NUNUKAN, Exposenews.id – Bencana tanah longsor tiba-tiba menerjang jalan Poros yang berada di pedalaman Nunukan, Kalimantan Utara, lebih tepatnya di Desa Salang, Kecamatan Tulin Onsoi, pada Senin (25/8/2025). Peristiwa mengerikan ini benar-benar memutus akses transportasi vital bagi masyarakat setempat. Kejadian ini terjadi tepat di tengah musim hujan yang menyebabkan tanah menjadi labil dan rentan terhadap pergerakan.
Penyebab dan Respons Cepat Pemerintah
Menurut Muhammad Basir selaku Kasubid Informasi Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Nunukan, longsor dahsyat ini dipicu oleh intensitas hujan deras yang tak henti-hentinya. “Tanah longsor terjadi di Bukit Mayo, tepatnya di jalan Trans Kaltara, pada rute Tulin Onsoi ke Sei Ular, Desa Sekaduyan Taka, Kecamatan Sei Menggaris,” ujarnya dengan jelas ketika dihubungi pada Selasa (26/8/2025). Meskipun demikian, pemerintah langsung bergerak cepat dengan mengirimkan dua unit alat berat ke lokasi untuk menyingkirkan material longsoran yang berjatuhan dari bukit dan kemudian mengangkutnya. Tim BPBD juga langsung melakukan assessment kerusakan untuk menentukan langkah terbaik dalam penanganannya.
Longsor Susulan yang Memperparah Kondisi
Selanjutnya, Basir juga menjelaskan bahwa longsor yang terjadi kemarin sebenarnya merupakan longsor susulan. Pasalnya, longsor pertama telah lebih dulu terjadi pada tanggal 13 Agustus 2025. “Jalan itu merupakan jalan utama, sehingga proses evakuasi material juga kami lakukan dengan cepat untuk segera membuka akses jalan satu-satunya yang ada di sana,” katanya lagi menegaskan. Longsor susulan ini justru membawa material lebih banyak dibandingkan kejadian sebelumnya, sehingga membutuhkan waktu lebih lama untuk penanganannya.
Dampak Langsung dan Keluhan Warga
Di sisi lain, Camat Sebuku, Rudiansyah, dengan gamblang menuturkan bahwa peristiwa longsor ini sempat memunculkan banyak keluhan dari warga. Akibatnya, para sopir angkutan penumpang terpaksa melansir penumpangnya dari ujung longsoran ke ujung lainnya di seberang. Aktivitas sehari-hari warga pun langsung terkendala parah. Banyak warga pedalaman yang akhirnya memilih beralih menggunakan jalur laut dengan biaya yang jauh lebih mahal. Bahkan, beberapa pedagang terpaksa menunda pengiriman barang karena akses yang terputus sama sekali.
Kesulitan Perjalanan dan Biaya Transportasi yang Melonjak
“Saya sendiri kemarin sempat mengalami kesulitan untuk berangkat ke Nunukan karena menggunakan mobil. Saya harus menunggu material longsoran disingkirkan terlebih dahulu baru bisa melewati jalan itu,” tuturnya dengan nada frustasi. Proses penungguan ini memakan waktu hingga berjam-jam, membuat banyak perjalanan tertunda dan janji penting terpaksa dibatalkan.
Rudi kemudian menekankan bahwa jalan yang longsor itu merupakan akses satu-satunya yang menghubungkan lima kecamatan di pedalaman Nunukan, yaitu Seimanggaris, Sebuku, Tulin Onsoi, Sembakung, dan Lumbis. Oleh karena itu, dampaknya langsung terasa sangat luas. “Untuk biaya speed boat ke Nunukan sebenarnya hanya beda sedikit dengan ongkos mobil. Tapi, kalau harus menyewa speed boat kecil, harganya bisa sekitar Rp 3 juta, sedangkan untuk speed boat besar bisa mencapai Rp 5 juta yang fantastis! Bandingkan jika melalui darat, kita hanya perlu membayar tidak sampai Rp 300 ribu untuk sampai ke Sei Ular, lalu menyeberang lagi ke Nunukan,” urainya secara detail. Kenaikan biaya yang drastis ini tentu menjadi beban sangat berat bagi masyarakat dengan ekonomi menengah ke bawah.
Dampak Ekonomi dan Kenaikan Harga yang Mengintai
“Banyak warga yang kemarin terpaksa menyewa speed boat karena ada kebutuhan yang sangat mendesak. Sangat disayangkan, mereka harus mengeluarkan biaya yang tidak sedikit,” imbuhnya dengan perasaan prihatin. Beberapa warga bahkan terpaksa meminjam uang untuk membayar transportasi darurat ini, sementara yang lain memilih untuk menunda perjalanan penting mereka.
Selain itu, Rudi juga memperingatkan bahwa jika jalan darat terputus dalam waktu lama, ia memastikan akan terjadi gejolak kenaikan harga sembako dan barang kebutuhan lainnya di pedalaman, meskipun mungkin tidak terlalu signifikan. Alasannya, sumber pasokan sembako dan kebutuhan lain untuk lima kecamatan pedalaman ini tidak hanya berasal dari Nunukan Kota, tetapi juga dari Kabupaten Malinau, bahkan dari Tawau, Malaysia. Namun, gangguan pada satu akses transportasi utama tetap akan mempengaruhi stok dan distribusi barang di seluruh wilayah.
Akses Tersisa dan Harapan untuk Perbaikan
Meskipun pada saat ini material longsor sudah berhasil disingkirkan semua, akses jalan yang tersisa hanya separuh dan hanya bisa dilalui oleh satu kendaraan dalam sekali jalan. Kondisi ini memaksa pengemudi untuk bergantian dan menunggu antrian panjang di kedua ujung jalan. Namun, Rudi tetap bersyukur karena jalan itu masih bisa dilewati. “Syukurnya jalan masih bisa dilewati. Semoga nanti segera ada perbaikan permanen,” kata Rudi dengan penuh harap. Masyarakat setempat juga berharap pemerintah dapat segera membangun sistem pengaman tebing yang lebih baik untuk mencegah terulangnya kejadian serupa di masa depan.
Dapatkan juga berita teknologi terbaru hanya di newtechclub.com