Berita  

Tiga Penambang Ilegal Tewas Keracunan Zat Kimia di Lubang Galian Gunung Botak

Ilustrasi pertambangan emas ilegal di Gunung Botak

AMBON, Exposenews.id – Dalam sebuah insiden yang kembali menyoroti bahaya aktivitas tambang liar, tiga penambang ilegal di kawasan Gunung Botak, Desa Wamsait, Kabupaten Buru, Maluku, meregang nyawa dengan cara yang tragis. Lebih mengerikan lagi, ketiganya—Asri (37), Tasid Jawa (37), dan La Onyong (39)—ditemukan tewas terperangkap di dalam lubang galian mereka sendiri pada Rabu (24/9/2025). Faktanya, ketiga penambang ini diduga kuat tewas setelah menghirup tumpahan zat kimia beracun yang membanjiri kolam galian tempat mereka bekerja.

Bencana Tiba-Tiba di Kedalaman 8 Meter

Selanjutnya, Kapolres Buru AKBP Sulastri Sukidjang memaparkan kronologi kejadian yang memilukan ini. Menurutnya, peristiwa bermula ketika ketiga korban sedang melakukan penggalian manual untuk mencari emas. Saat mereka sudah berada di dalam lubang yang mencapai kedalaman sekitar 8 meter, sebuah malapetaka tak terduga terjadi. Secara tiba-tiba, bak penampung berisi larutan kimia berbahaya yang berada di atas lereng lubang mengalami kebocoran dan jebol. Akibatnya, “Air yang mengandung bahan B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun) dari bak yang jebol itu langsung mengalir deras dan membanjiri lubang yang sedang dikerjakan oleh para korban,” jelas Sulastri kepada para wartawan pada Jumat (26/9/2025). Dengan kata lain, ketiga penambang tersebut tidak memiliki kesempatan untuk menyelamatkan diri dari semburan cairan mematikan itu.

Upaya Penyelamatan yang Berakhir Duka

Di sisi lain, sebuah upaya heroik sempat dilakukan oleh salah seorang rekan penambang yang menyaksikan kejadian mengerikan tersebut. Saat bencana terjadi, korban La Onyong berhasil dievakuasi pertama kali karena posisinya yang masih berada di dekat pintu masuk lubang. Sayangnya, dua korban lainnya, Asri dan Tasid Jawa, sudah terlanjur masuk lebih dalam dan terjebak oleh luapan air kimia. Meskipun tim berhasil mengevakuasi ketiganya, nyawa mereka tidak tertolong. “Ketiga korban diduga mengalami keracunan akut akibat menghirup atau terpapar air rendaman yang mengandung bahan kimia berbahaya. Para korban akhirnya berhasil dikeluarkan dari dalam lubang, namun sayangnya mereka sudah dalam kondisi meninggal dunia,” tutur Sulastri dengan penuh penyesalan. Pada akhirnya, jasad ketiga korban diserahkan kepada keluarga masing-masing untuk kemudian dimakamkan. “Proses pemakaman telah dilaksanakan oleh pihak keluarga masing-masing,” ungkapnya.

Peringatan Keras Kapolres dan Realita Pahit Gunung Botak

Sebagai respons atas tragedi ini, Kapolres Buru AKBP Sulastri Sukidjang kembali mengeluarkan peringatan kerasnya. Beliau secara khusus menghimbau kepada seluruh penambang agar segera meninggalkan lokasi Gunung Botak dan menghentikan segala aktivitas penambangan ilegal di kawasan tersebut. “Kami secara tegas menghimbau kepada para penambang untuk tidak lagi melanjutkan aktivitas pertambangan secara ilegal. Sudah jelas, praktik seperti ini sangat membahayakan keselamatan diri mereka sendiri dan juga merusak kelestarian lingkungan sekitar,” pintanya dengan serius. Namun demikian, realita di lapangan menunjukkan betapa kompleksnya masalah ini. Walaupun pihak berwajib telah berulang kali melakukan penertiban dan penutupan, aktivitas penambangan ilegal di Gunung Botak ternyata masih terus berlangsung hingga detik ini. Alhasil, kekhawatiran akan terulangnya tragedi serupa di masa depan masih sangat besar.

Analisis Ahli: Mengapa Bahan Kimia Tambang Ilegal Sangat Mematikan?

Sebenarnya, bahaya utama dalam insiden ini berasal dari bahan kimia ilegal yang digunakan. Para ahli lingkungan menjelaskan bahwa tambang emas ilegal seringkali menggunakan bahan-bahan beracun seperti merkuri dan sianida secara sembarangan. Bahan-bahan ini, yang dikategorikan sebagai B3, dengan mudah meracuni udara di ruang tertutup seperti lubang galian. Paparan dalam konsentrasi tinggi dapat langsung menyebabkan keracunan sistem saraf dan kematian dalam hitungan menit. Oleh karena itu, penting untuk dipahami bahwa risiko yang dihadapi oleh penambang bukan hanya longsor, melainkan juga ancaman tak kasat mata dari racun kimia.

Dampak Lingkungan yang Tak Kalah Mengkhawatirkan

Selain merengut nyawa, aktivitas tambang ilegal juga meninggalkan jejak kerusakan lingkungan yang masif. Cairan kimia beracun yang tumpah tidak hanya membunuh para penambang, tetapi juga akan mencemari tanah dan sumber air di sekitar Gunung Botak. Pencemaran ini pada akhirnya akan mengancam kesehatan masyarakat luas dan ekosistem jangka panjang. Dengan demikian, tragedi kemanusiaan ini seharusnya menjadi alarm bagi semua pihak untuk bergerak lebih cepat mencari solusi yang komprehensif, bukan hanya sekadar penutupan temporer.

Pada intinya, tragedi tiga penambang di Gunung Botak adalah sebuah pengingat kelam tentang betapa mahalnya harga yang harus dibayar untuk praktik tambang ilegal. Insiden ini dengan jelas menunjukkan bahwa keselamatan manusia dan kelestarian lingkungan harus menjadi prioritas utama. Pemerintah dan masyarakat bersama-sama perlu menciptakan alternatif mata pencaharian yang lebih aman dan berkelanjutan bagi warga sekitar. Mari kita jadikan peristiwa pilu ini sebagai momentum untuk mengakhiri lingkaran setan pertambangan ilegal yang hanya membawa duka dan kerusakan.

Dapatkan juga berita teknologi terbaru hanya di newtechclub.com