Exposenews.id, Manado – Firman Tuhan hari ini terambil dalam kitab Lukas 6:41 yang berkata “Mengapakah engkau melihat selumbar di dalam mata saudaramu, sedangkan balok di dalam matamu sendiri tidak engkau ketahui?”
Alkisah ada sepasang suami isteri muda, karena diberkati Tuhan, menempati sebuah rumah berlantai dua. Mereka memilih menempati kamar di lantai 2. Sehingga, keduanya bisa memandang tetangga dengan bebasnya.
Dari kamar itu, si istri berulang kali mengatakan kepada suaminya, “coba lihat jemuran tetangga kita. Pakaian berwarna putih itu, sudah jadi kotor. Saya sudah berulang kali menyampaikan kepada tetangga kita agar mengganti sabun mereka agar pakaian putih itu tidak kotor. Kasihan mereka.”
Hal itu disampaikan berulang kali oleh si istri kepada suami. Karena kesal dengan laporan istrinya itu, maka sang suami mengambil tisu dan mengajak istrinya mendekati jendela. Kemudian dia menyeka kaca jendela rumah mereka dengan tisu sehingga bersih. Maka, pakaian yang tadinya kelihatan kotor itu, kemudian nampak bersih.
Ternyata, bukan pakaian yang kotor, tetapi jendela mereka yang kotor. Maka malulah si istri. Karena ternyata bukan jemuran tetangga yang bermasalah, tapi kaca jendelanya yang kotor karena tidak pernah dibersihkannya.
Kecenderungan manusia lebih suka mengritik daripada dikritik. Lebih suka mencari-cari kelemahan orang lain dan menyalahkannya, daripada memeriksa dirinya sendiri. Manusia suka mencampuri urusan orang lain, padahal urusannya sendiri kebanyakan tidak beres.
Tuhan Yesus menganalogikan atau mengumpamakan mereka sebagai orang yang lebih suka melihat selumbar di mata orang lain. Padahal balok di matanya sendiri, mereka tidak dia ketahui.
Mereka tidak memiliki kerendahan hati. Yang ada hanyalah niat jahat dan siasat menyalahkan orang lain untuk membenarkan dirinya, sehingga kejahatannya tersembunyi dan tersimpan rapih.
Yesus mengeritik cara hidup yang tidak benar ini. Sebab mereka telah menumpuk dosa di atas dosa. Mengapa? Karena mereka menyembunyikan dosa dengan menambah dosa.
Jadi, dosanya menjadi berlipat ganda. Dengan menyalahkan orang yang belum tentu salah, demi membersihkan namanya. Demi pencitraan diri yang semu. Padahal, yang mereka lakukan adalah tipu muslihat. Itulah perilaku iblis berbalutkan pakaian malaikat.
Sahabat Kristus, kita sering lupa diri dan tidak sadar diri. Kita yang berdosa, orang lain yang disalahkan. Kita yang jahat, orang lain yang dikorbankan.
Maka Tuhan Yesus mengingatkan semua umat-Nya yang mengaku percaya dan beriman kepada-Nya, agar sadar diri. Kita harus introspeksi diri bahkan melakukan retrospeksi diri, agar bertobat dan terjadi perobahan sikap hidup dan prilaku yang berkenan kepada Tuhan.
Jangan suka menyalahkan orang lain. Padahal belum tentu dia bersalah. Bahkan sekalipun sesama kita bersalah, janganlah kita persalahkan lagi. Tapi, tolonglah dia agar tidak semakin tenggelam dalam kesalahannya, sedangkan kita jangan menambah dosa kita lagi dengan menyalahkannya.
Introspeksi dan retrospeksi diri adalah hal yang sangat tepat bagi kita sesuai refleksi firman Tuhan hari ini. Secara sederhana kita memahami introspeksi adalah mengenal diri sendiri. Sedangkan retrospeksi adalah melihat kembali ke kehidupan masa lalu kita, tentang apa yang sudah kita lakukan dalam hidup ini.
Nah, kita harus memeriksa diri kita, kita harus sadar diri, siapa kita, apakah yang sedang kita lakukan? Apakah sudah berkenan kepada Tuhan dan apakah sudah sesuai dengan firman Tuhan atau tidak? Atau kita hidup membenarkan diri dengan menyalahkan orang lain?
Masihkah kita hidup bertahan dalam dosa dengan terus mengambinghitamkan sesama demi pembenaran diri kita sendiri. Beretrospeksi dirilah. Bercermin dirilah terhadap perjalanan hidup kita selama ini.
Sudahkah kita meninggalkan karya yang terbaik dalam hidup kita? Sudahkah kita menjadi berkat bagi sesama dengan mengasihi mereka lebih sungguh lagi tanpa batas dan tanpa pilih kasih? Atau malah kita masih suka mengorbankan sesama demi keserakahan dan kerakusan akan kekuasaan, kehormatan, kekayaan dan berbagai kepentingan duniawi kita?
Marilah bercermin. Introspeksi dan retrospeksi dirilah. Bertobatlah dan kembalilah ke jalan Tuhan. Hentikan kebiasaan menyalahkan dan mengorbankan orang lain. Tapi kasihilah semua orang seperti yang kita inginkan orang lain lakukan untuk kita. Itu menyenangkan hati Tuhan. Sehingga dari cara hidup kita, nama Tuhan dimuliakan selamanya.
Introspeksi dan retrospeksi dirilah, serta hiduplah dalam kasih. Tuhan Yesus memberkati slalu bersama keluarga. Amin.
(Kutipan dari Renungan Harian Keluarga)