Exposenews.id – Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman secara resmi memimpin perlawanan terhadap sindikat tidak bertanggung jawab yang selama ini menyusahkan kehidupan petani dan membebani konsumen. Tidak sekadar janji, dengan tegas ia mengumumkan bahwa pemerintah saat ini turun tangan langsung untuk memberantas organisasi perusak tatanan sistem pangan nasional.
Pembongkaran Besar: 212 Merek Beras Premium Ternyata Tak Standar
Sebagai wujud keseriusan, Kementerian Pertanian (Kementan) baru saja mengakhiri penyelidikan intensif yang berhasil mengungkap kecurangan terstruktur, di mana hasilnya menunjukkan 212 dari 268 merek beras kualitas premium tidak lolos standar mutu! Dengan penuh tekad, Amran menegaskan, “Saya tidak akan berhenti sampai tuntas. Kelompok ini jelas merugikan kepentingan petani, membebani konsumen, dan menciptakan ketimpangan. Pemerintah pasti menang. Tindakan tegas akan terus berjalan!” ungkapnya pada Minggu (24/8/2025).
Strategi Dua Arah: Harga Gabah Naik, Harga Beras Terjangkau
Tidak hanya fokus pada tindakan hukum, Amran juga menekankan bahwa kebijakan sektor pertanian pangan dirumuskan untuk mewujudkan keseimbangan kepentingan seluruh pihak. Maksudnya, petani berhak menerima imbal hasil yang memadai, sementara di sisi lain, masyarakat juga harus mampu membeli beras dengan harga wajar. Untuk mewujudkannya, strategi kebijakan dengan pendekatan komprehensif dijalankan; satu, mempertahankan harga gabah petani pada kisaran Rp 6.500 per kilogram (kg), dan dua, pada saat bersamaan mengendalikan harga jual beras tetap stabil dan terjangkau.
Dampak Langsung: Serapan Gabah dan NTP Melonjak Drastis
Dampaknya, manfaat dari langkah-langkah terobosan ini sudah dapat disaksikan secara langsung. Terlihat dari, angka serapan gabah oleh Badan Urusan Logistik (Bulog) yang naik signifikan hingga dua kali lipat, menyentuh 6.000 ton per hari! Yang lebih membahagiakan, tingginya volume serapan ini serta-merta berimbas pada peningkatan taraf hidup petani. Indikatornya terlihat dari kenaikan Nilai Tukar Petani (NTP) pada Juli 2025 yang berhasil mencatat angka tertinggi, yaitu 122,64.
Gelontoran 1,3 Juta Ton Beras untuk Stabilisasi Pasar
Selain itu, pemerintah juga menjalankan aksi nyata untuk mengontrol stabilitas harga beras. Salah satu langkah strategisnya adalah dengan menyalurkan 1,3 juta ton cadangan beras pemerintah hingga Desember 2025. Penyaluran stok ini diimplementasikan via program Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) yang dioperasikan Perum Bulog, untuk mengoptimalkan jangkauan, kolaborasi juga digalang dengan TNI, Polri, serta berbagai lembaga pendukung.
Komitmen Pemerintah: Petani Sejahtera, Rakyat Senang
Dengan penuh optimisme, Amran menyebutkan bahwa negara hadir demi kemakmuran rakyat. Menurut dia, kesejahteraan petani adalah prioritas dan masyarakat tidak boleh terbebani oleh inflasi harga. “Karena itulah, cadangan beras pemerintah mencapai 1,3 juta ton kami salurkan untuk menstabilkan pasar dan memenuhi kebutuhan pokok masyarakat,” tegasnya.
Hasil Nyata: Harga Beras Turun di 15 Provinsi
Kabar gembira lainnya adalah bahwa dampak positifnya sudah dirasakan langsung oleh konsumen. Sejak 26 Agustus 2025, harga beras mengalami tren penurunan di 15 provinsi, mencakup Jawa Barat, Jawa Tengah, Bali, Aceh, dan Sumatera Utara. Bahkan di gerai retail modern, harga juga turun rata-rata Rp 1.000 per kg! Keberhasilan ini dicapai berkat distribusi beras SPHP yang kini sudah mencapai 6.000 ton per hari dan akan ditingkatkan lagi menjadi 10.000 ton per hari.
“Intinya, pemerintah sukses melindungi dua kepentingan sekaligus: petani tidak dirugikan, dan rakyat tetap dapat tersenyum. Inilah bukti komitmen kami,” kata Amran.
Menuju Kedaulatan Pangan Tanpa Intervensi
Dengan dukungan stok beras yang melimpah, harga yang semakin terkendali, serta langkah-langkah progresif memerangi kartel pangan, Mentan Amran yakin Indonesia akan mencapai kedaulatan pangan berkelanjutan. “Kami tidak hanya mengejar swasembada, tetapi lebih dari itu, kami mewujudkan kemandirian pangan yang membuat bangsa ini berdiri tegak tanpa intervensi,” tutup Amran penuh keyakinan.
Tak hanya sekadar angka, kebijakan ini telah memicu geliat ekonomi di pedesaan. Berdasarkan pengamatan di lapangan, petani kini lebih semangat menjalankan usahanya karena kepastian harga yang diberikan pemerintah. Yang lebih menggembirakan, peningkatan pendapatan petani ini telah berdampak pada tumbuhnya perekonomian lokal. Buktinya, transaksi di pasar-pasar tradisional di wilayah sentra produksi pangan menunjukkan peningkatan yang signifikan sejak kebijakan ini diterapkan. Alhasil, multiplier effect dari kebijakan ini benar-benar terasa hingga ke level akar rumput.
Dapatkan juga berita teknologi terbaru hanya di newtechclub.com