BI Sulut Klaim Sinergitas TPID Mampu Kendalikan Inflasi Saat HBKN

Kepala KPw BI Sulut Arbonas Hutabarat. Foto Swingly Manderes.

Exposenews.id, Manado – Kota Manado dan Kota Kotamobagu tercatat mengalami inflasi sepanjang April 2022. Inflasi Manado sebesar 1,55 persen, sedangkan Kotamobagu inflasi 1,43 persen.

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Sulawesi Utara melihat inflasi tersebut disebabkan adanya kelanjutan tren kenaikan aktivitas dan mobilitas masyarakat di tengah periode libur nasional dan cuti bersama lebaran 2022. Namun, berkat adanya sinergi dan koordinasi dalam rangka pengendalian inflasi yang dilakukan oleh Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Sulawesi Utara maupun TPID Kabupaten Kota sepanjang April 2022 telah terbukti mampu mengendalikan inflasi Sulut terutama pada periode Hari Besar Keagamaan dan Nasional (HBKN) Idul Fitri 2022.

“Pada 14 April 2022 kita telah melaksanakan High Level Meting (HLM) TPID se-Provinsi Sulawesi Utara yang dipimpin oleh Wakil Gubernur Sulawesi Utara dan dihadiri oleh Kepala Daerah Kabupaten/Kota se-Sulawesi Utara yaitu antara lain Wali Kota Tomohon, Bupati Minahasa Utara, Bupati Minahasa, Bupati Minahasa Selatan, Bupati Kepulauan Sitaro, Wakil Wali Kota Manado, Wakil Bupati Bolaang Mongondow Selatan, dan Wakil Bupati Bolaang Mongondow Utara. Melalui HLM tersebut, Wakil Gubernur Sulut memberikan arahan bagi TPID Provinsi dan Kabupaten Kota agar dapat mengantisipasi lonjakan harga melalui pemantauan rutin harga dan pasokan, serta menjaga ekspektasi masyarakat salah satunya melalui komunikasi bijak berbelanja,” kata Kepala KPw BI Sulut Arbonas Hutabarat, Senin (9/5/2022).

Menindaklanjuti rapat TPID tersebut, telah dilakukan sidak pasar dan sosialisasi bijak belanja di Pasar Bersehati Manado pada 28 April 2022. Di samping itu, TPID Manado juga telah menindaklanjuti rapat tersebut melalui pelaksanaan HLM yang dipimpin Wakil Wali Kota Manado pada 25 April 2022, dan operasi pasar komoditas minyak goreng curah pada 28 April 2022 di Pasar Bersehati Manado.

“Melalui pelaksanaan program-program tersebut, inflasi Sulawesi Utara masih terkendali pada rentang sasaran 3±1% (yoy). Oleh sebab itu, sinergi dan koordinasi yang sudah baik ini perlu senantiasa dipertahankan dan ditingkatkan untuk menjaga stabilitas harga dan tingkat inflasi di Sulawesi Utara,” papar Arbonas.

Dalam hal ini, Bank Indonesia Sulawesi Utara akan senantiasa berpartisipasi aktif dalam TPID salah satunya melalui pelaksanaan Survei Pemantauan Harga (SPH) dan update Pusat Informasi Harga Pangan Strategis (PIHPS) yang dapat diakses melalui https://hargapangan.id sebagai dasar asesmen dan rekomendasi bagi Pemerintah Daerah, sekaligus sebagai sarana komunikasi harga real-time kepada masyarakat.

Diketahui, Kelompok Makanan, Minuman, dan Tembakau serta Kelompok Transportasi masih menjadi pendorong utama tekanan inflasi di Manado dengan total andil sebesar 1,44% (mtm). Di mana komoditas Angkutan Udara menjadi komoditas pendorong inflasi tertinggi dengan andil inflasi sebesar 0,68% (mtm) dari inflasi umum yang sebesar 1,55% (mtm).

“Peningkatan harga komoditas ini sejalan dengan adanya libur nasional dan cuti bersama lebaran 2022, serta relaksasi kebijakan tes antigen/PCR bagi pelaku perjalanan yang telah melakukan vaksinasi dosis ke-3 (booster) berdasarkan SE No.16 tahun 2022 pada 2 April 2022,” jelas Arbonas.

