Cegah Inflasi Jelang Idul Fitri, BI Sulut Lakukan HLM Marathon di Kabupaten Kota

Kepala KPw BI Sulut Andry Prasmuko berbincang dengan wartawan ekonomi. Foto Ronald Ginting.
banner 120x600

Exposenews.id, Manado – Dalam waktu dekat, umat Muslim di Sulawesi Utara (Sulut) akan menyambut Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN) Idul Fitri. Kantor Perwakilan Bank Indonesia Sulut sudah miliki strategi guna menjaga dan mengendalikan inflasi jelang Idul Fitri.

Salah satunya adalah melakukan high level meeting (HLM) secara marathon di seluruh kabupaten kota. HLM ini diadakan guna mencari solusi dari permasalahan yang ada di masing-masing daerah.

“BI sudah melakukan high level meeting di seluruh kabupaten dan kota. Tidak bersamaan tetapi kami melakukan secara marathon untuk memfasilitasi dan membicarakan kondisi terkini, sekaligus mencari solusi terhadap permasalahan yang ada,” ujar Kepala Kantor Perwakilan BI Sulut, Andry Prasmuko kepada wartawan, Kamis (9/3/2023).

Dikatakan Andry bahwa wilayah Bolaang Mongondow (Bolmong) raya lebih dulu dilakukan HLM. Berikut wilayah Manado dan Kepulauan.

“Isu pertama adalah kondisi di daerah masing-masing seperti apa. Karena setiap daerah pasti tidak sama,” ujar Andry saat didampingi dua Deputi BI Sulut Fernando Butarbutar dan Marwadi.

Andry mencontohkan, untuk wilayah kepulauan yang kerap mengalami kendala transportasi. Kondisi yang sulit tersebut, menjadi pemicu terjadinya gejolak harga. Namun, menurutnya, ada dugaan permainan dari pedagang besar.

“Pemain besar itu sudah ada, yakni pedagang yang menggerakkan stok dari titik satu ke titik yang lainnya. Dan ini yang selalu terjadi,” ungkap Andry.

BI terus mendorong program pemerintah, sebagaimana yang digulirkan Gubernur Olly Dondokambey melalui Marijo Bakobong. “Program arahan Pak Gubernur ini sudah direspon kabupaten dan kota, dengan tagline masing-masing sesuai dengan kearifan lokal, untuk melakukan gerakan menanam yang telah berjalan baik,” jelasnya.

Untuk mengendalikan inflasi, BI Sulut, kata Andry telah menyumbang 350 bibit bawang, rica (cabai) dan tomat (barito) yang disebar di kabupaten dan kota. “Kami juga membantu pupuk yang dapat digunakan cukup untuk tiga bulan. Bahkan BI juga memberikan pendampingan, dengan harapan gaungnya dapat dirasakan masyarakat,” sebutnya.

Adanya gejolak harga bahan pangan, yakni beras yang terjadi belakangan ini, Andry menyebut bahwa sesuai fakta yang ada, Sulut tidak mengalami kekurangan stok. Karena di pasar sejatinya tersedia dalam jumlah cukup.

“Agar harga tidak tinggi, BI mendorong untuk melakukan sidak pasar yang bekerja sama dengan Bulog secara intensif. Sebagaimana yang telah dilakukan di Kotamobagu. Kami turun bersama-sama dengan Pemprov Sulut yang dihadiri wakil gubernur. Bulog juga buka stand sehingga terintegrasi. Strategi ini, harapannya dapat direplikasilan di seluruh kabupaten dan kota,” tukasnya.

Ditambahkannya, untuk mempertajam strategi, Andry kembali menyampaikan bahwa semua permasalahan tidak hanya terletak pada ketersediaan stok dan permintaan. Tetapi juga berkaitan dengan psikologis dari penjual dan pembeli, yang juga harus dijaga.

“Waktu di Kotamobagu kita bersinergi dengan pemuka agama, dengan harapan dapat membantu program TPID. Bukan dalam bentuk sosialisasi, tetapi bagaimana menjaga umat agar tidak panic buying, melainkan tetap keep cool. Bahkan bisa disampaikan dari mimbar agar pedagang tidak ambil untung banyak-banyak,” tutup dia.

(RTG)