Berita  

Data Ungkap Kemarahan Netizen: 82,9% Sentimen Negatif untuk Bahlil Soal Kebijakan BBM

Ketum Golkar Bahlil Lahadalia saat ditemui di Istana

Exposenews.id – Melaporkan, sejumlah stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU) swasta justru secara kompak menghentikan penjualan BBM, khususnya untuk jenis bensin. Lebih menarik lagi, fenomena ini ternyata terjadi secara merata di seluruh jaringan penjualan raksasa seperti Shell, Vivo, dan BP.

Lonjakan Permintaan vs Kuota BBM Terbatas

Lantas, apa pemicu di balik kelangkaan BBM di SPBU swasta ini? Ternyata, masalah utamanya berpusat pada menipisnya stok BBM yang mereka miliki. Di satu sisi, permintaan untuk BBM nonsubsidi di SPBU swasta justru sedang mengalami kenaikan yang signifikan, sementara di sisi lain, kuota impor yang mereka dapatkan masih sangat terbatas.

Meskipun pemerintah, dalam hal ini Kementerian ESDM, mengklaim telah menambah kuota impor untuk SPBU swasta, namun faktanya kenaikan kuota tersebut masih belum mampu mengimbangi lonjakan permintaan BBM dari SPBU non-Pertamina yang begitu masif. Akibatnya, para konsumen setia SPBU swasta—yang notabene merupakan golongan masyarakat yang secara sukarela tidak mengonsumsi BBM bersubsidi—justru akhirnya kesulitan memperoleh BBM yang mereka butuhkan.

Badai Kritik di Media Sosial Mengarah ke Bahlil

Kemudian, sentimen negatif pun mulai bermunculan dan secara khusus diarahkan kepada Menteri Bahlil Lahadalia. Berdasarkan sebuah pemantauan percakapan di media sosial pada tanggal 15–17 September 2025, yang melibatkan lima platform besar (TikTok, Instagram, Facebook, YouTube, dan X), terungkap fakta mengejutkan.

Dalam kurun waktu tiga hari tersebut, berhasil terkumpul sekitar 21.000 data percakapan yang menggunakan kata kunci populer seperti “SPBU swasta”, “impor BBM”, “Shell”, “Vivo”, serta “BP AKR”. Perlu kamu tahu, kata kunci itu secara langsung mengacu pada sejumlah merek SPBU swasta ternama yang beroperasi di Indonesia, misalnya Shell asal Belanda, Vivo dari Swiss, dan BP yang berasal dari Inggris.

Selain itu, terdapat juga SPBU Indomobil yang berada di bawah naungan ExxonMobil asal Amerika Serikat. Biasanya, SPBU ini berlokasi di luar kota dengan jarak yang relatif jauh dari SPBU besar lainnya.

76% Warganet Murka, Kualitas Pertamina Juga Dipertanyakan

Hasil analisis yang dilakukan kemudian menunjukkan sesuatu yang mencengangkan. Isu besar mengenai kelangkaan stok BBM di SPBU swasta ini berhasil memunculkan 76 persen sentimen negatif, 16 persen netral, dan hanya 8 persen positif. Angka tersebut dengan jelas menggambarkan tingkat keresahan warganet yang benar-benar kesulitan mendapatkan pasokan BBM di SPBU non-Pertamina.

Selanjutnya, dari sepuluh topik populer yang ramai diperbincangkan, citra Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia justru menjadi sorotan utama. Sebanyak 82,9 persen percakapan bernada negatif secara keras menilai kebijakan Bahlil terkesan lebih berpihak pada PT Pertamina.

Gelombang kritik pedas tersebut terutama dipicu oleh pernyataan Bahlil yang secara terang-terangan menolak membuka impor tambahan bagi SPBU swasta. Alih-alih membuka keran impor, ia justru menyarankan agar pengadaan BBM untuk SPBU swasta dibeli dari Pertamina sebelum nantinya dijual kembali ke masyarakat.

Selain melayangkan kritik tajam terhadap Bahlil, sentimen negatif warganet juga menguat dan diarahkan kepada Pertamina. Sebanyak 83 persen percakapan warganet menilai dominasi perusahaan pelat merah ini berujung pada tudingan monopoli penjualan BBM di dalam negeri.

Dalam pemantauan itu juga diperoleh hasil yang tak kalah mengejutkan, yaitu warganet ternyata meragukan mutu produk BBM yang dijual oleh SPBU Pertamina jika dibandingkan dengan kualitas dari SPBU swasta. Warganet pun memberikan sentimen negatif yang sangat tinggi, yaitu sebesar 88,6 persen, terhadap BBM produk PT Pertamina.

Klarifikasi Bahlil: Kuota Naik 110%, Kolaborasi dengan Pertamina Jadi Solusi

Sebelumnya, Menteri ESDM Bahlil Lahadalia sudah terlebih dahulu menegaskan sebuah poin penting. Menurutnya, meskipun Pertamina dan SPBU swasta sama-sama melakukan impor BBM, kuotanya tetap harus diatur secara ketat oleh pemerintah karena hal ini menyangkut hajat hidup jutaan orang.

Bahlil dengan tegas mengatakan bahwa kelangkaan BBM di SPBU swasta ini seharusnya tidak dijadikan sebagai polemik yang berlarut-larut. Ia bahkan menegaskan, kalau pun kehabisan stok, SPBU swasta bisa dengan mudah melakukan pembelian BBM melalui Pertamina.

“Cabang-cabang industri yang menyangkut hajat hidup orang banyak itu tetap harus dikontrol oleh negara. Tujuannya apa? Supaya semuanya berjalan dengan baik. Sebenarnya, mereka bisa melakukan kolaborasi dengan Pertamina,” ucap Bahlil seperti yang dikutip dari siaran YouTube Sekretariat Presiden.

Di sisi lain, Bahlil juga mengklaim bahwa kuota impor yang telah diperoleh oleh perusahaan operator SPBU swasta, sebenarnya sudah dinaikkan secara signifikan apabila dibandingkan dengan kuota tahun lalu.

“Saya kan udah ngomong beberapa kali menyangkut SPBU swasta. Yang pertama, SPBU swasta itu sudah diberikan kuota impor 110 persen dibandingkan dengan 2024. Ini biar clear ya, kita sudah memberikan kuota impor 110 persen,” kata dia dengan penuh keyakinan.

Ia lalu memberikan sebuah contoh yang konkret. Pada tahun 2024, satu perusahaan mendapat jatah impor sebesar 1 juta kiloliter. Nah, di tahun 2025 ini, kuota tersebut sudah naik 10 persen menjadi 1,1 juta kiloliter.

“Jadi sangatlah tidak tepat kalau dikatakan kuota impornya tidak kita berikan. Nah, kalau masih ada yang kekurangan, kita minta untuk melakukan kolaborasi dengan Pertamina. Kenapa? Karena ini terkait dengan hajat hidup orang banyak,” tegas Bahlil Lahadalia menutup pernyataannya.

Dapatkan juga berita teknologi terbaru hanya di newtechclub.com