SURABAYA, Exposenews.id – Wakil Wali Kota Surabaya, Armuji, secara mengejutkan melakukan sidak (inspeksi mendadak) untuk menyelidiki dugaan kasus investasi bodong yang melibatkan seorang terduga pelaku berinisial TK, pada Senin (3/11/2025). Selanjutnya, sidak ini berhasil mengungkap setidaknya 20 orang yang dengan berani mengaku sebagai korban. Akibatnya, total kerugian yang mereka derita mencapai angka fantastis, sekitar Rp 1,2 miliar!
Kisah Korban Pertama: Janji Manis Alat Kesehatan di Masa Pandemi
Salah seorang korban, Dwi (37), dengan lantang menceritakan awal mula pertemuannya dengan TK pada tahun 2018. Awalnya, Dwi mengenal TK melalui seorang teman. Kemudian, di masa sulit pandemi Covid-19, TK dengan pintarnya menawarkan investasi alat-alat kesehatan. Pada saat itu, TK berkilah, “Ini loh mbak, aku butuh dana buat suplai rumah sakit-rumah sakit”. Sebagai bukti, di saat alat kesehatan sangat langka, TK mengaku memilikinya.
Tak lama kemudian, Dwi pun tergiur. Pada pembayaran pertama, ia memberanikan diri mengirimkan dana sebesar Rp 70 juta. Hebatnya, janji pengembalian keuntungan Rp 100 juta dalam dua minggu benar-benar dipenuhi! Alhasil, skema ini terus berjalan mulus selama sekitar 8 bulan dengan keuntungan menggiurkan sekitar 30 persen setiap transaksi. Untuk meyakinkan korbannya, TK selalu mengirimkan bukti foto-foto alat kesehatan yang dikirim dan tak lupa membawa nama instansi rumah sakit besar.
Namun, tibalah titik baliknya. Setelah 8 bulan berjalan, pembayaran investasi terakhir yang Dwi setorkan tiba-tiba tak kunjung dibayar. Bahkan, TK kemudian dengan sengaja menjadi sangat sulit untuk dihubungi. Ternyata, sistem yang digunakan adalah sistem gulung tikar atau skema Ponzi. Misalnya, kita setor Rp 70 juta, lalu kita dikasih Rp 100 juta, dan di hari yang sama sorenya dia meminta lagi investasi Rp 120 juta,” tutur Dwi membongkar modusnya.
Bahkan, upaya para korban untuk mendatangi rumah TK selalu berakhir dengan pengusiran. Menurut pengakuan Dwi, jika yang membuka pintu adalah TK sendiri, ia akan berkata, “Jangan di sini ya mbak, nanti ketahuan suami saya, saya dipukuli, saya diusir.” Sebaliknya, jika suaminya yang membuka, ia akan pura-pura tidak kenal, “Siapa itu TK? Saya enggak kenal, di rumah ini enggak ada yang namanya TK”.
Yang lebih membuat geram, TK dan suami selalu mengklaim tidak memiliki aset lagi. Padahal, akun media sosial mereka justru memamerkan dua mobil dan kegemaran berpergian ke luar kota, bahkan luar negeri. Dengan nada kesal, Dwi menambahkan, “Pernah waktu saya tahu kalau ketipu, itu TK malah pergi umrah. Sekarang barusan ini statusnya jalan-jalan ke Malang.”
Kisah Korban Kedua: Dari Tetangga Jadi Musuh, Malah Dilaporkan ke Polisi!
Korban lainnya, Nur (40), yang merupakan tetangga TK, malah mengalami pengalaman lebih pahit karena justru diperkarakan ke kepolisian. Awalnya, TK menawarkan investasi ekspedisi produk kecantikan. Pada setoran pertama, Nur menaruh uang Rp 5 juta dan langsung diberi keuntungan Rp 6 juta. Lalu, dia langsung diminta lagi Rp 10 juta dan baliknya Rp 15 juta, dan seterusnya.
Akan tetapi, karena rasa tidak percayanya, Nur akhirnya meminta KTP TK untuk dijadikan jaminan. “Ya saya pikir kan sekarang orang pinjam motor saja pakai jaminan KTP, ya saya pikir sama saja,” ucapnya membela diri. Sayangnya, ketika Nur menyadari uang investasinya tidak kembali dan berniat menagih, TK malah balik melaporkannya ke polisi dengan tuduhan menyita KTP secara paksa. Akibatnya, Nur yang rugi Rp 295 juta justru berurusan dengan hukum.
Pengakuan Suami Pelaku: Mengaku Ditinggal Kabur dan Ikut Jadi Korban!
Sementara itu, Deni, suami TK, tampil membela diri di hadapan Armuji. Dia bersikeras menyatakan bahwa dirinya sama sekali tidak mengetahui apa pun tentang bisnis istrinya. Menurut pengakuannya, istrinya tidak pernah menceritakan hal tersebut. Bahkan, beberapa jam sebelum sidak, istrinya dikabarkan kabur dan meninggalkan dua anak sendirian. Dengan nada korban, Deni berkata, “Saya sendiri merasa ditipu sama istri saya.”
Selain itu, Deni mengungkapkan kondisi ekonomi keluarganya sedang tidak baik-baik saja. Dia mengklaim tidak ada satupun aset yang bisa dijual untuk menanggung uang ganti rugi. “Sekarang ini saya juga sudah enggak punya apa-apa, Pak. Enggak ada yang bisa saya kasih,” ujarnya meyakinkan.
Tindakan Tegas Armuji: Suruh Jual Aset dan Beri Peringatan Keras!
Mendengar berbagai pengakuan itu, Armuji pun memberikan respons tegas. Pertama-tama, ia menyuruh Deni untuk berkomunikasi dengan istrinya. “Masa awakmu (Anda) itu satu atap tetapi masa enggak komunikasi apa-apa,” ucap Armuji menyindir. Kemudian, ia menekankan agar TK segera menjual aset-asetnya, seperti mobil atau tanah, untuk membayar uang ganti rugi korban. Dengan tegas, Armuji memperingatkan agar TK berhenti melakukan aksinya sebelum kasus ini dibawa ke ranah hukum. “Bilang ke istrimu supaya berhenti nipu-nipu lagi, daripada nanti ini viral terus dibawa ke ranah hukum, malah repot loh,” kata dia mengingatkan.
Terakhir, Armuji mengimbau seluruh masyarakat Surabaya untuk tidak mudah percaya dengan investasi yang menjanjikan keuntungan tidak masuk akal dalam waktu singkat. Peringatan ini harus diingat betul-betul agar tidak ada lagi korban yang berjatuhan akibat modus penipuan serupa. Dengan demikian, kasus ini menjadi pelajaran berharga bagi semua pihak.
Dapatkan juga berita teknologi terbaru hanya di newtechclub.com
