Penjahit sepatu di Lorong Parengkuan sudah ada sejak 1970-an. Ronald Ginting. |
Oleh: Ronald Ginting
Exposenews.id, Manado – Bagi sebagian orang mencari tukang menjahit sepatu itu susah didapat. Terkadang saat tidak perlu mereka datang, pada saat perlu justru mereka tidak ada.
Tapi kalau berada di Kota Manado jangan khawatir, karena setiap hari kita bisa mendapati mereka di Lorong Parengkuan seberang Taman Kesatuan Bangsa, Manado. Di lorong ini sekitar 12 penjahit sepatu sudah duduk manis menunggu masyarakat yang hendak menjahit sepatunya.
Ada yang alas sepatunya sudah copot, ada yang sekedar ingin menguatkan jahitan sepatunya, dan masih banyak lainnya yang diminta pelanggan ke belasan penjahit sepatu di lorong tersebut. Harga sekali menjahit cukup variatif dan pastinya terjangkau dengan isi dompet Anda.
Di masa pandemi covid seperti sekarang ini, para penjahit sepatu juga terdampak. Kalau biasanya ramai yang datang untuk minta dijahit sepatunya, sekarang ini menurun drastis.
“Beda banget jumlah pelanggannya, apalagi saat bulan Maret sampai April lalu syukur kalau ada dua orang yang datang bawa sepatu,” ujar Toni Tendean, seorang penjahit sepatu di Lorong Parengkuan, Manado.
Toni bersyukur saat ini sudah mulai ramai kembali, meskipun belum seperti sediakala. Kata dia, yang penting orang rumah boleh makan.
“Cukuplah untuk memenuhi kebutuhan istri dan anak di rumah,” terang Toni.
Toni yang mengaku sebelumnya bekerja di perusahaan swasta ini mengungkapkan menjahit sepatu menjadi pekerjaan utamanya sekarang. “Saya menjalaninya dengan ikhlas dan bersyukur,” sebutnya.
Menurutnya, ada beberapa rekannya yang sudah belasan tahun mencari nafkah di lorong yang sudah ada sejak tahun 1970-an tersebut. Menariknya, mereka berhasil menyekolahkan anak hingga sarjana.
“Selain jadi sarjana, banyak juga yang anaknya berprofesi sebagai polisi dan TNI,” sebutnya.
Kata dia, anak-anak mereka ditekankan untuk bisa melebihi apa yang sudah dicapai oleh orang tua. “Saya sendiri menekankan kepada anak kalau papa penjahit sepatu, kamu harus bisa buka toko sepatu,” sebutnya lagi.
Lanjut dia, berprofesi sebagai penjahit sepatu sering disepelekan oleh orang lain. Namun baginya itu menjadi cambuk motivasi untuk lebih giat bekerja lagi.
“Bersyukur anak-anak bisa disekolahkan dengan pendapatan kami ini,” tuturnya.
Di masa pandemi ini, dirinya mengaku ada menerima bantuan sembako baik dari Pemerintah Kota Manado maupun dari Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara. Hanya saja dia mengharapkan agar bantuan sembako bisa diperbaiki kualitasnya.
“Soalnya banyak keluhan kualitas pemberian dari pemerintah,” imbuh dia.
Ternyata para penjahit sepatu di lorong ini juga senang ngobrol soal Pilkada. Satu pesan mereka bagi bakal calon yakni jangan melupakan rakyat kecil.
“Siapapun yang terpilih sekiranya bisa memiliki program tepat sasaran untuk masyarakat, khususnya masyarakat yang kurang mampu,” tutupnya. (RTG)