BERAU, Exposenews.id – Kepala Seksi Konservasi Wilayah (SKW) I BKSDA Kalimantan Timur, Yulian Sadono, mengungkapkan bahwa aksi pencurian telur penyu di Pulau Sangalaki, Berau, masih marak terjadi. Para pelaku nekat mengambil telur satwa dilindungi itu langsung dari sarang di tepi pantai. Untuk mengantisipasi hal ini, petugas kini bergantian berpatroli guna memantau pergerakan induk penyu pada malam hari.
“Kami rutin berpatroli, lalu merelokasi telur, sekaligus mencatat lokasi sarang yang masih utuh atau sudah rusak. Dengan begitu, kami lebih mudah melacak titik-titik yang berpotensi menjadi target pencurian,” jelas Yulian dalam acara Media Gathering PAMA Group 2025 di Pulau Maratua, Rabu (25/6/2025).
Baca Juga: Kebakaran Hebat di Kwitang Hanguskan 20 Rumah, Satu Warga Terluka
Kolaborasi dengan Polisi untuk Tangkal Pencuri
BKSDA Kaltim tidak bekerja sendirian. Mereka menggandeng kepolisian setempat untuk mengamankan kawasan konservasi. Yulian menyebut, petugas kini kerap berjaga di sekitar Derawan guna mencegat para pencuri sebelum mereka beraksi.
“Pengamanan semakin intensif. Buktinya, dua minggu lalu, polsek setempat berhasil menyita sekitar 1.000 butir telur penyu yang hendak dijual,” ungkapnya.
BKSDA juga tak segan menindak tegas pelaku dengan proses hukum. Selain itu, mereka berencana memasang CCTV yang terhubung langsung ke ponsel petugas. Dengan teknologi ini, pergerakan mencurigakan—baik dari predator alami maupun manusia—bisa terdeteksi lebih cepat.
“Strategi kami ke depan termasuk memasang CCTV dan mungkin membangun menara pengawas bersama PAMA,” tambah Yulian.
Sinergi dengan PAMA untuk Konservasi Penyu
BKSDA Kaltim menjalin kerja sama dengan PAMA untuk melindungi penyu sisik dan penyu hijau di Pulau Sangalaki. Maidi Irvan, CSR Departement Head PAMA, menyatakan bahwa kolaborasi ini akan berlangsung hingga 2027.
“Tujuan utamanya adalah menjaga populasi penyu yang terus menurun akibat perburuan liar dan predator alami. BKSDA secara aktif memantau pulau ini demi menyelamatkan telur-telur yang ada di sepanjang pantai,” kata Maidi.
Ia menambahkan, upaya konservasi mulai membuahkan hasil. Jumlah telur penyu yang berhasil menetas di Sangalaki meningkat signifikan pada 2024. PAMA pun berkomitmen mendukung program perlindungan satwa langka ini.
“Kami berfokus pada konservasi satwa endemik yang terancam punah, sekaligus menjaga keseimbangan ekosistem. Prinsip ini sejalan dengan ESG (Environmental, Social, Governance) yang menjadi landasan program CSR kami,” jelasnya.
Tantangan Konservasi yang Masih Harus Diatasi
Meski ada kemajuan, Maidi mengakui bahwa sejumlah tantangan masih menghadang. Akses dan infrastruktur di Pulau Sangalaki terbilang terbatas. Selain itu, perubahan iklim, minimnya SDM terlatih, serta rendahnya partisipasi masyarakat turut mempersulit upaya konservasi.
“Penegakan hukum dan kebijakan yang lebih kuat masih diperlukan agar perlindungan penyu bisa lebih optimal,” pungkasnya.
Dengan langkah-langkah konkret seperti patroli intensif, pemasangan teknologi pengawasan, dan kolaborasi multipihak, BKSDA dan PAMA berharap populasi penyu di Sangalaki bisa terus bertahan—bahkan meningkat—di masa depan.