Exposenews.id, Manado – Tekanan inflasi cenderung rendah terjadi di Provinsi Sulawesi Utara pada Juni 2021. Indeks Harga Konsumen (IHK) Kota Manado mencatatkan inflasi sebesar 0,07% (mtm), sementara IHK Kota Kotamobagu mengalami deflasi sebesar 0,09% (mtm).
Secara tahunan, inflasi Manado dan Kotamobagu pada Juni 2021 masing-masing tercatat sebesar 2,41% (yoy) dan 2,00% (yoy), menunjukkan bahwa angka inflasi keduanya masih berada dalam rentang target inflasi nasional 3±1% (yoy). Inflasi tahunan kedua kota tersebut lebih tinggi dibandingkan inflasi tahunan nasional sebesar 1,33% (yoy).
Bila dilihat lebih detail, IHK Manado digerakkan oleh empat kelompok pembentuk inflasi. Dari empat kelompok tersebut, kelompok Transportasi dan kelompok Perawatan Pribadi dan Jasa Lainnya menjadi sumber tekanan inflasi utama meski masih relatif rendah. Kedua kelompok tersebut memberikan kontribusi inflasi sebesar 0,06% (mtm) dari total inflasi bulanan kota Manado sebesar 0,07% (mtm). Dari Sisi transportasi, kenaikan IHK tarif angkutan udara sebesar 2,11% (yoy) satu-satunya komoditas yang bergerak signifikan pada kelompok tersebut.
“Kenaikan ini sejalan dengan dengan kenaikan mobilitas masyarakat melalui angkutan udara pada Juni terutama sejak kebijakan larangan mudik berakhir pada Mei 2021. Hal ini juga diindikasikan oleh kenaikan angka rata-rata google mobility report pada komponen transit yang pada Mei tercatat -34% menjadi -11% pada Juni 2021,” kata Kepala KPw Bank Indonesia Sulawesi Utara, Arbonas Hutabarat, Minggu (4/7).
Kelompok Perawatan Pribadi dan Jasa Iainnya mengalami pergerakan didorong Oleh kenaikan IHK komoditas emas perhiasan sebesar 2,63% (mtm). Kenaikan komoditas ini sejalan dengan kembali meningkatnya ketidakpastian terkait risiko pengendalian pandemi.
Arbonas menjelaskan kenaikan tekanan inflasi di Manado tertahan oleh penurunan terbatas IHK kelompok Makanan, Minuman dan Tembakau yang secara agregat memberikan kontribusi sebesar 0,02% (mtm) terhadap total inflasi Manado. Terbatasnya tekanan inflasi kelompok tersebut terutama dipengaruhi penurunan IHK komoditas strategis cabai rawit dan bawang merah.
“Namun, masih terdapat komoditas yang mengalami kenaikan seperti komoditas perikanan dan tomat,” ujar Arbonas.
Berbeda dengan Manado, Kotamobagu pada Juni 2021 tercatat mengalami deflasi meski dengan besaran yang relatif rendah. Penurunan IHK Kotamobagu terjadi akibat penurunan harga kelompok Makanan, Minuman dan Tembakau yang relatif berdampak lebih besar.
“IHK Makanan, Minuman dan Tembakau memberikan kontribusi deflasi sebesar 0,21% (mtm) dari total deflasi umum Kotamobagu sebesar 0,09% (mtm). Berbeda dengan Manado, komoditas perikanan cenderung mengalami penurunan pada Juni 2021 di Kotamobagu. Ikan cakalang, ikan malalugis, ikan bubara dan ikan asin teri merupakan beberapa komoditas perikanan yang mengalami deflasi dengan total kontribusi deflasi sebesar 0,57% (mtm). Sedangkan komoditas strategis BARITO di Kotamobagu memiliki pergerakan relatif sama dengan di Manado,” tambahnya.
Dikatakannya bahwa kenaikan komoditas bayam, daun bawang, kangkung dan minyak goreng menjadi faktor penahan deflasi yang lebih dalam. Adapun kelompok Perawatan Pribadi dan Jasa Lainnya juga memberikan tekanan inflasi sebagaimana di Manado. Tetapi, faktor pendorong kenaikan kelompok tersebut lebih beragam di Kotamobagu.
“Kenaikan IHK komoditas sabun mandi, pasta gigi, sampo, sabun wajah, emas perhiasan dan tisu menjadi komoditas penyumbang tekanan inflasi kelompok ini dengan kontribusi sebesar 0,05% (mtm),” jelasnya lagi.
Menanggapi pergerakan IHK Manado dan Kotamobagu, Bank Indonesia dan TPID Sulawesi Utara memandang bahwa pergerakan IHK di Sulawesi Utara tidak terlepas dari aktivitas masyarakat Sulut. Tren kenaikan aktivitas masyarakat memberikan indikasi peningkatan realisasi permintaan masyarakat Sulawesi Utara.
“Peningkatan realisasi permintaan tersebut juga tercermin dari pola tekanan inflasi Sulut yang mulai mendekati pola historisnya di mana tekanan inflasi cenderung rendah setelah periode perayaan Hari Besar Keagamaan Nasional,” imbuhnya.
Ke depan, pergerakan IHK Sulut masih akan dipengaruhi oleh tingkat aktivitas masyarakat. Dalam hal ini, risiko pembatasan mobilitas masyarakat seiring dengan adanya kenaikan pasien COVID-19 secara nasional perlu diwaspadai.
Sejalan dengan hal tersebut, tingkat aktivitas masyarakat perlu tetap dijaga dengan aplikasi protokol kesehatan yang ketat. Pengendalian COVID-19 yang sudah berjalan baik di Sulut perlu dipertahankan dan diteruskan. Sementara itu pemanfaatan teknologi perlu dipercepat untuk mendukung berjalannya roda perekonomian daerah yang adaptif dengan kondisi pandemi.
“Perluasan penggunaan platform penjualan online, digitalisasi pasar tradisional, termasuk penggunaan QRIS dapat menjadi alternatif menjaga aktivitas perekonomian dengan minimalisasi kontak,” lanjut dia.
Sementara itu, upaya-upaya stabilisasi harga dan memastikan ketersediaan pasokan diperlukan agar inflasi baik di Kota Manado maupun Kotamobagu tetap berada pada rentang sasarannya. Salah satu bentuknya adalah menjaga kepastian berjalannya distribusi komoditas pangan strategis serta komoditas lainnya yang banyak dipasok dari luar Sulut, di tengah risiko pembatasan mobilitas.
Dalam hal ini, sinergi seluruh dinas dan kementerian/lembaga terkait, termasuk melakukan koordinasi lintas TPID dalam rangka aktivasi Kerja sama Antar Daerah, menjadi salah satu alternatif langkah konkrit yang dapat diambil TPID Kabupaten/Kota untuk mencukupi kebutuhan pangan, keterjangkauan harga dan keberlangsungan roda perekonomian di wilayahnya.
(RTG)