Dari Kelompok Makanan, Minuman, dan Tembakau, inflasi didorong oleh komoditas minyak goreng, tomat, air kemasan, dan komoditas perikanan seperti ikan cakalang/sisik dan ikan malalugis/sohiri. Peningkatan harga komoditas minyak goreng terpantau masih berlanjut pasca relaksasi kebijakan HET, sehingga harga minyak goreng kemasan mulai mengikuti mekanisme pasar.

“Pada April 2022, komoditas minyak goreng memberikan andil sebesar 0,32% (mtm). Sementara komoditas tomat dengan andil inflasi 0,12% (mtm) tercatat meningkat akibat berkurangnya pasokan akibat panen yang tidak maksimal di tengah cuaca berangin, di samping adanya peningkatan konsumsi masyarakat. Harga komoditas air kemasan dan beberapa komoditas perikanan juga tercatat meningkat dengan andil inflasi sebesar masing-masing 0,11% (mtm) dan 0,17% (mtm) (untuk ikan cakalang dan ikan malalugis). Peningkatan harga komoditas air kemasan tersebut ditengarai didorong oleh meningkatnya permintaan masyarakat di bulan Ramadhan. Sementara fenomena alam badai Topan Surigae pada pusatnya di perairan timur Filipina bulan April 2022 turut berpengaruh pada kondisi perairan Sulawesi Utara yang menyebabkan berkurangnya pasokan perikanan di tengah tingginya permintaan masyarakat,” imbuhnya.

Tidak jauh berbeda, Kelompok Makanan, Minuman, dan Tembakau di Kotamobagu juga menjadi pendorong utama inflasi dengan andil 1,03% (mtm) dari inflasi umum Kotamobagu yang tercatat sebesar 1,43% (mtm). Komoditas daun bawang, perikanan (ikan cakalang dan malalugis) minyak goreng, dan tomat juga menjadi pendorong inflasi di Kotamobagu.

“Komoditas daun bawang secara historis pada tahun 2020 juga menjadi pendorong inflasi pada periode HBKN Idul Fitri. Tingginya preferensi masyarakat terhadap komoditas tersebut sebagai pelengkap masakan diperkirakan mendorong peningkatan harga dan memberikan andil inflasi sebesar 0,26% (mtm). Sama halnya dengan fenomena di Manado, komoditas ikan cakalang dan ikan malalugis juga menjadi pendorong inflasi di Kotamobagu dengan andil masing-masing 0,22% (mtm) dan 0,11% (mtm). Kendala cuaca perairan juga menjadi faktor pendorong meningkatnya andil inflasi kedua komoditas tersebut,” lanjut dia.

Dia bilang minyak goreng dengan andil inflasi 0,20% (mtm) juga mendorong inflasi Kota Kotamobagu akibat relaksasi HET serta tomat dengan andil 0,09% (mtm) karena tidak maksimalnya panen di daerah pemasok.

Secara umum, terdapat beberapa risiko pendorong dan penahan inflasi di Sulawesi Utara terutama Kota Manado dan Kota Kotamobagu sebagai kota pencatatan inflasi pada bulan Mei 2022. Risiko peningkatan harga minyak goreng masih berlanjut seiring dengan relaksasi peraturan HET mengikuti harga keekonomiannya di tengah harga CPO global yang masih tinggi sebagai bahan bakunya. Sementara dari sisi komoditas inti, risiko peningkatan inflasi dari adanya peningkatan tarif PPN dan berakhirnya insentif PPnBM diperkirakan dapat meningkatkan harga berbagai komoditas seperti barang elektronik dan kendaraan bermotor.

“Normalisasi aktivitas dan konsumsi masyarakat pasca HBKN Idul Fitri 2022 serta normalisasi harga angkutan udara diperkirakan dapat menahan laju tekanan inflasi Mei 2022. Meski demikian, program kerja Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) se-Sulawesi Utara perlu terus diperkuat untuk menjaga tingkat inflasi tetap pada rentang sasarannya,” pungkasnya.

(RTG)

Exit mobile version