YOGYAKARTA, Exposenews.id – Pemerintah Kota Yogyakarta baru saja memulai gelaran Job Fair selama dua hari, dimulai Selasa (8/7/2025) hingga Rabu (9/7/2025) di Gedung Pamungkas, Kotabaru, Gondokusuman. Ratusan pencari kerja langsung membanjiri venue acara sejak pagi, berebut peluang kerja dari berbagai sudut DIY. Namun, gelombang semangat itu seketika berubah jadi kekecewan menyakitkan ketika perusahaan-perusahaan memberlakukan syarat ketat yang diskriminatif!
“Usia Maksimal 35 Tahun? Ini Bukan Zaman Kolonial!”
Di hari pertama, Sani (41), salah satu pencari kerja, ngamuk saat menemui mayoritas perusahaan masih memberlakukan batas usia. “Saya muter-muter ke semua booth, hampir semuanya batasin usia. Padahal di Jatim sudah enggak ada aturan kuno kayak gini!” protesnya sambil geleng-geleng kepala.
Ia bercerita, Job Fair sebelumnya di Jogja masih lebih banyak lowongan, tapi kali ini pilihannya minim. “Dulu PT-nya banyak, sekarang dikit. Syaratnya malah makin ngeselin!” ujarnya kesal. Sani juga mengaku terinspirasi dari berita yang menyebut Jawa Timur lebih progresif, tanpa diskriminasi usia.
“Cantik Itu Syarat? Kerja atau Kontes Kecantikan?”
Bukan cuma urusan usia yang bikin Sani kesal, dia juga jengah berat setiap nemu lowongan yang nyantumin syarat ‘penampilan menarik’ itu. “Ini mau cari karyawan atau model iklan? Good looking itu subjektif banget!” kritiknya pedas.
Ia sempat mencoba fasilitas konseling dari Pemkot Jogja dan dapat saran ikut pelatihan katering atau jahit. “Saya paham sih maksudnya, tapi saya kan mau kerja tetap, bukan cuma dikasih saran buka usaha sendiri!” protesnya dengan nada kesal.
Job Fair Ramai Pengunjung, Tapi Banyak yang Pulang Kecewa
Pelamar langsung berubah jadi emosi begitu tahu syarat perusahaan nggak masuk akal. “Masa mau kerja harus muda dan ganteng? Skill dianggap apa?” tanya seorang pelamar lain.
Beberapa perusahaan bahkan terang-terangan menolak lamaran hanya karena usia atau penampilan. “CV saya sudah sangat kompeten, tapi begitu tahu usia saya, perusahaan langsung menolak tanpa pertimbangan!” ujar seorang pencari kerja yang meminta namanya dirahasiakan, dengan suara bergetar. “Padahal pengalaman kerja saya jauh lebih banyak daripada yang mereka butuhkan!” tambahnya sambil mengepal tinju.
Pemkot Jogja Buka Konseling, Tapi Solusinya Kurang Memuaskan
Di tengah kegaduhan, Pemkot Yogyakarta menyediakan konseling karir untuk membantu pelamar. Tapi nyatanya, solusi yang mereka berikan justru jauh dari harapan para pencari kerja. “Disuruh kursus terus buka usaha. Kalau mau kerja korporat gimana?” tanya seorang peserta frustasi.
Meski begitu, beberapa pelamar tetap berusaha positif. “Ya sudahlah, mungkin nasib belum baik. Tapi pemerintah harusnya lebih tegas soal diskriminasi kayak gini,” kata Sani sambil beranjak pulang.
Job Fair Jogja vs Jawa Timur: Mana yang Lebih Progresif?
Fakta bahwa Jawa Timur sudah menghapus batasan usia jadi tamparan keras bagi Jogja. “Di sana lebih menghargai kompetensi, bukan umur atau wajah. Kapan Jogja bisa seperti itu?” tanya seorang pengunjung.
Banyak yang berharap Pemkot Jogja belajar dari daerah lain dan membuat regulasi lebih adil. “Jangan cuma buat acara, tapi perhatikan juga hak-hak pencari kerja,” tegas seorang aktivis buruh yang turut memantau acara.
Ramai-Ramai Protes, Tapi Akankah Ada Perubahan?
Job Fair ini memang berhasil memantik kontroversi, tapi sayangnya belum ada tanda-tanda pihak penyelenggara akan menanggapi keluhan para pelamar. “Kalau tahun depan masih kayak gini, lebih baik demo aja!” canda seorang peserta sambil tertawa getir.
Sementara itu, Pemkot Jogja belum memberikan respons resmi terkait keluhan ini. Nanti kita lihat, apakah mereka akan berubah atau tetap ketinggalan zaman?