Oleh: Ronald Ginting
Exposenews.id, Manado – Program Sosial Bank Indonesia (PSBI) merupakan bentuk kepedulian Bank Indonesia dalam pemberdayaan masyarakat. Di mana di dalamnya meliputi peningkatan kapasitas ekonomi, peningkatan kapasitas sumber daya manusia dan pemahaman publik, serta kepedulian sosial terkait pendidikan, kebudayaan, keagamaan, kesehatan, lingkungan hidup, dan penanganan bencana.
Salah satu program PSBI yang dilaksanakan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara (KPwBI Prov. Sulut) sejak tahun 2019 adalah kepedulian sosial dalam rangka pengembangan pariwisata termasuk Desa Wisata. Program tersebut sejalan dengan program pengembangan pariwisata Sulut yang dicanangkan Gubernur Sulut dan Wali Kota/Bupati di wilayah Sulut beserta jajaran khususnya Dinas Pariwisata serta lembaga atau instansi lainnya yang peduli terhadap pelestarian lingkungan dan pariwisata.
Meskipun kondisi covid-19 yang membatasi aktivitas masyarakat menjadi tantangan yang besar terhadap sektor pariwisata, namun pariwisata merupakan salah satu sektor yang dapat menunjang penguatan ekonomi Indonesia. Desa Bahoi yang terletak di Kecamatan Likupang Barat, Minahasa Utara merupakan salah satu dari 5 destinasi pariwisata super prioritas yang ditetapkan pemerintah untuk dimaksimalkan pembangunan pariwisatanya.
“Likupang menjadi daerah pariwisata super prioritas bersanding dengan Danau Toba, Borobudur, Mandalika, dan Labuan Bajo. Oleh karena itu, berdasarkan Peraturan Pemerintah No.84 tahun 2019, Likupang telah ditetapkan sebagai Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata. Berdasarkan Peraturan pemerintah tersebut, konsep KEK Likupang akan mengembangkan resort kelas premium dan menengah, budaya, serta pengembangan WaIIace Conservation,” ujar Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Sulawesi Utara, Arbonas Hutabarat, Senin (5/10).
Sebagai daerah penyokong pariwisata di KEK Likupang, Desa Bahoi memiliki hutan dan pantai mangrove serta wisata bahari yang sangat strategis bagi pengembangan pariwisata di Sulut yang dikenal dengan wisata baharinya. Menyadari pentingnya pengembangan pariwisata di Sulut, menggerakkan Bank Indonesia untuk melakukan pengembangan di Desa Bahoi.
“Pengembangan pariwisata Desa Bahoi ini BI fokus pada 3A 2P yaitu Attraction, Amenities, dan Access serta People (SDM) dan Promotion. Attraction berupa rumah apung, amenities berupa petunjuk arah dan katalog biota laut dan mangrove, access berupa jembatan gantung dan jembatan bambu serta kapal untuk menyebrang ke rumah apung. Sementara 2P yakni Promotion berupa video promosi yang akan disebarluaskan/viralkan. Dan People berupa pengembangan SDM Desa Bahoi khususnya Pokdarwis,” tambah Arbonas.
BI Sulut memberikan bantuan berupa Rumah Apung, Jembatan Gantung, beserta sarana dan prasana penunjang seperti alat snorkling, jembatan bambu, dan kapal di Desa Bahoi dengan nominal mencapai Rp499.694.000. Selain itu, kata Arbonas, pengembangan pariwisata di Desa Bahoi tidak hanya dilakukan dalam bentuk pemberian bantuan fisik, namun juga pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) termasuk potensi ekonomi yang antara lain pelatihan terkait SOP atraksi wisata, bimbingan teknis dan pelatihan terkait pariwisata, pencatatan transaksi keuangan, serta pelatihan pertanian rumahan dan/atau makanan olahan sesuai dengan potensi Desa.
“Pengembangan SDM Desa Bahoi seperti SOP atraksi wisata, bimbingan teknis dan pelatihan terkait pariwisata, pencatatan transaksi keuangan tersebut dilakukan bekerja sama dengan Manengkel Solidaritas selaku LSM yang peduli terhadap pelestarian lingkungan sehingga pengembangan yang dilakukan terhadap Desa Bahoi mendukung keberlangsungan lingkungan,” ungkapnya.
Bank Indonesia juga telah menyusun video promosi wisata Desa Bahoi yang akan menjadi penunjang pengembangan pariwisata di Desa Bahoi. BI berharap wisata di Desa Bahoi dapat berkembang dengan baik dan berkelanjutan.
“Pokdarwis Desa Bahoi dapat terus menjalankan seluruh program pariwisatanya bahkan mengembangkan potensi wisata Desa Bahoi lebih baik lagi seperti lingkungan alam dapat terus terjaga, akses dan atraksi wisata yang telah dibangun dapat berkelanjutan, amenities seperti sarana toilet dan homestay yang masih dapat kembangkan menjadi lebih nyaman, produksi makanan olahan khas Desa Bahoi yang masih dapat dikembangkan,” imbuhnya.
Desa bahoi yang berada di wilayah KEK Likupang dapat mendorong pengembangan pariwisata di Sulut, yang secara tidak langsung berdampak juga terhadap peningkatan sektor ekonomi.
Sementara itu, Pejabat Sementara (Pjs) Bupati Minahasa Utara Clay Dondokambey mengatakan, apa yang telah dibentuk di Desa Bahoi perlu dipertahankan. Ia memiliki masa jabatan dua bulan sebelum mengembalikannya kepada pemenang Pilkada 2020 di Minahasa Utara.
”Yang bisa saya lakukan saat ini adalah memfokuskan APBD perubahan untuk mendanai pembangunan infrastruktur di Desa Bahoi. Ada beberapa yang belum selesai, seperti jembatan beton dan gedung pusat selam,” katanya.
“Saya mengapresiasi BI yang sudah menjadi trigger. Pemkab Minut ke depan harus jadi pengelola yang baik dari kawasan ekowisata ini,” sambung Clay.
Pada kesempatan tersebut, hadir juga Kepala Biro Ekonomi Sekdaprov Sulut, Hanny Wajong, sejumlah pejabat eselon II Kabupaten Minut, jajaran Bank Indonesia Sulawesi Utara, Hukum Tua dan perangkat Desa Bahoi, LSM Manengkel Solidaritas, dan sejumlah elemen masyarakat setempat. (RTG)