banner 120x600
Berita  

PMI Asal Bone Jadi Korban Penikaman di Malaysia

NUNUKAN, Exposenews.id – Seorang Pekerja Migran Indonesia (PMI) asal Bone, Sulawesi Selatan, harus menanggung nasib tragis setelah menjadi korban penikaman di tempat kerjanya, sebuah perkebunan sawit di Sabah, Malaysia. Petugas memulangkan Syahrir (53) ke Indonesia melalui Pelabuhan Internasional Tunon Taka, Nunukan, Kalimantan Utara, pada Kamis (26/6/2025) sore dalam kondisi luka parah.

Baca Juga: Komdigi Bakal Ubah STMM MMTC Yogyakarta Jadi Politeknik Digital

Sesampainya di Nunukan, Syahrir langsung menarik perhatian petugas. Petugas medis mengangkut Syahrir yang terbaring lemah di atas brankar, menyelimuti tubuhnya dengan kain tebal, sementara wajahnya yang pucat memperlihatkan bekas luka serius yang ia derita. Asriansyah, Koordinator Pelindungan Pekerja Migran Indonesia di BP2MI Nunukan, menjelaskan bahwa korban berasal dari Desa Matuju, Kecamatan Awangpone, Bone.

“Rekan-rekan kerjanya melaporkan bahwa Syahrir menjadi korban penikaman ketika sedang berjaga di kebun sawit wilayah Keningau, Sabah,” jelas Asriansyah kepada Exposenews.id melalui sambungan telepon pada Jumat (27/6/2025).

Surat dari KJRI Kota Kinabalu Tak Jelaskan Detail Kronologi

BP2MI Nunukan menerima surat resmi dari KJRI Kota Kinabalu bernomor 0405/PK/06/2-25/05/05 tentang repatriasi Syahrir. Namun, surat tersebut tidak memaparkan detail kejadian secara lengkap. Hanya disebutkan bahwa Syahrir menderita luka tusuk parah dan membutuhkan perawatan lebih lanjut.

Yang menarik, permintaan pemulangan justru datang dari putri kandungnya, Ria Meilinda, yang tinggal di Balikpapan, Kalimantan Timur. Ria mendesak pihak berwenang untuk segera memulangkan ayahnya ke Indonesia demi mendapatkan perawatan medis yang lebih memadai.

Kronologi Penikaman: Bermula dari Teguran terhadap Pekerja Mabuk

Asriansyah kemudian berhasil mengumpulkan informasi lebih lengkap dari rekan-rekan Syahrir di Malaysia. Menurutnya, kejadian berawal ketika Syahrir menemukan sekelompok pekerja kebun sedang minum minuman keras (miras) di area perkebunan kelapa sawit yang dia jaga.

Tanpa ragu, Syahrir menegur mereka. Namun, teguran itu justru berujung petaka. Salah satu pekerja yang sedang mabuk langsung menghunus senjata tajam dan menikamnya. “Dia tidak terima ditegur, langsung menusuk Syahrir,” ujar Asriansyah.

Begitu tiba di Nunukan, tim BP2MI langsung membawa Syahrir ke RSUD Nunukan untuk mendapatkan perawatan intensif. “Kami menanggung semua biaya pengobatannya,” tegas Asriansyah.

Meski kondisinya masih sangat lemah, dokter di Rumah Sakit Daerah Keningau, Sabah, menyatakan bahwa Syahrir sudah cukup stabil untuk melakukan perjalanan. Namun, dia masih harus berbaring dan tidak bisa bergerak bebas.

kunjungi Laman AATOTO

Tim BP2MI akan membawa Syahrir ke Balikpapan begitu kondisinya membaik agar putrinya bisa merawatnya langsung. “Kami akan terus memantau kesehatannya. Jika dokter menyatakan sudah cukup kuat, kami akan segera mengantarkannya ke Balikpapan,” jelas Asriansyah.

Perlindungan PMI Masih Harus Ditingkatkan

Kasus Syahrir kembali menyoroti pentingnya perlindungan lebih maksimal bagi PMI, terutama yang bekerja di sektor perkebunan. Banyak pekerja migran yang rentan menjadi korban kekerasan, eksploitasi, atau kecelakaan kerja tanpa mendapatkan perlindungan memadai.

BP2MI Nunukan berharap kasus ini menjadi perhatian serius bagi pemerintah dan pihak terkait. “Kami mendorong adanya pengawasan lebih ketat terhadap perusahaan yang mempekerjakan PMI, termasuk memastikan hak-hak mereka terpenuhi,” pungkas Asriansyah.

Sementara itu, keluarga Syahrir berharap agar ayah mereka segera pulih dan bisa kembali berkumpul dengan mereka di Balikpapan.