Oleh: Ronald Ginting
Exposenews.id, Manado – Faktor proses penanganan pasca tangkap ikan di Sulawesi Utara sering menghambat upaya memacu ekspor. Padahal Sulut dikenal dengan tangkapan ikan dan hasil laut lainnya yang melimpah.
Apalagi sekarang ini sudah dibuka ekspor langsung ke Jepang yang memiliki potensi mendongkrak nilai ekspor daerah ini. Sayang, potensi besar itu belum bisa dimaksimalkan untuk memacu ekspor.
“Hanya 10 persen dari total ikan yang didaratkan yang sesuai grade A. Sisanya downgrade,” kata Kepala Balai Karantina Ikan dan Peningkatan Mutu (BKIPM) Manado, M. Hatta Arisandi, Jumat (15/10).
Disebutkan Hatta bahwa pasar Jepang menginginkan tuna yang kualitas tinggi (grade A), bahkan permintaan mereka tidak terbatas (unlimited).
“Ini peluang besar bagi nelayan dan pengusaha perikanan kita,” tegasnya.
Bila tak bisa memanfaatkan peluang ini, terpaksa ikannya diekspor ke Singapura, AS, dan Eropa. Tetapi nilai penjualannya turun dibanding ke Jepang.
“Karena yang diekspor sudah downgrade atau turun ke grade C,” sebutnya.
Ia berharap kapasitas nelayan di Sulut bisa ditingkatkan, terutama soal cara penanganan hasil tangkapan sehingga bisa bisa memenuhi kualifikasi ekspor. Contohnya didukung fasilitas pengolahan yang memadai, serta pengetahuan dan keterampilan nelayan itu sendiri.
“Saya ibaratkan yaitu kuncinya ada di bagian hulunya. Mereka diberikan pelatihan yang berkesinambungan, dan disiapkan juga cold storage hingga es baloknya. Sebab ada yang cuma pakai es batu yang biasa-biasa, ya otomatis temperaturnya berbeda dan ikannya pun langsung turun kualitasnya,” tukasnya. (RTG)













