Oleh: Ronald Ginting
Exposenews.id, Manado – Wilayah Indonesia Tengah dan Timur limpah dengan potensi hasil maritim. Ini merupakan peluang dalam memajukan ekonomi di dua wilayah tersebut. Di sisi lain, adanya pandemi menyebabkan ditutupnya sebagian besar penerbangan komersial penumpang internasional yang mengakibatkan kurang optimalnya penggunaan pesawat udara.
Melihat peluang serta kendala di tengah adanya pandemi ini menjadikan faktor pendorong dalam memajukan pelaksanaan ekspor hasil maritim. Jepang merupakan salah satu negara tujuan ekspor lndonesia Tengah dan Timur, khususnya Sulawesi Utara, dengan frekuensi ekspor yang cukup tinggi. Proses bisnis ekspor hasil maritim yang terjadi selama ini yaitu barang dibawa ke Jakarta, lalu dilanjutkan ekspor langsung menuju ke Jepang dari Jakarta. Sehingga. sebagai bentuk simplikasi dan pemanfaatan sarana pengangkut udara yang belum efektif digunakan serta hasil pemikiran dan diskusi antara instansi terkait, maskapai penerbangan, dan komitmen eksportir, ekspor direct call dari Manado menuju ke Jepang dapat direalisasikan.
Kepala Kantor Bea Cukai Manado, M. Anshar berujar ekspor direct call ini akan dibuka mulai 23 September 2020. Rencana ini pada awalnya dimulai dari FGD yang dilakukan pertama kali pada 5 Maret 2020.
“Makanya saat disambut dengan baik Pak Gubernur Olly Dondokambey dan juga pihak maskapai Garuda, kami (Kantor Bea Cukai Manado) dan BKIPM memandang perlu untuk memberikan pengetahuan kepada para eksportir asal Sulawesi Utara dalam mengurus dokumen,” ungkap Anshar kepada wartawan seusai membuka Kelas Ekspor, di Kantor Bea Cukai Manado, hari ini.
Eksportir dilatih cara membuat Pemberitahuan Ekspor Barang (PEB) dan aplikasinya. Begitu juga eksportir dilatih BKIPM cara membuat HC, agar ekspor direct call dilakukan lebih efektif, dan bermanfaat bagi pelaku ekspor tersebut.
“Banyak yang bilang bingung membuat dokumen ekspor susah, padahal legal itu gampang, apalagi untuk ekspor kan lebih dimudahkan demi devisa,” ucapnya.
Kata dia, ekspor direct call ke Jepang akan lebih efektif karena hanya memakan waktu 5,5 jam penerbangan. Dan ekspor direct call ini bentuk komitmen kami mendorong ekspor Sulut.
“Kalau dokumen bisa dibuat sendiri kan bisa lebih hemat daripada dibuat orang lain,” tuturnya.
“Kami harapkan eksportir bisa memanfaatkannya dengan baik. Volumenya bisa lebih banyak, untung pun semakin besar,” tukasnya.
Kepala BKIPM Manado M. Hatta Arisandi, mengungkapkan kelas ekspor dilakukan supaya memperlancar ekspor. Tambah Hatta, perlu ada penyesuaian dan pelatihan kepada eksportir supaya input lebih cepat dan lebih lancar.
“Komitmen kuat kami untuk membantu pelaku usaha ekspor. Pastinya ekspor direct call akan menekan biaya, dan untungnya akan lebih besar karena ongkos angkut lebih minim,” jelas Hatta.
Menurutnya, impian menjadikan Sulut sbg super hub bakal terlaksana apabila ekspor direct call berjalan lancar. Sebab akan dilirik juga oleh daerah lain.
“Kami harapkan juga bila frekuensinya akan meningkat. Contoh bila saat dibuka baru satu kali perminggu, ke depannya bisa dua hingga tiga kali,” ucap dia.
Kegiatan ekspor langsung ini dapat terwujud karena adanya sinergi dan komitmen dari berbagai pihak seperti KaKanwil Bea Cukai Sulbagtara, Kepala Bea Cukai Manado, Kepala BKIPM Manado. Pemprov Sulut khususnya Kadis KKP, Para Eksportir di Sulut, Angkasa Pura l Cabang Manado, para Agen Pengangkut dan tentunya didukung penuh oleh Gubernur Sulut dan Pimpinan Garuda Indonesia.
Sinergi ini dilakukan melalui beberapa kali FGD dan penemuan formal serta informal yang pada akhirnya menghasilkan komitmen bersama untuk mewujudkan kegiatan Direct Call Export tujuan jepang ini. (RTG)