Terbiasa Makan Mie Instan Pakai Nasi? Awas Obesitas Mengancam

Ilustrasi obesitas
banner 120x600

Exposenews.id, Jakarta – Anda terbiasa dengan makan mie instan ditambah telur hingga nasi? Memang rasanya enak dan buat kenyang, tapi ternyata risiko kesehatannya sangat besar.

Untuk menikmati mie instan, biasanya tiap orang juga preferensi masing-masing. Salah satunya soal pelengkap yang dipakai. Banyak yang menambah telur, lalu masih ditambah lagi dengan nasi.

‘Kolaborasi’ 3 menu ini memang nikmat, tapi dokter mengingatkan risiko di baliknya. Seseorang mungkin alami obesitas dari pola makan seperti ni.

Pengurus Perhimpunan Ahli Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI) yang juga berprofesi sebagai Dokter spesialis penyakit dalam sub endokrin, EM Yunir mengatakan makan mie pakai telur dan nasi cukup berbahaya. Sebab makanan ini memiliki kalori tinggi dan bisa menyebabkan obesitas.

“Mie dan telur saja kalorinya sudah hampir 500, ada sekitar 496 kkal. Ditambah nasi misal satu centong perkiraan ada 100 gram, berarti sudah 200 kkal. totalnya hampir 700 kkal sekali makan,” kata Yunir.

Padahal kebutuhan kalori manusia dalam 24 jam itu hanya sekitar 1.600-1.700 kalori saja. Hal ini berarti saat makan mie instan dengan telur dan nasi sudah hampir 50 persen kebutuhan kalori digunakan.

“Bahayanya lagi, campuran ini dimakan malam hari sebelum tidur. Nah pas siang itu makan sudah memenuhi kebutuhan kalori. Jadi lemak dong bukan energi, makanya bisa memicu obesitas,” kata dia.

Selain perkara mie instan dengan telur dan nasi dalam satu kali konsumsi, Yunir juga menyinggung kebiasaan orang Indonesia yang berpegang teguh pada istilah ‘belum makan kalau belum makan nasi’.

Padahal, orang tersebut sudah makan berbagai camilan yang cukup berat, misalnya bakso, mi ayam, batagor atau makanan lainnya.

Kebiasaan ini pun bisa memicu obesitas yang kini memang tengah menghantui orang Indonesia. Kebiasaan buruk lainnya adalah pemasukan (kalori) tidak sesuai dengan pengeluaran.

Artinya, makan banyak tapi energi yang dikeluarkan sedikit malah kadang cenderung tidak ada. Hal ini dipermudah dengan membeli makanan melalui aplikasi belanja online.

“Kita tahu bahwa sekarang sangat mudah membeli makanan. Semua jenis makanan bisa diorder melalui online. Dari dalam kamar saja sudah bisa pesan makanan,” katanya.

Mudahnya akses membeli makanan tanpa harus mengeluarkan banyak energi bisa jadi salah satu pemicu obesitas makin marak di Indonesia.

Dia pun menyarankan agar masyarakat jangan terlalu terlena dengan segala bentuk kemudahan yang saat ini berkembang pesat.

“Sebaiknya pemasukan makanan harus seimbang dengan energi yang dikeluarkan. Bukan berarti tidak boleh jajan online, tapi Anda juga harus banyak bergerak dan perhatikan setiap asupan,” katanya.

(RTG)