BI Sulut: Tekanan Inflasi Diperkirakan Masih Meningkat Hingga Akhir Tahun

Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Sulawesi Utara, Arbonas Hutabarat. Foto: Ronald Ginting.
banner 120x600

Exposenews.id, Manado – Indeks Harga Konsumen (IHK) di Kota Manado dan Kota Kotamobagu mulai mencatatkan kenaikan pada Oktober 2021. IHK Kota Manado tercatat inflasi sebesar 0,44 persen sedangkan IHK Kotamobagu tercatat inflasi sebesar 0,47 persen.

Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Sulut Arbonas Hutabarat berujar kenaikan tekanan inflasi di Kota Manado terutama disebabkan kenaikan harga cabai rawit dengan kontribusi 0,12 persen. Permintaan yang cenderung meningkat sejalan jam operasional usaha yang sudah kembali normal meski dengan kapasitas yang terbatas.

“Selain dari sisi permintaan, kenaikan harga komoditas cabai rawit juga dipengaruhi pasokan dari luar daerah yang berdasarkan survei pasokan yang dilakukan Bank Indonesia cenderung fluktuatif,” kata Arbonas, Selasa (2/11).

Selain cabai rawit, kenaikan harga juga terjadi pada komoditas ikan cakalang, malalugis, tude dan deho yang secara total memberikan kontribusi inflasi sebesar 0,22 persen. Kenaikan empat komoditas perikanan tersebut dipengaruhi kenaikan curah hujan di Sulawesi Utara yang cenderung meningkat terutama pada dasarian I dan III Oktober 2021.

Ditambahkan Arbonas bahwa Kelompok Makanan, Minuman, dan Tembakau menjadi kelompok penyumbang utama tekanan inflasi Kota Manado dengan andil sebesar 0,37 persen. Sementara, kelompok transportasi ikut memberikan tekanan inflasi dengan kontribusi sebesar 0,07 persen sebagai dampak dari kenaikan tarif angkutan udara.

“Penurunan tarif PCR dan kondisi COVID-19 yang makin terkendali secara nasional diperkirakan meningkatkan insentif bagi masyarakat untuk meningkatkan mobilisasi termasuk dengan menggunakan angkutan udara. Kenaikan mobilisasi menggunakan angkutan umum juga diperlihatkan dari tren google mobility report komponen transit yang terus berada dalam tren kenaikan,” tambah Arbonas.

Tidak jauh berbeda dengan Manado,kelompok Makanan, Minuman dan Tembakau juga menjadi kelompok utama yang mendorong kenaikan tekanan inflasi di Kotamobogu dengan kontribusi sebesar 0,39 persen. Namun, komoditas yang memberikan tekanan inflasi di Kotamobagu relatif lebih beragam dibandingkan dengan Manado.

“Selain komoditas cabai rawit dan komoditas perikanan, kenaikan tekanan inflasi di Kotamobagu juga didorong oleh kenaikan harga daun bawang, daging ayam ras, dan kangkung yang secara total memberikan kontribusi inflasi sebesar 0,36 persen,” kata dia.

Kenaikan permintaan diperkirakan masih menjadi faktor pendorong tekanan inflasi Kotamobagu sejalan dengan kenaikan aktivitas sosial ekonomi masyarakat. Sementara itu, tekanan inflasi juga disumbang oleh kelompok Pakaian dan Alas Kaki, kelompok Perawatan Pribadi dan Jasa Lainnya, kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar Lainnya, serta kelompok Rekreasi, Olahraga dan Budaya yang memberikan total kontribusi inflasi sebesar 0,08% (mtm).

“Memandang pola historis dan perkembangan inflasi di kota pencatatan inflasi di Sulawesi Utara hingga Oktober 2021, tekanan inflasi diperkirakan masih akan meningkat hingga akhir tahun. Jam operasional usaha yang sudah kembali normal dan kenaikan permintaan masyarakat menjelang hari raya Natal dan Tahun Baru diperkirakan akan mendorong aktivitas sosial ekonomi masyarakat,” imbuhnya.

Hal ini juga ditunjukkan oleh tren aktivitas grosir dan farmasi serta retail dan rekreasi yang sudah mulai bergerak ke level yang lebih tinggi dari masa pra COVID-19. Kondisi ini diperkirakan akan memberikan tekanan inflasi dari sisi demand di akhir 2021. Di Sisi Iain, kondisi curah hujan yang mulai meningkat dan risiko fenomena global La Nina diprakirakan mempengaruhi tingkat pasokan di pasar seiring dengan risiko penurunan produksi perikanan nelayan.

“Kenaikan curah hujan juga berisiko mempengaruhi pasokan komoditas hortikultura, baik di Sulawesi Utara maupun dari luar Sulut,” sambungnya.

Dengan demikian, kelancaran distribusi terutama pada komoditas-komoditas strategis perlu dijaga untuk menjaga tingkat inflasi tetap terkendali di tengah potensi kenaikan permintaan. Upaya stabilisasi harga dan memastikan ketersediaan pasokan diperlukan agar inflasi baik di Kota Manado maupun Kotamobagu tetap berada pada rentang sasarannya.

“Salah satu bentuknya adalah menjaga kepastian distribusi komoditas strategis tetap berjalan di tengah risiko pembatasan mobilitas masyarakat. Karena itu, sinergi seluruh dinas dan kementerian/lembaga terkait perlu ditingkatkan untuk menjaga ketersediaan pasokan komoditas strategis seperti barito dan komoditas perikanan,” ungkapnya lagi.

Koordinasi lintas TPID melalui Kerja sama Antar Daerah juga menjadi salah satu alternatif langkah konkrit yang dapat diambil TPID Kabupaten Kota untuk mencukupi kebutuhan pangan, keterjangkauan harga dan keberlangsungan roda perekonomian di wilayahnya. Sementara itu, Bank Indonesia tetap berkomitmen untuk mendorong pemanfaatan platform penjualan online, digitalisasi pasar, serta penggunaan QRIS dapat menjadi solusi menjaga aktivitas perekonomian dengan meminimalisasi kontak di tengah pandemi COVID-19 yang masih terjadi hingga saat ini.

(RTG)