Berita  

Hari Ketiga Evakuasi Ponpes Al Khoziny, RSUD Notopuro Sesak Dikelilingi Keluarga Korban

Suasana RSUD RT Notopuro, hari ketiga evakuasi korban Ponpes Al Khoziny, Sidoarjo, Rabu (1/10/2025).

Exposenews.id – Proses evakuasi korban Pondok Pesantren (Ponpes) Al Khoziny di Buduran, Sidoarjo, Jawa Timur, kini memasuki babak ketiga yang penuh ketegangan. Sementara itu, gelombang kepanikan dan kesedihan secara langsung membanjiri RSUD RT Notopuro, di mana puluhan keluarga korban dengan setia bergantian menunggu dan berdoa. Anda bisa bayangkan betapa perasaan mereka tercabik-cabik antara harapan dan kecemasan yang mendalam; suasana hati ini benar-benar menggambarkan duka yang tak terucapkan. Akibatnya, kesabaran setiap keluarga terus menerus diuji dalam setiap detik yang terasa begitu menyiksa.

Berdasarkan pantauan langsung di lapangan, pada Rabu, 1 Oktober 2025 sekitar pukul 19.00 WIB, puluhan orang telah memadati dan memenuhi halaman rumah sakit di Jalan Majapahit, Sidoarjo. Selanjutnya, area tersebut disesaki oleh wajah-wajah lelah yang dipenuhi kegelisahan tak karuan. Akibatnya, kerumunan keluarga ini tidak henti-hentinya menyorongkan pandangan penuh harap ke setiap sudut, berusaha mengenali setiap ambulans yang mendekat. Oleh karena itu, desas-desus dan bisikan nama-nama santri terus mengudara, menyelingi deru mesin kendaraan penyelamat.

Kegelisahan yang membara itu akhirnya meluap dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan repetitif yang dilontarkan kepada para petugas yang lalu-lalang. Salah satu keluarga korban, dengan suara parau dan gemetar, berkali-kali menyebut nama seorang santri dengan penuh harap. “Pak, keluarga saya sudah dibawa ke sini, ta? Santri Al Khoziny. Belum ya, pak?” ujarnya, mencoba menggenggam kepastian di tengah situasi yang tidak menentu. Pertanyaan singkat itu sejatinya menyimpan seribu doa dan ketakutan yang terpendam. Dengan kata lain, setiap kata yang terucap adalah jeritan hati yang mengharapkan kabar baik.

Di lokasi kejadian, lalu lintas ambulans justru menunjukkan intensitas yang semakin menjadi-jadi. Kendaraan-kendaraan penyelamat tersebut hilir mudik tanpa kenal lelah, terus mengantarkan para korban musibah ambruknya Ponpes Al Khoziny. Selanjutnya, hingga pukul 21.00 WIB, total sekitar 5 mobil ambulans terlihat sibuk bolak-balik membawa santri-santri yang baru saja dievakuasi dari reruntuhan. Sebagai akibatnya, suasana di depan Instalasi Gawat Darurat (IGD) rumah sakit berubah menjadi sangat semrawut dan dipenuhi oleh aktivitas genting yang mendebarkan.

Teriakan petugas RSUD RT Notopuro pun terus bergema, berusaha keras mengatur kerumunan dan memastikan jalur evakuasi tetap terbuka untuk akses yang cepat. “Tolong minggir, minggir dulu, jangan di sini, agak mundur, enggak bisa dibuka pintunya!” seru mereka dengan suara tegas. Seruan ini dengan jelas menggambarkan betapa berharganya setiap momen dalam proses penyelamatan jiwa ini. Dengan demikian, kerja sama semua pihak yang berada di lokasi sangat dibutuhkan untuk mendukung kelancaran operasi evakuasi.

