Berita  

Klarifikasi Pihak Berwajib Soal Video Viral “Pembabatan Hutan” di Bali Utara

Hutan lindung di Kabupaten Buleleng, Provinsi Bali.

Exposenews.id – Sebuah video yang menggemparkan jagat media sosial tiba-tiba menjadi viral dan menyulut keprihatinan publik. Video ini dengan gamblang mengeklaim adanya aksi pembabatan hutan yang merusak di kawasan Bali utara. Tidak main-main, video tersebut secara khusus menyoroti aktivitas pembalakan yang terjadi di hutan lindung yang terletak di Desa Ambengan dan Desa Gitgit, Kecamatan Sukasada, Kabupaten Buleleng, Bali. Akibatnya, gelombang kecaman dan tudingan mencecar warganet.

Klarifikasi Resmi dari Pihak Berwajib

Namun, di tengah hiruk-pikuk tuduhan tersebut, Unit Pelaksana Teknis Daerah Kesatuan Pengelolaan Hutan (UPTD KPH) Bali Utara akhirnya angkat bicara dan memberikan penjelasan yang mengejutkan. Mereka dengan tegas membantah isu pembalakan liar itu. Lebih lanjut, UPTD KPH Bali Utara memaparkan bahwa aktivitas yang tampak dalam video viral itu sebenarnya merupakan bagian dari program perhutanan sosial yang justru memiliki manfaat besar.

Kemudian, untuk memperjelas status hukum kawasan tersebut, Pelaksana Tugas (Plt) Kepala UPTD KPH Bali Utara, Hesti Sagiri, memberikan data yang sangat spesifik. Beliau menegaskan bahwa lokasi yang ramai diperbincangkan itu telah resmi berstatus sebagai kawasan Hutan Desa. Status ini sendiri mereka tetapkan berdasarkan Keputusan Menteri LHK Nomor SK.8806/MENLHK-PSKL/PKPS/PSL.0/12/2018, yang mencakup area seluas kurang lebih 354 hektar. Selanjutnya, hak pengelolaan penuh atas kawasan hutan ini telah diserahkan kepada Lembaga Pengelola Hutan Desa (LPHD) Mertha Sari Bhuana, yang anggota-anggotanya adalah warga setempat.

Kunjungan Lapangan Bukan Intimidasi, Tapi Pendampingan

Selain itu, terkait isu intimidasi yang beredar, Hesti memberikan klarifikasi yang sangat detail. “Petugas kami bersama Kepala Desa dan Ketua LPHD memang sempat mendatangi kediaman salah satu warga bernama Nengah Setiawan,” ujarnya. Akan tetapi, Hesti dengan sangat jelas menekankan bahwa tujuan kedatangan mereka sama sekali bukan untuk melakukan intimidasi. Sebaliknya, kunjungan itu justru mereka lakukan sebagai bentuk upaya komunikasi yang baik dan pendampingan pro-aktif, terutama untuk menanggapi unggahan video yang dinilai telah menimbulkan kesalahpahaman massal di tengah masyarakat.

Di sisi lain, Hesti juga menambahkan penjelasan penting mengenai esensi dari pertemuan tersebut. Menurutnya, timnya sengaja datang untuk menyampaikan informasi yang utuh dan komprehensif agar tidak menimbulkan penafsiran ganda yang bisa memperkeruh situasi. “Tidak ada unsur intervensi atau tekanan dalam kunjungan tersebut,” tambahnya dengan penuh keyakinan, sekaligus menepis segala spekulasi negatif.

Transformasi Sukses: Dari Hutan Rusak Menuju Ekonomi Hijau

Sementara itu, untuk memberikan perspektif historis, Hesti pun membuka memori tentang kondisi kawasan hutan di Desa Ambengan di masa lampau. Beliau mengungkapkan sebuah fakta mencengangkan bahwa kawasan tersebut sempat mengalami periode kelam berupa perambahan dan konflik horisontal yang dipicu oleh maraknya pembalakan liar pada era awal tahun 2000-an. Namun, kondisi suram itu berhasil mereka putus secara signifikan setelah hak kelola hutan diberikan kepada masyarakat melalui skema Hutan Desa. Alhasil, berkat skema ini, kawasan yang dulu rusak justru kini telah berubah menjadi sumber kehidupan yang memberikan banyak manfaat nyata bagi kesejahteraan warga.

