JAKARTA, Exposenews.id – Warga korban kebakaran di Kelurahan Krukut, Tamansari, Jakarta Barat, tak tinggal diam. “Warga Krukut menuntut ganti rugi dan mendesak pemerintah segera menutup pabrik lilin yang mereka yakini menjadi penyebab kebakaran ini.”Rencananya, tuntutan ini akan mereka sampaikan dalam mediasi yang melibatkan warga, pemilik pabrik, dan pihak berwenang pada Selasa (10/6/2025).
Susi (53), salah satu korban, dengan tegas menyuarakan harapan warga. “Pertama, kami menuntut pembangunan kembali rumah kami. Kedua, kami mendesak penutupan permanen pabrik lilin itu – tak boleh beroperasi lagi! Itu kesepakatan semua warga,” ujarnya saat berbincang dengan Exposenews.id, Senin.
Tak hanya kehilangan tempat tinggal, Susi juga menanggung kerugian materi yang sangat besar. Semua barang berharganya habis dilalap api. “Saya cuma sempat menyelamatkan baju yang melekat di badan dan tas kerja. Biasanya, saya selalu meletakkan tas kerja di samping saat tidur,” ceritanya pilu. “KTP, televisi, kulkas, ijazah, akta lahir—semua lenyap.”
Kebakaran ini benar-benar memukul warga. Sebanyak 61 keluarga atau 178 jiwa kini terpaksa mengungsi. Mereka menempati posko darurat yang disiapkan BPBD Jakarta dan Dinas Sosial Jakarta. Yang menyedihkan, ada 10 bayi yang ikut menjadi korban, terdiri dari 5 bayi laki-laki dan 5 bayi perempuan.
Umi Kalsum, Ketua RT 002 RW 03 Kelurahan Krukut, mengungkapkan kekecewaannya. Hingga saat ini, pemilik pabrik lilin sama sekali tidak memberikan respons. “Sejauh ini, pemilik pabrik yang kami kenal bernama Bapak Paulus belum bersuara sedikit pun,” ujarnya.
Kalsum menambahkan, warga terus mendesak ganti rugi, termasuk pembangunan kembali rumah mereka. “Masyarakat berharap rumah yang hangus bisa dibangun ulang. Itu permintaan utama mereka,” tegasnya.
Di sisi lain, Robby Hernelis, Wakil Ketua Lembaga Musyawarah Kelurahan (LMK) Krukut, mengungkapkan kondisi pengungsi yang masih memprihatinkan. Kebutuhan dasar seperti pakaian baru masih sangat kurang. “Kami masih sangat membutuhkan bantuan dari masyarakat, terutama pakaian layak pakai,” kata Robby kepada Kompas.com, Senin.
Robby menduga, minimnya bantuan terjadi karena perhatian publik lebih tertuju pada kebakaran besar di Kampung Rawa Indah, Kapuk Muara, Jakarta Utara, yang menimpa 3.200 warga. “Berita kebakaran Krukut seolah tenggelam oleh kasus di Jakarta Utara. Akibatnya, bantuan lebih banyak mengalir ke sana karena jumlah korbannya lebih besar,” jelasnya.
Warga Berharap Mediasi Membawa Solusi
Warga menantikan mediasi besok dengan harapan besar untuk mendapatkan keadilan. Mereka bersikeras tidak mau terus hidup dalam bayang-bayang ketakutan karena aktivitas pabrik yang mereka anggap membahayakan. “Kami hanya ingin hidup tenang. Pabrik itu harus bertanggung jawab,” ucap Susi.
Sementara itu, pemerintah setempat diharapkan turun tangan memastikan hak warga terpenuhi. “Jangan biarkan warga terus menderita. Mereka butuh kepastian,” tegas Robby.
baca juga: Jokowi Temui Elon Musk di Space X Boca Chica
Warga Krukut tetap bersyukur untuk setiap bantuan yang mereka terima, meski kebutuhan belum sepenuhnya terpenuhi. Mereka berharap solidaritas masyarakat terus mengalir. “Kami sangat berterima kasih kepada yang sudah membantu. Tapi, kami masih butuh lebih banyak lagi,” kata Kalsum.
Ke depan, warga berharap tak ada lagi tragedi serupa. “Pabrik harus diawasi ketat. Jangan sampai ada korban lagi,” tandas Susi.
Dengan semangat bersama, warga Krukut bertekad memperjuangkan hak mereka hingga tuntas. “Kami tidak akan menyerah. Ini tentang masa depan keluarga kami,” pungkas Robby.