Berita  

Ancaman PHK Massal Mengintai Industri Motor Listrik Indonesia

Pabrik motor listrik Alva berada di Kawasan Delta Mas, Cikarang

JAKARTA, Exposenews.id – Getarannya sudah terasa! Industri motor listrik Indonesia, yang sempat meroket, kini justru menghadapi ujian berat yang paling menantang sepanjang tahun 2025. Tanpa kredit pemerintah, gelombang pemutusan hubungan kerja (PHK) diprediksi akan menyapu seluruh lini produksi, dari pabrikan utama hingga ke pemasok komponen terkecil.

Anjlok Drastis: Dari Puluhan Ribu Hanya Jadi Ribuan Unit!

Membuka data terbaru, Ketua Umum Asosiasi Industri Sepeda Motor Listrik Indonesia (Aismoli), Budi Setiyadi, dengan gamblang mengungkapkan kontras yang sangat mencolok. “Pada semester I 2025 ini, penjualan motor listrik kita hanya menyentuh angka 11.000 hingga 12.000 unit saja,” papar Budi pada Selasa (2/9/2025). “Angka ini sangat jauh jika kita bandingkan dengan performa gemilang tahun 2024 yang mampu mencapai 60.000 hingga 70.000 unit berkat dukungan subsidi pemerintah.” Jelas, hilangnya insentif langsung memukul daya beli konsumen.

Subsidi Hilang, Daya Tarik pun Lenyap!

Tanpa basa-basi, Budi menegaskan bahwa subsidi pemerintah sebelumnya berperan sebagai magnet terbesar bagi konsumen. Akibatnya, ketika program bantuan itu dihentikan, pasar langsung kehilangan daya tariknya secara signifikan. Sebagai bukti, pada tahun lalu, program bantuan pemerintah berhasil mendorong distribusi hingga 62.541 unit motor listrik. Sungguh sebuah pencapaian yang fantastis jika dibandingkan dengan realitas tahun 2023 yang jumlahnya hanya menyentuh 11.532 unit. Lonjakan tersebut sempat memberikan napas segar dan optimisme yang meluas bagi para produsen. Namun, kondisi tersebut berbalik drastis sepenuhnya pada 2025.

PHK: Ancaman Nyata yang Tidak Terelakkan

Lebih lanjut, Budi membeberkan bahwa ancaman PHK bukan hanya isapan jempol belaka. Gelombang pemutusan kerja ini berpotensi besar menimpa perusahaan sepeda motor listrik, termasuk pula perusahaan komponen dan seluruh sektor pendukung lainnya. “Sampai saat ini, saya memang belum mendengar ada pabrikan motor listrik yang telah melakukan PHK. Akan tetapi, banyak dari mereka yang terpaksa menurunkan kapasitas produksi secara besar-besaran karena permintaan yang anjlok,” jelas Budi. “Umumnya, para pekerja hanya mengalami pengurangan jam kerja (short-time) dan belum di-PHK secara langsung. Strategi ini diambil agar ketika permintaan naik lagi nanti, mereka bisa langsung kembali bekerja dengan normal.”

Alarm Darurat bagi Masa Depan Industri Hijau Indonesia

Ancaman PHK ini harus kita anggap sebagai alarm darurat yang sangat serius bagi keberlanjutan industri motor listrik di Indonesia. Selain memangkas produksi, kondisi tidak stabil ini juga berpotensi mematikan minat investor baru untuk menanamkan modalnya di pasar Indonesia. Investor tentu mencari kepastian dan stabilitas, yang saat ini sedang dipertanyakan.

Masih Ada Sinar Harapan di Ujung Terowongan

Meskipun situasinya suram, Aismoli menyatakan masih menyimpan sepercik harapan. Mereka berharap pemerintah segera menggulirkan kembali subsidi atau insentif pada akhir tahun 2025. “Jika subsidi muncul lagi di akhir tahun, total penjualan kita tahun ini masih bisa menyentuh angka 20.000–30.000 unit,” kata Budi dengan penuh harap. “Sebaliknya, kalau tidak ada sama sekali, maka sangat sulit bagi kita untuk berharap lebih. Pasar akan tetap stagnan dan ancaman PHK semakin nyata.”

Dengan demikian, bola kini sepenuhnya berada di sisi pemerintah. Keputusan mereka akan menentukan apakah industri motor listrik nasional akan kembali bangkit atau justru terpuruk lebih dalam. Seluruh mata tertuju pada kebijakan yang akan diambil, menanti apakah pemerintah akan kembali menyulap pasar dengan insentif atau membiarkannya tenggelam dalam ketidakpastian.

Dapatkan juga berita teknologi terbaru hanya di newtechclub.com