuhan dalam Kisah Para Rasul 5:7-8 yang berkata:
(7) Kira-kira tiga jam kemudian masuklah isteri Ananias, tetapi ia tidak tahu apa yang telah terjadi.
(8) Kata Petrus kepadanya: ”Katakanlah kepadaku, dengan harga sekiankah tanah itu kamu jual?” Jawab perempuan itu: ”Betul sekian.”
Keluarga Kristen yang dikasihi dan diberkati Tuhan Yesus, Ananias mati dan tiga jam kemudian Safira, istrinya tiba di tempat itu tanpa mengetahui bahwa suaminya telah meninggal. Rasul Petrus menguji Safira dengan bertanya tentang jumlah uang yang diperoleh dari penjualan sebidang tanah milik mereka.
Safira memilih untuk berbohong. Dia tidak jujur menyatakan yang sebenarnya dan dengan sengaja menyembunyikan sebagian dari hasil penjualan tersebut.
Safira tampaknya lebih memilih untuk membela dirinya sendiri dan mungkin juga untuk menjaga reputasi atau mendapatkan keuntungan di mata manusia. Pilihan ini bertentangan dengan prinsip-prinsip kejujuran dan ketulusan di hadapan Tuhan Allah. Padahal ada satu kesempatan terakhir baginya untuk menyatakan kebenaran dengan menyatakan yang benar.
Keluarga Kristen yang dikasihi dan diberkati Tuhan Yesus, ketika Rasul Petrus bertanya dan memberi kesempatan Safira untuk mejawab, itu merupakan waktu kasih karunia Tuhan Allah baginya menyatakan kebenaran. Namun Safira menolak untuk mengakui kebenaran dan bertahan pada pilihannya untuk berbohong.
Ia pun tidak menunjukkan penyesalan atau tanggung jawab atas perbuatannya. Dia memiliki kesempatan untuk dapat menjawab dengan jujur dan benar, tetapi ia memiliki kebebasan juga untuk tetap pada kebohongan. Safira gagal menghadapi ujian rohani yang mengakibatkan konsekuensi yang serius, yaitu kematian.
Safira mengalami kegagalan yang tragis ketika dihadapkan pada ujian rohani. Pada saat itu, dia lebih memilih untuk berdusta dan tetap tidak jujur mengenai jumlah harta yang mereka terima dari penjualan sebidang tanah. Pilihannya tidak didasarkan pada prinsip-prinsip kebenaran dan kejujuran, melainkan lebih mendasarkan pada kehendak dan keinginan pribadi untuk tidak mau rugi.
Keluarga Kristen yang dikasihi dan diberkati Tuhan Yesus, kisah ujian kepada Safira mengajarkan kita untuk berhati-hati dalam menghadapi godaan untuk melakukan dosa yang disengaja. Penting untuk selalu memilih kebenaran dan kejujuran, membuka hati untuk pertobatan dan memegang teguh nilai-nilai kekudusan dalam setiap aspek kehidupan.
Marilah kita sebagai keluarga Kristen memperkuat integritas iman. Penting bagi kita memprioritaskan kehendak Tuhan Allah dalam setiap aspek kehidupan.
Bangun fondasi keluarga yang didasarkan pada kebenaran dan kejujuran. Jangan pernah mengabaikan kekuatan doa.
Ketika dihadapkan pada ujian atau kesulitan, penting untuk berkomunikasi secara bijak di antara anggota keluarga. Diskusikan masalah, cari solusi bersama, dan dukung satu sama lain.
Dalam menghadapi ujian, gunakan Firman Tuhan sebagai pedoman. Tuhan Yesus Kristus memberkati. Amin.
(Renungan Harian Keluarga)