Empat Tantangan Inflasi Tahun Ini, Kepala BI Sulut Sebut Perlu Lakukan 4 K

Kepala KPw BI Sulut Andry Prasmuko. Istimewa.
banner 120x600

Exposenews.id, Manado – Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Sulawesi Utara, Andry Prasmuko mengatakan terdapat empat tantangan inflasi di Sulut pada tahun ini. Empat tantangan tersebut yaitu pertama ketersediaan pasokan komoditi strategis pangan.

“Kedua yakni fluktuasi harga tomat nasional,” ujar Andry saat berlangsungnya Rapat TPID Sulut di KPw BI Sulut, Kamis (12/1/2023).

Tantangan berikutnya yakni stok komoditas perikanan yang harus diwaspadai. Selain itu, belum adanya data pasokan komoditas perikanan yang mendetail di Sulut.

“Terakhir yaitu perlu adanya penguatan data aliran pasokan di setiap kabupaten/kota untuk mendorong KAD, terutama intra Sulut. Sehingga perlu dukungan dari dinas terkait di setiap Kabupaten untuk melakukan pengumpulan dan rekapitulasi data. Hal ini diharapkan dapat menjadi salah satu materi yang dapat dilaporkan dan dibahas setiap rakor TPID berikutnya,” papar Andry lagi.

Menurutnya, TPID Sulut juga perlu melakukan beberapa hal yang dirumuskan ke dalam 4K, sebagaimana yang telah dilakukan selama tahun 2022. K pertama yakni Keterjangkauan Harga.

“Harga ini bisa dipengaruhi adanya potensi gangguan ketersediaan pasokan pangan akibat faktor cuaca dan tingginya ketergantungan akan pasokan dari daerah lain. Bahkan tingginya disparitas harga antara Sulut dan daerah sekitar Sulut yang menyebabkan petani/pelaku usaha cenderung mengirimkan hasil produksinya ke luar daerah,” sebutnya.

Ketersediaan Pasokan turut menjadi perhatian TPID Sulut. Ini bisa diimplementasikan melalui program “Marijo Bakobong” Gerakan Urban Farming GNPIP melalui pembagian 100.000 bibit cabai di Sulut.

“Bisa juga dengan mendorong pemberian KUR Bohusami Bakobong untuk meningkatkan produksi pertanian,” dia menjelaskan.

Selanjutnya yaitu Kelancaran Distribusi dengan implementasi KAD B-to-B Tomohon-Parigi Moutong untuk komoditas beras. Selain itu implementasi KAD B-to-B Manado-Ternate untuk komoditas hortikultura, dan implementasi KAD B-to-B Sulut-Jatim untuk komoditas daging ayam.

“K terakhir yakni dengan Komunikasi Efektif seperti pelaksanaan lebih dari 5 kali High Level Meeting se-Sulut, Rakorwil Sulampua, dan rapat koordinasi teknis rutin untuk sinergi program TPID. Kemudia, perluasan penggunaan infrastruktur komunikasi pendukung pengendalian harga salah satunya melalui penggunaan videotron di Kotamobagu,” tutupnya.

(RTG)