Berita  

Nyaris Tewas! Petani Lampung Diserang Harimau Saat Boncengan Motor dengan Anaknya

Korban serangan harimau sumatera di Kecamatan Sekincau, Kabupaten Lampung Bara

LAMPUNG, Exposenews.id – Konflik antara manusia dan satwa liar kembali memakan korban. Baru-baru ini, sebuah insiden mengerikan terjadi di Kabupaten Lampung Barat, di mana seekor harimau sumatera (Panthera tigris sumatrae) menyerang seorang petani. Sungguh ajaib, korban berhasil selamat meski harus berjuang meluka-luka parah di sekujur tubuh bagian belakangnya akibat cakaran dan gigitan sang raja hutan.

Lebih detailnya, peristiwa tragis ini terjadi tepatnya pada Jumat, 5 September 2025, sekitar pukul 16.30 WIB. Lokasi kejadiannya berada di area perkebunan milik warga di Pekon (desa) Tiga Jaya, Kecamatan Sekincau. Korban, seorang petani berusia 50 tahun bernama Amir, mengalami luka-luka serius dan untuk sementara waktu masih harus menjalani perawatan intensif di Puskesmas Sekincau.

Sementara itu, seorang saksi mata bernama Heri (38) memberikan kesaksian lengkapnya tentang kronologi insiden tersebut. Heri menjelaskan bahwa serangan itu terjadi tepat pada momen ketika Amir sedang dalam perjalanan pulang dari kebun. “Korban baru pulang dari kebun, dijemput sama anaknya, pulang naik motor,” tutur Heri ketika dihubungi pada Sabtu (6/9/2025). Pada dasarnya, perjalanan pulang yang seharusnya berlangsung lancar justru berubah menjadi mimpi buruk.

Tanpa disangka-sangka, di tengah perjalanan, seekor harimau tiba-tiba muncul dan menyergap dengan sangat agresif. Harimau itu melompat dari arah belakang dan langsung mengejar sepeda motor yang ditumpangi Amir dan anaknya. Pada detik-detik yang mencekam itu, sang harimau berhasil mencakar dan menggigit bagian leher serta punggung Amir yang saat itu berada di posisi bonceng.

Akibat serangan mendadak tersebut, Amir pun tidak bisa mengimbangi kekuatan harimau sehingga ia terlempar dan terjatuh dari sepeda motor. Namun, di saat kritis itu, anaknya yang melihat sang ayah diterkam segera mengambil tindakan. Dengan penuh keberanian, anak korban berteriak sekencang-kencangnya untuk mengusir harimau itu. Akhirnya, strategi itu berhasil dan harimau pun kabur kembali ke dalam hutan.

Di sisi lain, tim medis yang menangani korban menyatakan bahwa kondisi Amir sudah menunjukkan perkembangan positif. Kepala Puskesmas Sekincau, Nurbaiti, memberikan konfirmasi bahwa korban mengalami luka gigitan di bagian leher, tetapi kondisi terkininya sudah jauh lebih stabil. “Saat datang, korban mengalami luka gigitan di bagian leher. Alhamdulillah sudah kami tangani dan kondisinya stabil,” kata Nurbaiti dengan nada lega.

Sayangnya, insiden ini bukanlah yang pertama. Berdasarkan data yang tercatat, setidaknya enam orang telah tewas dalam kurun satu tahun terakhir akibat konflik dengan harimau sumatera. Tidak hanya manusia, puluhan ternak warga juga menjadi korban serangan harimau di wilayah Kabupaten Lampung Barat dan Pesisir Barat. Umumnya, para korban mengalami luka serius hingga kehilangan anggota tubuh yang dimangsa oleh satwa yang dilindungi tersebut.

Yang perlu digarisbawahi, sebagian besar kejadian ini terjadi di area perkebunan warga yang berbatasan langsung dengan kawasan hutan Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS). Oleh karena itu, konflik manusia dan harimau seakan menjadi cerita yang terus berulang. Padahal, harimau sumatera merupakan satwa yang dilindungi dan populasinya semakin terancam akibat hilangnya habitat asli mereka.

Sebenarnya, apa yang dialami oleh Amir bisa menjadi pelajaran berharga bagi semua pihak. Pertama-tama, masyarakat yang tinggal di sekitar hutan harus selalu waspada dan menghindari aktivitas sendirian di area rawan. Selain itu, pemerintah dan lembaga terkait juga perlu meningkatkan upaya mitigasi konflik, misalnya dengan memasang rambu peringatan, membangun menara pemantau, atau menerapkan sistem early warning.

Meskipun demikian, kita juga harus memahami bahwa harimau tidak sepenuhnya salah. Sebagai predator puncak, mereka hanya mengikuti insting alami untuk mempertahankan teritorial dan mencari makan. Artinya, konflik ini adalah akibat dari semakin menyempitnya hutan sebagai rumah bagi harimau. Oleh sebab itu, langkah konservasi dan pelestarian hutan harus terus digencarkan.

Pada akhirnya, keselamatan manusia dan kelestarian satwa liar harus berjalan beriringan. Kita semua berharap agar korban seperti Amir bisa menjadi yang terakhir. Mari bersama-sama menjaga keseimbangan alam dan mencari solusi yang harmonis bagi manusia dan harimau.

Dapatkan juga berita teknologi terbaru hanya di newtechclub.com