Exposenews.id – Sebuah gelombang demonstrasi besar yang dipelopori oleh anak muda, khususnya Generasi Z (Gen Z), baru-baru ini secara massive melanda Maroko dan mengguncang ibu kota! Aksi protes yang pecah pada akhir pekan lalu ini bahkan tercatat sebagai yang terbesar dalam kurun waktu beberapa tahun terakhir, di mana massa dengan lantang menuduh pemerintah melakukan kesalahan fatal dalam menetapkan prioritas pembangunan negara. Ratusan pemuda dengan penuh semangat kemudian turun ke jalan di sedikitnya 11 kota di seluruh penjuru negeri, seperti yang berhasil diungkap oleh CNN, Minggu (28/9/2025). Mereka tidak hanya mengecam praktik korupsi yang mengakar, tetapi juga mengkritik habis-habisan kebijakan pemerintah yang mereka nilai terlalu fokus menggelontorkan dana rakyat untuk ajang olahraga internasional, alih-alih memperbaiki layanan kesehatan dan pendidikan yang bobrok.
“Stadion Ada di Sini, Tapi Rumah Sakit di Mana?” Sorotan Kebijakan yang Salah Arah
“Stadion ada di sini, tapi rumah sakit di mana?” demikianlah salah satu slogan yang paling sering diteriakkan para demonstran, yang secara jelas merujuk pada proyek ambisial pembangunan dan renovasi stadion untuk menyambut Piala Dunia FIFA 2030. Memang, Maroko saat ini tengah sibuk membangun minimal tiga stadion baru dan sekaligus merenovasi atau memperluas setidaknya enam stadion lainnya yang sudah ada. Namun, di balik semua euforia dan kemegahan itu, kritik tajam justru bermunculan dan menyoroti kualitas layanan publik yang sangat memprihatinkan. Aksi unjuk rasa ini bahkan semakin meluas setelah masyarakat dikejutkan oleh kasus tragis di Agadir, di mana delapan perempuan dengan tragis meninggal dunia saat menjalani proses persalinan di sebuah rumah sakit umum. Menanggapi aksi damai ini, pihak kepolisian justru mengerahkan polisi berpakaian sipil dan aparat antihuru-hara untuk membubarkan massa, sementara sejumlah demonstran dilaporkan ditangkap secara paksa oleh aparat.
Gerakan Gen Z: Dari TikTok ke Jalanan
Asosiasi Hak Asasi Manusia Maroko dengan tegas menyatakan bahwa puluhan orang telah ditangkap pada Sabtu (27/9/2025), di mana beberapa dari mereka mengalami kekerasan fisik sebelum akhirnya dibebaskan. Berbeda sama sekali dengan unjuk rasa pada dekade sebelumnya, aksi kali ini justru lahir dari sebuah gerakan tanpa pemimpin yang murni digerakkan oleh anak muda. Aksi protes ini sebagian besar digalang melalui media sosial yang sangat populer di kalangan remaja, seperti TikTok dan Discord, dengan dua kelompok utama, Gen Z 212 dan Morocco Youth Voices, menjadi penggeraknya. “Tidak ada harapan lagi. Saya ingin reformasi sistem secara keseluruhan, bukan hanya kesehatan dan pendidikan,” keluh Youssef, seorang insinyur berusia 27 tahun yang mewakili kekecewaan generasinya. Fakta demografis pun mendukung gerakan ini, di mana penduduk berusia 15 hingga 30 tahun saat ini merupakan kelompok terbesar di Maroko.
Di sisi lain, pemerintah berusaha membantah keras anggapan bahwa dana untuk Piala Dunia lebih diprioritaskan. Perdana Menteri Maroko Aziz Akhannouch, yang juga seorang miliarder, dengan tegas menegaskan bahwa pemerintah telah mencapai banyak kemajuan di bidang kesehatan dan sedang membangun rumah sakit di seluruh wilayah. Sebagai bentuk tindak lanjut atas tekanan publik, Menteri Kesehatan akhirnya memecat direktur rumah sakit Agadir. Namun, data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada 2023 justru mengungkap fakta mencengangkan: Maroko hanya memiliki 7,7 tenaga medis per 10.000 penduduk, jauh di bawah rekomendasi WHO. Di Agadir, jumlahnya bahkan hanya 4,4 per 10.000 penduduk, sebuah angka yang sangat memprihatinkan dan menjadi bukti nyata dari keluhan rakyat.
Dapatkan juga berita teknologi terbaru hanya di newtechclub.com












