Berita  

Wabah Campak Sumenep Tewaskan 17 Orang! Ini Langkah Darurat Dari Pemerintah

SIDOARJO, Exposenews.id – Wabah campak di Kabupaten Sumenep, Jawa Timur, semakin menjadi-jadi dan terus meluas dengan sangat cepat! Jumlah kasus yang tercatat telah menembus angka lebih dari 2.000. Yang lebih memilukan, korban meninggal dunia pun terus bertambah dan kini mencapai 17 orang. Menghadapi situasi yang sangat mencemaskan ini, Pemerintah Provinsi Jawa Timur (Pemprov Jatim) akhirnya menetapkan status Kejadian Luar Biasa (KLB) dan langsung bergerak cepat dengan mengirimkan ribuan vaksin Measles-Rubella (MR) untuk penanggulangan.

Data surveilans setempat per pertengahan Agustus 2025 mengungkapkan jumlah kasus suspek campak telah mencapai lebih dari 2.000 kasus dengan 17 korban meninggal dunia. Yang mengkhawatirkan, penyakit ganas ini sudah berhasil menyebar ke seluruh 26 kecamatan yang ada, menunjukkan betapa luasnya penularan yang terjadi.

Pemerintah Kirim 9.825 Vial Vaksin MR ke Sumenep

Sebagai bentuk respons tanggap darurat, Pemprov Jatim langsung berkoordinasi dan bersinergi dengan Kementerian Kesehatan untuk mengirim 9.825 vial vaksin MR dari Surabaya ke Sumenep. Mereka akan memanfaatkan vaksin tersebut untuk program outbreak response immunization (ORI) atau imunisasi massal darurat yang menyeluruh.

”Kejadian Luar Biasa Campak di Sumenep telah menyita perhatian dan menjadi prioritas utama kami. Koordinasi yang intens telah kami lakukan dengan jajaran Dinas Kesehatan setempat, provinsi, dan pusat,” tegas Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa pada Jumat (22/8/2025).

Pelaksanaan ORI akan segera dimulai pada tanggal 25 Agustus dan berlangsung hingga 14 September 2025. Langkah penting ini menyasar semua anak berusia 9 bulan hingga 6 tahun, tanpa memandang status imunisasi mereka sebelumnya. “Kami akan segera melaksanakan outbreak response immunization tanpa penundaan. Kajian tim epidemiologi menunjukkan bahwa ORI campak perlu segera kami jalankan di seluruh wilayah puskesmas di Sumenep untuk memutus mata rantai penularan,” tutur Khofifah dengan penuh keyakinan. Setelah ORI selesai, pemerintah juga akan memberikan imunisasi lanjutan kepada anak-anak yang belum mendapatkan vaksin lengkap sesuai usianya.

Pelatihan Epidemiologi dan Surveilans Aktif di RS

Sebagai langkah strategis tambahan, pemerintah menggelar pelatihan khusus bagi para tenaga kesehatan di 30 puskesmas yang tersebar di wilayah daratan dan kepulauan Sumenep. Selain itu, mereka juga mengaktifkan surveilans aktif di sejumlah rumah sakit penting, seperti RSUD Dr H Moh Anwar, RSI Garam Kalianget, dan RSU Sumekar, untuk mendeteksi setiap kasus baru.

“Saya juga secara khusus meminta kepada seluruh masyarakat untuk aktif mendorong kepedulian terkait gejala, komplikasi, dan pencegahan campak dengan imunisasi. Intinya, kita harus mengejar target pelaksanaan ORI minimal 95 persen agar anak-anak terlindungi dan nantinya dapat membentuk kekebalan kelompok (herd immunity),” pesan Khofifah.

Kepala Dinas Kesehatan Sumenep, Ellya Fardasah, mengungkapkan bahwa capaian imunisasi yang belum optimal merupakan akar permasalahan dari meluasnya wabah campak di daerah tersebut. “Masih banyak anak yang terlewat untuk mendapatkan imunisasi campak atau MR sesuai jadwal. Hal ini terjadi akibat berbagai faktor seperti keterbatasan akses, penolakan dari orang tua, ataupun sekadar kelalaian dan lupa,” jelas Ellya pada Rabu (20/8/2025).

Penolakan Imunisasi Dipicu Misinformasi

Penolakan imunisasi di tengah masyarakat ternyata dipicu oleh sejumlah mitos dan kesalahpahaman yang beredar luas. Banyak orang tua yang mengeluh anaknya menjadi rewel setelah imunisasi, atau termakan isu bahwa vaksin tidak halal. “Ada juga anggapan keliru bahwa imunisasi tidak halal hingga memiliki efek samping yang berat,” tambah Ellya dengan nada prihatin.

Faktor lain yang memperparah situasi adalah tingginya mobilitas penduduk antarwilayah serta masih kurangnya edukasi mengenai bahaya dan komplikasi campak yang mematikan. “Sebagian masyarakat masih menganggap remeh campak sebagai penyakit ringan biasa, sehingga mereka tidak segera mencari pertolongan medis. Padahal, faktanya campak bisa menimbulkan komplikasi yang sangat serius, bahkan berujung pada kematian,” katanya menegaskan.

Guna menopang pencegahan secara berkelanjutan, program Bulan Imunisasi Anak Sekolah (BIAS) secara konsisten dilaksanakan setiap bulan Agustus dan November. Melalui program ini, anak usia sekolah dasar mendapatkan imunisasi MR, DT, Td, dan HPV (khusus untuk siswa perempuan kelas V dan VI). “Program ini memiliki tujuan mulia untuk meningkatkan perlindungan terhadap penyakit campak, rubella, difteri, tetanus, dan kanker serviks,” tulis Kementerian Kesehatan dalam rilis resminya.

Campak: Penyakit Menular Sangat Tinggi

Perlu kita pahami bersama, campak disebabkan oleh virus yang menyebar dengan sangat mudah lewat percikan air liur saat seseorang batuk atau bersin. Penyakit ini memiliki tingkat penularan yang luar biasa tinggi dengan angka reproduksi dasar (R0) mencapai 17–18, yang berarti satu orang penderita dapat menulari 17 hingga 18 orang lainnya yang rentan.

Kalau sekiranya memang sudah ada gejala campak, bisa dilakukan isolasi mandiri bagi kasus ringan selama minimal 7 hari. Namun, jika kondisi sudah berat, pasien harus segera dibawa ke rumah sakit untuk mendapatkan perawatan intensif,” imbau Khofifah. Masyarakat juga harus secara disiplin menjaga kebersihan, rutin mengonsumsi vitamin A untuk meningkatkan daya tahan tubuh, dan menghindari kontak dengan kelompok yang memiliki daya tahan tubuh rendah, seperti bayi dan lansia.

Dapatkan juga berita teknologi terbaru hanya di newtechclub.com