JAKARTA, Exposenews.id – Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) baru saja melontarkan peringatan mengejutkan: stok bahan bakar minyak (BBM) di SPBU swasta berisiko tinggi untuk terus-menerus kosong hingga akhir tahun ini! Bayangkan, kita bisa menyaksikan antrean panjang dan pompa yang tutup-tutupan selama berbulan-bulan.
Jalan Keluar atau Jebakan? Pemerintah Pasang Opsi “Ambil atau Tinggalkan”
Sebenarnya, pemerintah melalui Kementerian ESDM mengklaim telah membuka jalan keluar. Lebih lanjut, Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi (Migas), Laode Sulaeman, menjelaskan bahwa pemerintah telah memfasilitasi badan usaha swasta untuk membeli base fuel atau BBM murni langsung dari Pertamina. Dengan kata lain, negosiasi business to business (B2B) antara kedua belah pihak diharapkan bisa segera menyelesaikan krisis ini. Namun, di balik itu semua, ada sebuah kondisi “surut atau hanyut” yang dipasang oleh pemerintah. Faktanya, Laode dengan tegas menyatakan bahwa jika kesepakatan B2B ini gagal tercapai, maka SPBU swasta harus siap menghadapi pompa kering mereka yang akan terus berlanjut. Bahkan, dengan nada tegas, Laode mengungkapkan pilihan yang terkesan memojokkan, “Ya ini pilihan, maksudnya mau kosong sampai akhir tahun atau mau ada yang disepakati, seperti itu,” ujarnya di Kantor Kementerian ESDM, Jakarta, pada Jumat (3/10/2025).
Akar Masalah Terungkap: Kuota Impor Habis, Pemerintah Tutup Keran
Lalu, bagaimana awal mula krisis ini bisa terjadi? Ternyata, masalahnya berawal dari kuota impor. Seperti yang telah diketahui banyak pihak, raksasa SPBU swasta seperti Shell, BP, dan Vivo mulai mengalami kelangkaan stok BBM sejak akhir Agustus 2025 lalu. Penyebab utamanya adalah kuota impor BBM untuk mereka yang sebanyak 110 persen untuk tahun 2025 sudah habis total! Alih-alih memberikan solusi dengan tambahan kuota, Kementerian ESDM justru mengambil langkah kontroversial dengan menutup keran impor tambahan. Sebagai gantinya, badan usaha swasta diarahkan secara paksa untuk membeli pasokan BBM dari Pertamina, yang konon katanya masih memiliki sisa kuota impor. Pada intinya, pemerintah memutar arah kebijakan secara drastis.
Etanol 3,5%: Alasan SPBU Swasta Menolak dan Bahan Bakar yang Tertahan
Namun, plot twist pun terjadi! Hingga detik ini, belum ada satu pun kesepakatan yang berhasil ditandatangani antara pihak swasta dan Pertamina. Yang lebih mencengangkan lagi, Pertamina sebenarnya sudah bersiap-siap dengan mengimpor 100.000 barrel base fuel khusus untuk memenuhi kebutuhan SPBU swasta tersebut. Tapi, ternyata, semua persiapan itu sia-sia. Lalu, apa sih yang membuat pihak swasta begitu enggan membeli BBM dari Pertamina? Jawabannya ternyata terletak pada kandungan etanol sebesar 3,5 persen dalam base fuel Pertamina. Meskipun jumlahnya kecil, kandungan inilah yang menjadi batu sandungan utama dan membuat perusahaan swasta ogah-ogahan untuk memasok BBM dari BUMN tersebut.
Menanggapi penolakan ini, Laode Sulaeman tampaknya berusaha meluluhkan hati para swasta dengan berbagai argumen. Menurutnya, penggunaan etanol dalam BBM sebenarnya adalah praktik yang sangat umum dan sudah diterima secara internasional. Bahkan, ia dengan yakin menyatakan bahwa etanol sama sekali tidak akan mengganggu performa mesin kendaraan. “Etanol itu di internasional sudah banyak yang pakai. Jadi tidak mengganggu performa, bahkan bagus dengan menggunakan etanol itu,” ucapnya meyakinkan. Tak berhenti di situ, Laode pun membawa contoh nyata dari negara lain untuk memperkuat posisinya. Sebagai ilustrasi, ia menyebut Brasil yang dengan sukses menerapkan campuran etanol hingga 20 persen pada bensin secara nasional. Lebih heboh lagi, ia mengungkapkan fakta bahwa BBM yang dijual oleh Shell di Amerika Serikat juga mengandung etanol! Dengan penuh keyakinan, Laode menantang, “Kalau di Amerika saja Shell juga sudah pakai etanol. Di Amerika sendiri mereka bensinnya pakai etanol. Saya bisa kasih lihat bukti-bukti itu,” katanya.
Finale yang Ironis: Stok BBM Pertamina Aman, Sementara Swasta Ditinggalkan
Lalu, bagaimana nasib 100.000 barrel base fuel yang sudah diimpor Pertamina itu? Laode memberikan jawaban yang justru membuat situasi semakin ironis. Ia menyatakan bahwa jika tidak ada satupun badan usaha swasta yang mau membelinya, maka stok besar itu akan dialihkan untuk digunakan oleh Pertamina sendiri. Akhirnya, dengan nada sedikit sinis, Laode menutup pernyataannya, “Kalau base fuel tetap terpakai ya. Makanya kan disampaikan bahwa kelangkaan itu tidak akan terjadi. Kenapa? karena kan sebenarnya ada (stok BBM), cuma yang satunya maunya yang tadi, yang satunya yang sudah ada di Pertamina. Kalau Pertamina itu enggak akan kehabisan,” ucapnya. Pada akhirnya, krisis ini seolah hanya menjadi masalah bagi sektor swasta, sementara Pertamina diuntungkan dengan tambahan stok yang siap mereka gunakan.
Dapatkan juga berita teknologi terbaru hanya di newtechclub.com