Neraca Perdagangan Sulut Surplus US$87,01 Juta, tapi Turun Dibanding Bulan Sebelumnya

Oleh: Ronald Ginting

Exposenews.id, Manado – Sepanjang Februari 2021, Badan Pusat Statistik Sulawesi Utara mencatat ekspor nonmigas Sulut mencapai US$93,78 juta. Pencapaian ini menurun 0,53 persen dibandingkan Januari 2021 yang mencapai US$ 94,28 juta (m-to-m).

Bila dibandingkan dengan bulan yang sama di 2020

(y-on-y), nilai ekspor Sulawesi Utara meningkat 59,16 persen.

Kepala BPS Sulut Asim Saputra memaparkan komoditi ekspor pada Februari 2020 masih tetap didominasi oleh Lemak dan Minyak 

Hewan/Nabati (HS 15). Ditambahkan Asim bahwa volume ekspor Sulawesi Utara pada bulan tersebut menurun cukup dalam yakni bulan Februari 2021 40,94 persen dibanding Januari 2021.

“Komoditi dengan penurunan volume terbesar adalah Perhiasan/Permata sebesar 74,35 persen dan Ampas/ Sisa Industri Makanan 

sebesar 72,37 persen,” ujar Asim hari ini.

Salah satu komoditi yang mengalami peningkatan volume ekspor terbesar adalah Kayu, Barang dari Kayu sebesar 85,51 persen dan Kopi, Teh, Rempah-rempah sebesar 82,02 persen.  Sementara untuk komoditi dengan berat terbesar Lemak & Minyak Hewan/Nabati yang mencapai 43.690,70 ton atau 52,17 persen.

“Sepanjang Februari lalu Sulut paling banyak mengekspor ke Amerika Serikat senilai US$ 24,65 juta atau 26,29 persen dari total nilai 

ekspor nonmigas. Adapun produk yang paling banyak diekspor ke negara tersebut adalah

Lemak & Minyak Hewan/Nabati,” jelasnya.

Dari sisi volume ekspor Sulawesi Utara bulan Februari 2021, salah satu negara tujuan yang mengalami peningkatan volume ekspor terbesar adalah Amerika Serikat sebesar 2.187,41 persen, Korea Selatan sebesar 168,11 persen dan Singapura sebesar 

156,67 persen. Selain itu, negara tujuan dengan berat ekspor terbesar adalah Amerika Serikat yang mencapai 15.371,71 ton atau 18,35 persen dari total berat ekspor dan Korea Selatan yang mencapai 13.432,12 ton atau 16,04 persen dari total berat ekspor.

Bagaimana dengan perkembangan impor Sulut sepanjang Februari 2021? 

“Impor kita meningkat 14,49 persen bila dibandingkan dengan Januari 2021. Dan bila dibandingkan nilainya dengan Februari 2020 (y-on-y), justru menurun sebesar 69,01 persen,” sebutnya.

Dilihat menurut golongan barang HS2 digit, Bahan Bakar Mineral (HS 27) menjadi 

kontributor terbesar terhadap nilai impor Sulawesi Utara pada Februari 2021. Kontribusi

golongan barang ini terhadap total impor adalah sebesar 58,19 persen yang diimpor dari negara Singapura dan Australia

“Volume impor Sulut menurun 7,11 persen 

dibanding Januari 2021. Salah satu komoditi yang memiliki volume terbesar adalah 

komoditi Bahan Bakar Mineral dengan berat mencapai 33.437,81 ton atau 99,77 persen 

dari total berat impor dan komoditi Mesin-mesin/Pesawat Mekanik yang mencapai 336,50

ton atau 0,98 persen dari total berat impor,” terangnya sambil menambahkan komoditi yang mengalami peningkatan volume impor terbesar adalah Mesin/Peralatan Listrik sebesar 30.805,66

persen, Plastik dan barang dari plastic sebesar 198,02 persen, dan Berbagai Barang 

Logam Dasar sebesar 138,84 persen

Negara pemasok komoditi terbesar pada Februari kemarin yaitu Australia sebesar 38,57%. Adapun komoditas yang dibeli dari negara tersebut yakni Bahan Bakar Mineral dan Mesin/Peralatan Listrik.

“Asutralia juga memasok dengan volume terbesar ke Sulut dengan berat mencapai 

29.131,95 ton atau 85,18 persen dari total berat impor dengan komoditi yang diimpor 

adalah Bahan Bakar Mineral dan Mesin/Peralatan Listrik. Selain itu negara pemasok 

terbesar kedua adalah Singapura dengan berat 4.394,59 ton atau sebesar 12,85 persen dari total berat impor dengan komoditi yang diimpor adalah Bahan Bakar Mineral dan 

Mesin-mesin/Pesawat Mekanik,” ungkapnya.

Dengan pencapaian ekspor dan impor tersebut maka nilai neraca perdagangan Sulawesi Utara pada Februari 2021 mengalami surplus sebesar US$ 87,01 juta.

“Sayangnya surplus kita lebih rendah dari bulan sebelumnya yang dapat mencapai US$ 88,37 juta,” tutupnya.

(RTG)