Tergerus Toko Online, Perajin Bendera di Ciamis Terpuruk

CIAMIS, Exposenews.id – Kampung Ciledug, Dusun Ranjirata, Desa Cimari, Kecamatan Cikoneng, Kabupaten Ciamis, sejak dulu terkenal sebagai “Kampung Bendera”. Sejak era 1990-an, hampir seluruh warga di sini menggantungkan hidupnya sebagai perajin bendera, umbul-umbul, hingga backdrop Merah Putih. Dulu, bisnis ini begitu menjanjikan—bahkan banyak warga yang sukses membeli tanah dari hasil menjual bendera!

Namun sekarang? Nasib mereka berbalik 180 derajat. Pendapatan merosot tajam, kalah bersaing dengan maraknya toko online. Bahkan, tahun ini beberapa perajin terpaksa berhenti produksi lantaran tak punya modal. Alih-alih untung, mereka justru terjebak utang dari produksi tahun lalu yang tak kunjung laku.

“Saya Sudah Tidak Produksi, Modal Habis, Utang Menumpuk!”

Juju, salah satu perajin bendera, mengeluh saat ditemui di rumahnya, Selasa (15/7/2025). “Tahun ini saya enggak produksi. Enggak ada modal. Barang tahun lalu masih numpuk, enggak laku-laku,” ujarnya dengan wajah lesu.

Bukan cuma stuck tanpa pemasukan, Juju bahkan terjepit utang bank karena gagal balik modal. “Utang ke bank ngegantung, hampir bangkrut, Pak!” keluhnya. Padahal, biasanya dua bulan sebelum 17 Agustus—saat panen raya bagi perajin bendera—mereka sudah kebanjiran order. Tapi tahun ini? Hanya bisa menjual sisa stok lama.

Dulu Laris, Sekarang Lesu: Kalah Harga dengan Toko Online

Juju mengaku bisnisnya mulai merosot sejak 2023. “Tahun 2022 masih lumayan, 2023 mulai lesu, 2024 makin parah—sampai utang ke bank!” jelasnya. Penyebab utama? Harga dari toko online jauh lebih murah!

Sebagai contoh, bendera ukuran 30 cm di tokonya dijual Rp 15.000 ke pedagang, sementara di online cuma Rp 10.000“Ya jelas enggak masuk! Siapa yang mau beli mahal?” ujarnya frustasi. Akibatnya, instansi pemerintah dan sekolah-sekolah yang dulu langganannya kini beralih ke online.

Banting Setir Jadi Kuli Bangunan Demi Bertahan Hidup

Dengan pendapatan nol, suami Juju yang dulu mengandalkan produksi bendera terpaksa banting setir jadi kuli bangunan“Ya mau gimana lagi? Hidup harus tetap jalan,” ujarnya pasrah.

Meski terpuruk, Juju tetap berharap bisnis turun-temurun selama 32 tahun ini bisa bangkit lagi. “Saya berdoa suatu saat Kampung Bendera bisa berkibar lagi seperti dulu,” harapnya.

Situasi ini jadi tamparan keras bagi warga Ciledug. Dulu, mereka menjadi pemasok bendera ke berbagai daerah seperti Jepara, Demak, hingga Bojonegoro. Kini, mereka hanya bisa gigit jari melihat dominasi toko online.

Pertanyaannya: Akankah pemerintah atau pihak terkait turun tangan membantu? Atau justru Kampung Bendera akan hilang ditelan zaman?

Exit mobile version