TOKYO, Exposenews.id – Situasi di Asia Timur memanas setelah Jepang mengungkapkan aksi nekat jet tempur China yang nyaris menabrak pesawat intelijennya. Menurut laporan, insiden berbahaya ini terjadi bukan sekali, melainkan dua kali dalam dua hari berturut-turut!
Insiden Berulang yang Bisa Picu Bencana
Dilansir dari Associated Press (11/7/2024), Kementerian Pertahanan Jepang membenarkan bahwa pesawat tempur-pengebom JH-7 China mendekati pesawat intelijen elektronik YS-11EB milik Pasukan Bela Diri Udara Jepang dengan jarak super dekat. Aksi ini terjadi pada Rabu (9/7/2025) dan Kamis (10/7/2025), dan bisa berakhir dengan tabrakan maut jika salah perhitungan!
15 Menit Mencekam di Udara
Pada Rabu pagi, jet tempur China melakukan manuver mengejutkan dengan berulang kali mendekati pesawat YS-11 Jepang. NHK melaporkan, aksi intimidasi ini berlangsung selama 15 menit yang mencekam! Kementerian Pertahanan Jepang menegaskan, pesawat YS-11EB saat itu sedang menjalankan misi pengawasan rutin. Yang bikin bulu kuduk berdiri, pada satu titik, pesawat China hanya berjarak 30 meter secara horizontal dari pesawat Jepang!
Esoknya, China Kembali Berulah
Tak cukup sekali, keesokan harinya (Kamis), jet JH-7 China kembali muncul dan membayangi pesawat YS-11EB Jepang selama 10 menit. Kali ini, jarak horizontalnya semakin mengerikan—hanya 60 meter! Meski insiden terjadi di atas Laut China Timur di luar wilayah udara Jepang, aksi ini jelas memicu kecaman keras.
Jepang Geram, China Bungkam
Kementerian Pertahanan Jepang langsung menyampaikan protes resmi kepada pemerintah China. Mereka menuntut Beijing menghentikan aksi provokatif yang bisa memicu kecelakaan fatal. Namun, sampai berita ini diturunkan, China masih bungkam dan belum memberi tanggapan.
Padahal, sebelumnya Beijing kerap menuduh Jepang melakukan hal serupa—terbang terlalu dekat dengan wilayahnya dan memata-matai aktivitas militer China. “Negeri Panda” biasanya balik menuding “Negeri Samurai” sebagai biang kerok.
Jepang Khawatir dengan Ekspansi Militer China
Tokyo semakin waspada dengan pembangunan militer China yang masif, terutama di wilayah barat daya Jepang. Menteri Pertahanan Jepang, Takehiro Funakoshi, bahkan secara langsung menyampaikan kekhawatirannya kepada Duta Besar China untuk Jepang, Wu Jianghao.
Funakoshi mendesak Beijing agar segera menghentikan aksi-aksi berbahaya yang bisa memicu insiden tidak diinginkan. “Kami sangat menekankan agar China tidak mengulangi tindakan seperti ini,” tegasnya.
Insiden Serupa Bulan Lalu
Ini bukan pertama kalinya kedua negara saling tuduh soal manuver udara berbahaya. Bulan lalu, Jepang melaporkan pesawat tempur China terbang terlalu dekat dengan pesawat pengintai P-3C Jepang di atas Samudra Pasifik. Saat itu, dua kapal induk China bahkan terlihat beroperasi bersama untuk pertama kalinya—pertanda ekspansi kekuatan laut Beijing yang semakin agresif.
Apa Motif Dibalik Aksi China?
Para analis pertahanan menduga, aksi intimidasi udara China ini adalah bagian dari strategi menunjukkan dominasi di kawasan Laut China Timur. Dengan mendekati pesawat intelijen Jepang, Beijing seolah ingin menguji reaksi Tokyo sekaligus mengirim pesan bahwa mereka tak segan mengambil langkah tegas.
Namun, langkah ini justru berisiko memicu ketegangan baru di kawasan yang sudah rawan konflik. Apalagi, Amerika Serikat sebagai sekutu utama Jepang pasti tak akan tinggal diam jika insiden serupa terulang.
Bagaimana Reaksi Internasional?
Sampai saat ini, belum ada tanggapan resmi dari Amerika Serikat atau sekutu-sekutu Jepang lainnya. Namun, insiden ini diprediksi akan menjadi bahan pembahasan serius dalam forum keamanan regional, termasuk di ASEAN Defense Ministers’ Meeting (ADMM) mendatang.
Apa Langkah Selanjutnya?
Jepang diperkirakan akan meningkatkan patroli udara dan memperketat pengawasan di sekitar perbatasan. Sementara itu, dunia internasional akan mencermati apakah China akan menghentikan aksi provokatifnya atau justru semakin sering “main api” di udara.
Satu hal yang pasti: ketegangan di Asia Timur belum akan mereda dalam waktu dekat. Dan kita semua harus waspada, karena satu kesalahan kecil bisa memicu konflik besar!