Exposenews.id, Manado – Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara Arbonas Hutabarat menganalisa masih akan ada peningkatan tekanan inflasi pada Juli 2022. Beberapa risiko pendorong inflasi seperti peningkatan tarif listrik per 1 Juli 2022, kebijakan pengurangan kuota pupuk subsidi per Juli 2022, serta peningkatan harga komoditas global berpotensi memicu kenaikan harga berbagai komoditas di Indonesia dan khususnya di Sulawesi Utara.
“Tren proteksionisme pangan dan restriksi ekspor pupuk dari China, Rusia, dan Ukraina diperkirakan juga akan berdampak pada Indonesia,” kata Arbonas, Sabtu (2/7/2022).
Menurut Arbonas, secara nasional peningkatan harga bahan baku impor belum memberikan andil inflasi yang terlalu tinggi. Di samping itu, stok pupuk berdasarkan data dari Pupuk Indonesia diperkirakan mencukupi sampai akhir tahun 2022.
“Normalisasi angkutan udara juga diperkirakan masih akan menahan laju tekanan inflasi,” papar Arbonas.
Meskipun dampak kenaikan harga global yang tercermin dari komoditas berbahan baku impor cenderung terbatas, potensi peningkatan tekanan inflasi perlu direspon terutama yang terkait dengan sisi supply. Masih terkendalinya tekanan inflasi inti menunjukkan bahwa permintaan masyarakat masih cukup terkendali.
“Tingginya inflasi volatile food yang pada Juni 2022 disebabkan oleh supply yang tidak memadai memerlukan perhatian khusus melalui sinergi dan koordinasi Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) baik pada tingkat Provinsi Sulawesi Utara ataupun Kabupaten/Kota,” dia menambahkan.
TPID Provinsi Sulawesi Utara dalam menanggapi pergerakan harga bawang rica/cabai tomat (barito) telah menyelenggarakan rapat koordinasi pada 29 Juni 2022. Berdasarkan informasi dari Dinas Pertanian, pasokan barito terutama tomat lokal Sulut diperkirakan baik hingga akhir tahun.
“Sayangnya, karena harga jual di wilayah sekitar Sulut cenderung lebih tinggi, daerah pemasok memilih untuk mengirimkan pasokannya ke luar Sulut. Oleh karena itu, beberapa penguatan akan dilakukan oleh TPID Sulut antara lain melalui pemantauan volume perdagangan barito ke luar Sulut berkoordinasi dengan Balai Karantina, pemetaan potensi pertanian di Sulut, pemetaan rantai pasok Barito, serta pemetaan harga di tingkat petani hingga pedagang eceran, serta penguatan Satgas Pangan akan dilakukan untuk mengantisipasi adanya ketidakwajaran baik pada pasokan, harga, ataupun distribusi,” jelas dia.
Ke depan, tindak lanjut dari rapat tersebut akan menjadi perhatian bersama melalui kontrol rutin dalam rapat koordinasi selanjutnya. Melalui perkembangan harga dan tingkat inflasi terkini, Bank Indonesia memperkirakan tekanan inflasi Sulawesi Utara cenderung meningkat meski terjaga pada rentang sasaran inflasi 3±1% (yoy).
(RTG)