Saffry Sitepu saat dirawat di rumah sakit karena covid-19. Istimewa. |
Oleh: Ronald Ginting
Exposenews.id, Manado – Kasus covid masih terus menjangkiti sejumlah masyarakat. Namun sangat disayangkan banyak yang menganggap covid itu hoaks.
Hari ini, exposenews.id berkesempatan menghubungi Saffry Sitepu, mantan salah satu pasien covid-19 yang tinggal di Sulawesi Selatan. Sitepu menceritakan bahwa waspada covid itu jangan menunggu hari ke-7 atau menunggu timbulnya demam tinggi dan banyak batuk.
“Kenali lebih awal mulai hari ke-1 masuknya virus ke dalam tubuh, agar parahnya sakit bisa dicegah. Kalau gejala demam tinggi baru muncul di hari ke-8, di mana virus sudah berhasil berkembang, merusak dan merasuk luas di dalam tubuh. Tingkatkan daya tahan tubuh sebelum virus berhasil menghancurkan kita,” ungkap Sitepu, hari ini.
Dikatakan Sitepu bahwa semua harus memperhatikan keadaan diri sejak kemungkinan mulai terpapar, yaitu pada hari ke-1 hingga hari ke-3 terlihat hanya seperti masuk angin ringan, makan minum masih normal, dan tenggorokan hanya sedikit sakit.
“Hari ke-4, sakit kepala ringan, badan sedikit hangat, sekitar 36.5°C, sakit tenggorokan ringan, suara mulai serak, selera makan mulai terganggu, indra perasa/pengecap “hilang”, indra penciuman juga menghilang, dan sedikit diare ringan,” jelas Sitepu.
Saat hari ke-5, tambah Sitepu, dirinya mulai sakit tenggorokan, ditambah suara serak, badan pun mulai terasa meriang, dan disertai temperatur tubuh sekitar 36.5 – 36.7 °C. Dia juga mengalami badan terasa lelah, capai, dan sakit, bahkan jari-jari dan persendian terasa sakit.
“Hari ke-6 saya mulai demam ringan sekitar 37°C, batuk kering atau sedikit berlendir, sesekali terasa susah bernapas, sakit tenggorokan ketika bicara, sakit waktu makan dan menelan, mual dan mungkin muntah, serta ada diare,” paparnya.
Di hari ke-7 demam yang dirasakannya semakin tinggi yakni di kisaran 37.4 – 37.8°C. Batuk lebih banyak dan berdahak, nafas pendek-pendek dan tetap, sakit kepala dan kepala itu rasanya berat sekali. Ditambah nyeri-nyeri seluruh tubuh, kemudian diikuti diare bertambah.
Memasuki hari ke-8, ia mengaku demamnya lebih naik di kisaran 38°C atau lebih, nafas mulai sulit serta dada terasa berat. Kepala juga masih sakit disertai nyeri pada punggung dan sendi-sendi. Frekuensi batuk semakin banyak, dan susah berbicara,”
“Keesokan harinya atau hari ke-9 semua gejala itu tidak berubah, batuk bertambah parah, demam tak menentu, tak teratur. Nafas bertambah sulit. Pencegahan sudah tak mungkin, jadi harus segera ditolong intensif.
Kata dia, bila kewaspadaan sudah dilakukan sejak hari pertama hingga ketiga dengan meningkatkan daya tahan tubuh, minum vitamin C, D, E, serta sedia obat yang mengandung parasetamol, mungkin penyakit ini dapat dihalau untuk berakhir sebelum parah dan kesembuhan boleh didapatkan.
“Gejala hari pertama hingga ketiga tersebut sangat ringan dan sering terabaikan tak terdeteksi. Mungkin hari ke-4 baru mulai curiga, nah saat itu juga cepat isolasi mandiri, banyak minum air hangat atau jamu-jamuan juga boleh. Berjemur diri, banyak cuci tangan, cuci muka, ganti baju. Makan makanan yg bergizi dan minum vitamin-vitamin,” terangnya.
Dia mengharapkan semua orang dapat bersikap bijak dan waspada dari covid-19. “Tetap tenang namun bijak. Hindari kemungkinan terpapar sebisa mungkin. Semoga berhasil berperang melawan covid dan semoga kita tetap sehat,” tutup mantan Station Manager di radio dan televisi yang ada di Manado ini. (RTG)