Exposenews.id, MANADO – Sulawesi Utara (Sulut) berulangtahun ke-60 hari ini. Bagaimana kondisi ekonomi Sulut di usia yang baru ini?
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Sulut mencatat kinerja pertumbuhan ekonomi Sulut cukup baik dan konsisten di atas rata-rata pertumbuhan ekonomi nasional setidaknya dalam 10 tahun terakhir. Pada masa pra pandemi (2010-2019) rata-rata pertumbuhan ekonomi Sulut mencapai 6,09% (yoy) lebih tinggi dibandingkan rata-rata pertumbuhan ekonomi nasional sebesar 5,03% (yoy).
Pada saat pandemi 2020, kinerja perekonomian turun signifikan seiring dengan aktivitas dan mobilitas masyarakat yang dibatasi mendorong penurunan kinerja perekonomian Sulawesi Utara hingga 0,99% (yoy) pada tahun 2020. Namun, kinerja perekonomian Sulawesi Utara masih lebih baik dibandingkan kontraksi perekonomian nasional sebesar 2,07% (yoy).
“Pasca pandemi pertumbuhan ekonomi Sulut menunjukkan pemulihan yang lebih cepat dengan rata-rata pertumbuhan pada tahun 2021-2023 mencapai 5,02% (yoy) dibandingkan rata-rata pertumbuhan ekonomi nasional pada rentang waktu yang sama yang mencapai 4,53% (yoy),” demikian penjelasan Kepala KPw BI Sulut Andry Prasmuko melalui pesan singkatnya kepada Exposenews.id.
Memasuki tahun 2024 kinerja perekonomian Sulut tetap tumbuh baik dan menunjukkan indikasi pemulihan di mana secara kumulatif sampai dengan semester I 2024 ekonomi Sulut tumbuh 5,37% (c-t-c) dan lebih tinggi dibandingkan perekonomian nasional dengan capaian sebesar 5,08% (c-t-c). Dikatakan Andry bahwa peningkatan kinerja perekonomian Sulawesi Utara tidak lepas dari sinergi dalam mendorong investasi.
Setidaknya, sepanjang tahun 2018-2023 tercatat terdapat 5 (lima) PSN di Sulawesi Utara telah selesai dibangun diantaranya Jalan Tol Manado-Bitung, Pelabuhan Likupang, Pelabuhan Hub Internasional Bitung, Bendungan Lolak, dan Bendungan Kuwil Kawangkoan.
Di samping pembangunan infrastruktur strategis dan vital, belanja modal pemerintah dalam bentuk pembangunan Bandara Raja Loloda Mokoagow di Kabupaten Bolaang Mongondow, preservasi jalan nasional, jalan daerah, dan pembangunan jembatan baik di wilayah daratan dan kepulauan.
“Pengembangan sektor pariwisata di Sulawesi Utara juga berperan dalam mendorong peningkatan kinerja perekonomian yang ditopang oleh peningkatan konektivitas dalam dan luar negeri terutama ke negara-negara Asia Timur seperti Tiongkok, Jepang, dan Korea Selatan. Di samping itu pelaksanaan event berskala internasional seperti Tomohon International Flower Festival (TIFF) turut berkontribusi pada peningkatan wisatawan nusantara maupun wisatawan mancanegara,” sebut Andry.
Intermediasi perbankan juga turut menopang peningkatan kinerja perekonomian Sulawesi Utara baik dalam bentuk penyaluran kredit konsumsi yang turut berperan dalam menjaga daya beli masyarakat maupun kredit produktif dalam bentuk kredit modal kerja dan kredit investasi kepada sektor/lapangan usaha. Kredit perbankan di Sulawesi Utara padaa tahun 2023 mencapai Rp48,93 Triliun mengalami peningkatan signifikan dari posisi di akhir tahun 2013 yang mencapai Rp23,37 triliun.
Dalam upaya pemulihan ekonomi pasca pandemi, Pemerintah perlu terus melakukan akselerasi kinerja sektor utama Sulawesi Utara sebagai penopang perekonomian daerah. Kinerja sektor utama penting untuk didorong mengingat sektor tersebut memiliki keterkaitan terhadap sumber daya dan pasar yang tinggi.
“Namun demikian, produktivitas sektor utama Sulawesi Utara relatif lebih rendah dibandingkan rata-rata produktivitas seluruh sektor. Hal ini patut menjadi perhatian mengingat sektor utama tersebut memiliki penyerapan tenaga kerja terbesar dibandingkan sektor lainnya. Belum optimalnya dukungan pembiayaan pada sektor utama Sulut ditengarai menjadi salah satu faktor,” papar Andry.
Kredit yang disalurkan oleh perbankan di Sulawesi Utara berdasarkan jenis penggunaan masih didominasi oleh kredit konsumsi dengan pangsa mencapai 56,77%.
Dari sisi sektoral, kredit perbankan di Sulawesi Utara mayoritas disalurkan kepada Sektor Perdagangan. Sementara itu penyaluran kredit ke sektor utama lainnya masih belum optimal.
Hal ini dapat menjadi perhatian bersama untuk meningkatkan pembiayaan di sektor utama Sulawesi Utara tersebut, mengingat besarnya dampak sektor tersebut terhadap perekonomian Sulawesi Utara serta penyerapan tenaga kerja, dengan tetap menerapkan prinsip kehati-hatian (prudentiality).
Hilirisasi perikanan juga menjadi kunci dalam mengakselerasi kinerja perekonomian Sulut, mengingat besarnya potensi sumber daya perikanan yang dimiliki oleh Sulawesi Utara. Namun demikian, beberapa tantangan mempengaruhi perkembangan hilirisasi perikanan di Sulawesi Utara.
“Tantangan di sisi hulu terutama fluktuasi ketersediaan bahan baku seiring belum terintegrasinya perusahaan penangkapan dan pengolahan ikan. Di samping itu, volume persediaan bahan baku dipengaruhi oleh kondisi musim, kendala ketersediaan BBM solar untuk melaut, dan armada perikanan masih di dominasi kapal-kapal kecil (kapal < 5 GT).
Dari sisi hilir, ekspor perikanan ke pasar Eropa masih terkendala bea masuk yang tinggi sehingga produk ekspor Indonesia masih kalah bersaing dengan produk serupa dari Vietnam, Filipina, dan Thailand. Untuk itu, diperlukan dukungan pemerintah terkait percepatan penyelesaian perjanjian kerjasama perdagangan Eropa-Indonesia yaitu European Union Comprehensive Economic Partnership Agreement (IEU – CEPA) sehingga produk ekspor Indonesia dapat lebih kompetitif.
Akselerasi sektor pariwisata juga dapat berperan dalam mengakselerasi kinerja perekonomian Sulawesi Utara. Data terkini menunjukkan recovery rate wisnus ke Sulawesi Utara relatif membaik meskipun belum melampaui kondisi pada masa sebelum pandemi, di tengah recovery rate wisman yang terbatas.
Beberapa tantangan yang mengemuka diantaranya inbound Tiongkok dan pemulihan jumlah/rute penerbangan yang terbatas di tengah perkembangan destinasi pariwisata super prioritas yang belum optimal. Untuk itu seluruh pihak baik pemerintah dan pelaku usaha perlu memanfaatkan peluang dalam mengakselerasi sektor pariwisata diantaranya perkembangan destinasi yang mengedepankan quality tourism, peningkatan konektivitas, dan kualitas atraksi serta kesiapan para pelaku usaha.
(RTG)