Oleh: Ronald Ginting
Exposenews.id, Manado – Demonstrasi ratusan mahasiswa Papua yang ada di Manado beberapa waktu lalu, menjadi latar belakang Rumah Nusantara Sulut mengadakan Silaturahmi Rumah Nusantara bersama Ormas, OKP, dan BEM di Sulut, hari ini di salah satu hotel Kota Manado.
Rumah Nusantara mengangkat dua tema menarik, pertama Menjaga Keutuhan bangsa, Kita Jaga NKRI dari Ancaman non Militer dan Gangguan Kantibmas. Tema kedua yakni Studi Kasus Demo Mahasiswa Papua di Sulut Menolak Otsus Jilid II, Diboncengi Permintaan Memisahkan Diri dari NKRI.
Pada kegiatan itu, hadir sebagai narasumber Wawan Hari Purwanto Deputi 7 BIN, Kombes Pol Budi Herwanto Direktur Intelijen Keamanan Polda Sulut, Theofransus Litaay TA Deputi 5 KSP, dan Evans Steven Liow Kaban Kesbang Pol Sulut.
Koordinator Rumah Nusantara Sulut, Risat Sanger menuturkan kegiatan ini akibat adanya kajian klaim sejumlah kelompok mahasiswa Papua yang memiliki background aktivis perjuangan ingin memisahkan diri dari Indonesia. Tambah Risat, kelompok tersebut seolah-olah menyatakan ada ormas adat di Sulut yang mendukung upaya mereka agar Papua melakukan referendum dan nantinya akan dibahas di sidang Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).
“Makanya kami (rumah nusantara) mengundang silaturahmi ormas dan LSM di Sulut yang kami yakini AD/ART mereka masih berlandaskan Pancasila dan NKRI,” papar Risat kepada media seusai kegiatan tersebut.
Menurutnya, apa yang dilakukan hari ini menunjukkan kepada mereka yang menginginkan kemerdekaan bahwa masih ada yang mencintai dan menjaga kedaulatan NKRI. “Silakan berteriak secara demokrasi, soal ekonomi, sosial, dan lain sebagainya, tapi jangan sampai kalian katakan kami mendukung kalian merdeka,” tegasnya.
Kaban Kesbangpol Sulut Evans Steven Liow berujar sebaiknya kelompok tersebut dapat bersosialisasi dengan masyarakat. Ditegaskannya agar jangan membawa isu separatis di tengah masyarakat Sulut.
“Kami lihat akhir-akhir ini mereka sudah tidak bisa terbuka, aparat juga dianggap tidak bisa mendatangi mereka, padahal mereka tidak bisa melakukan seperti itu,” ucap Liow kepada exposenews.id, hari ini.
Liow bilang koordinator asrama mahasiswa Papua tersebut akan dipanggil untuk berdiskusi. Bila asrama tersebut memang anti NKRI, maka pihaknya siap melawan.
“LSM dan ormas mendukung kami. Makanya kami imbau kelompok itu untuk jangan memprovokasi dan jangan berlebihan,” sebutnya.
Dialog formal, kata dia, lebih diinginkan sebab Pemprov sangat aspiratif kepada mereka yang melakukannya secara demokratif. “Soalnya ada yang menganggap kami otoriter,” imbuh mantan Kasatpol PP Sulut ini. (RTG)