Lebih hebatnya lagi, saat ini kawasan hutan desa itu telah mereka kembangkan dengan sangat kreatif menjadi destinasi ekowisata yang dinamai Jasling Gatep Lawas. Tidak berhenti di situ, pemerintah dan masyarakat juga secara sinergis menjalankan program agroforestri yang secara aktif melibatkan berbagai kelompok tani hutan. Pada lahan tersebut, masyarakat dengan penuh semangat menanam beragam jenis tanaman bernilai ekonomi tinggi, seperti durian, serai, vanili, talas, ubi, dan pisang.

Selanjutnya, terkait titik lokasi yang sempat viral, Hesti justru membeberkan sebuah rencana besar di baliknya. Ternyata, lokasi itu merupakan bagian dari program investasi strategis bernama FOLU (Forestry and Other Land Uses) Perhutanan Sosial Tahun 2025. Program ambisius ini secara khusus mencakup penanaman tanaman Multi Purpose Tree Species (MPTS) seperti durian, alpukat, dan manggis, serta berbagai tanaman pangan lainnya yang sengaja mereka tanam di bawah tegakan pohon yang sudah ada.

Tidak hanya mengandalkan anggaran pemerintah, berbagai program corporate social responsibility (CSR) dari perusahaan swasta pun turut menyemarakkan pembangunan hijau di Ambengan. Hesti dengan bangga menyebutkan adanya program agroforestri hasil kolaborasi dengan CSR BCA (Jejakin Satin) yang telah menyalurkan bantuan sekitar 7.000 bibit tanaman keras dan buah, seperti cempaka, nangka, pala, sentul, sawo, dan durian. Ditambah lagi, kegiatan rehabilitasi hutan dengan menanam beringin dan aren juga terus mereka galakkan untuk memulihkan ekosistem.

Berdasarkan data yang ada, program perhutanan sosial di Ambengan ini telah mereka catat berhasil memberikan dampak positif yang sangat nyata dan konkret. Program ini tidak hanya berhasil meningkatkan ekonomi warga secara signifikan, tetapi juga secara paralel berhasil menumbuhkan kesadaran lingkungan kolektif. Bahkan, yang lebih membanggakan, inisiatif ini telah berkontribusi besar terhadap peningkatan pendapatan asli desa (PAD), yang ujungnya kembali untuk membiayai pembangunan desa.

Kini, Desa Ambengan tidak berjalan sendirian. Desa ini telah menjadi bagian dari sebuah kerja sama besar yang melibatkan delapan desa di kawasan “Den Bukit”. Kemitraan strategis ini sendiri telah ditetapkan secara resmi melalui SK Bupati Buleleng Nomor 414/417/HK/2021. Saat ini, seluruh desa dalam klaster tersebut secara aktif terlibat dalam penyusunan masterplan yang disebut Integrated Area Development (IAD) Kabupaten Buleleng.

Sebagai penutup, Hesti memaparkan visi besar di balik program IAD ini. “Melalui program IAD, kami memiliki ambisi untuk memperluas skala pengembangan perhutanan sosial ke level yang lebih tinggi,” tegasnya. Visi tersebut mereka wujudkan dengan berkomitmen untuk terus meningkatkan produksi pangan alternatif yang berbasis pada sistem agroforestri dan silvopasture, mengembangkan sektor agroindustri yang berdaya saing, serta secara simultan memperkuat potensi wisata alam secara berkelanjutan untuk kesejahteraan generasi masa depan Bali.

Dapatkan juga berita teknologi terbaru hanya di newtechclub.com