Sementara di balik kerumunan, penjelasan resmi akhirnya disampaikan oleh Direktur Utama RSUD RT Notopuro Sidoarjo, Dokter Atok Irawan. Beliau dengan tegas menegaskan bahwa pihak rumah sakit mendapatkan tugas khusus untuk menangani korban yang berhasil diselamatkan dalam kondisi masih hidup. “Iya memang begitu (korban selamat dirawat di RSUD RT Notopuro). Sudah diminta Basarnas semua jenazah difokuskan ke RSI (Siti Hajar),” jelas Atok saat ditemui di lokasi. Penjelasan otoritatif ini akhirnya memberikan sedikit kejelasan tentang alur distribusi penanganan korban. Oleh karena itu, keluarga akhirnya dapat mengetahui dengan lebih pasti di mana mereka harus menanti atau mencari informasi tentang kondisi saudara mereka.

Berdasarkan data terbaru yang berhasil dihimpun, RSUD RT Notopuro total sudah menerima 45 korban musibah ambruknya Ponpes Al Khoziny. Data yang akurat ini membeberkan rincian yang cukup mencengangkan: 13 orang di antaranya masih harus menjalani perawatan intensif, 2 orang dinyatakan meninggal dunia, dan 30 orang lainnya sudah diperbolehkan pulang. Data ini tentu saja memberikan gambaran sementara tentang besarnya skala musibah yang terjadi. Sebagai akibatnya, kita bisa melihat bahwa upaya pertolongan telah berhasil menyelamatkan sejumlah nyawa, meski masih menyisakan pekerjaan rumah yang sangat besar.

Sebelumnya, informasi yang lebih menegangkan telah disampaikan oleh Kepala Pusat Data, Informasi, dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, Abdul Muhari. Beliau mencatat, hingga Selasa (30/9/2025) malam, sebanyak 91 orang diduga masih tertimbun material bangunan! “Kami terus berupaya mengevakuasi diduga 91 orang yang masih terjebak di dalam,” tegas Muhari pada Rabu (1/10/2025). Pernyataan resmi ini tentu saja menambah beban psikologis dan tekanan operasional bagi tim penyelamat. Dengan demikian, operasi SAR harus terus dilanjutkan dengan kecepatan dan ketepatan tingkat tinggi, mengingat nyawa yang menjadi taruhannya.

Untuk menangani reruntuhan mushala Ponpes Al Khoziny Sidoarjo, jumlah tim SAR gabungan yang dikerahkan ternyata sangat masif, mencapai 332 personel! Mereka berasal dari berbagai lini instansi, mulai dari BASARNAS, BPBD Jawa Timur, BPBD Sidoarjo, BPBD Nganjuk, BPBD Jombang, BPBD Surabaya, Dinas PU SDA Provinsi, Tagana Dinas Sosial, hingga aparat TNI dan Polri. Kolaborasi besar-besaran ini menunjukkan betapa seriusnya pemerintah dan semua pihak dalam menangani musibah yang memilukan ini. Akibatnya, semua sumber daya dan tenaga ahli dikerahkan tanpa reserve untuk menyelamatkan setiap nyawa yang masih tertimbun.

Selain itu, dua unit ekskavator juga telah disiagakan sejak hari pertama bencana terjadi. Akan tetapi, alat berat tersebut belum difungsikan secara maksimal. Hal ini sengaja dilakukan sebagai langkah antisipasi untuk meminimalkan risiko cedera tambahan pada korban yang mungkin masih terjebak hidup-hidup di antara tumpukan puing. Keputusan yang sulit ini jelas membutuhkan pertimbangan teknis dan kemanusiaan yang sangat matang dari para ahli di lapangan. Oleh karena itu, keselamatan korban tetap menjadi kompas dan prioritas utama di atas segala-galanya. Akhirnya, operasi penyelamatan yang berlangsung saat ini pun masih lebih mengandalkan tenaga dan ketelitian manusia yang dibekali dengan peralatan yang lebih presisi.

Dapatkan juga berita teknologi terbaru hanya di newtechclub.com

Exit mobile version