CIAMIS, Exposenews.id – Pada Sabtu petang (30/8/2025) yang seharusnya tenang, Kota Ciamis, Jawa Barat, justru diselimuti oleh kegaduhan yang mencemaskan. Tiba-tiba, di depan kantor Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Ciamis, sekelompok massa tak dikenal mulai mengamuk tanpa kendali. Akibatnya, kaca-kaca kantor pemerintahan itu retak dan akhirnya pecah berantakan, meninggalkan begitu banyak puing-puing serta perasaan resah yang mendalam bagi warga sekitar.
Jeritan yang Tersembunyi di Balik Kerusakan
Namun, di balik kerusakan fasilitas umum yang terjadi, ternyata ada jeritan lain yang jauh lebih memilukan, yaitu nasib para pedagang kaki lima di sekitar lokasi. Dengan terpaksa, mereka harus menutup warungnya secara mendadak, kehilangan pendapatan harian, bahkan mengalami sesak napas akibat menghirup gas air mata yang menyengat.
Sosok Otoy: Pedagang Senior yang Harus Merangkak akibat Gas Air Mata
Selanjutnya, kita berkenalan dengan Otoy, seorang pedagang berusia 70 tahun yang masih sangat jelas mengingat detik-detik mencekam itu. Dengan wajahnya yang penuh kerutan yang menyimpan cerita puluhan tahun berjualan, ia menuturkan bagaimana gas air mata membuatnya tersengal-sengal. “Saya sampai harus merangkak mencari air hanya untuk mengusap mata yang terasa sangat perih,” ujarnya pada Minggu (31/8/2025), sambil menunjuk dagangan minuman ringannya yang berada persis di seberang gedung DPRD. Warung kecilnya, yang biasanya ramai dikunjungi pembeli, pada hari itu terpaksa tutup lebih cepat dari biasanya. “Dagangan saya masih sangat banyak, tapi apa boleh buat, harus saya tutup,” keluhnya dengan suara pilu.
Baca Juga: Rumah Mewah Nafa Urbach Dijarah Massa
Tak jauh dari lokasi Otoy, kita juga menemukan Muna, seorang pedagang muda berusia 21 tahun yang同样 bergegas menutup lapaknya begitu kerusuhan mulai pecah. “Saya sangat takut tempat usaha saya kena imbas kerusuhan,” kata dia dengan wajah yang masih diliputi kecemasan. Bagi Muna, demonstrasi seharusnya mempunyai tujuan yang jelas dan dilakukan dengan cara yang baik dan tertib. “Kalau mau demo, sampaikan aspirasi dengan tertib. Kemarin itu langsung rusak-rusak saja,” ujarnya dengan nada kesal yang sangat terasa. Selain itu, Muna juga menegaskan bahwa Kantor DPRD yang dirusak itu bukanlah sekadar bangunan biasa, melainkan fasilitas yang dibiayai oleh uang pajak rakyat—termasuk pajak dari para pedagang kecil seperti dirinya. “Ya, kan pakai uang rakyat juga untuk merawat kantor itu,” sebutnya dengan logika yang sangat tajam.
Nasihat Bijak dari Sesepuh: Sahdi yang Sudah Melalui Banyak Zaman
Kemudian, muncul pula suara dari Sahdi, pedagang lain yang telah berusia 81 tahun. Ia memberikan lapisan lain pada kisah ini. Dengan pengalaman panjangnya sebagai pedagang, ia mengaku telah melihat berbagai demonstrasi yang terjadi di depan DPRD Ciamis. “Dulu pernah ada demo yang massanya jauh lebih banyak, tapi kondisinya aman dan tidak anarkis. Malah para pedemo pada jajan di warung-warung sekitar,” kenangnya dengan senyum tipis yang mengembang. Akan tetapi, kejadian pada Sabtu petang kemarin sungguh sangat berbeda. “Kemarin mereka merusak. Silakan saja menyampaikan pendapat, tapi jangan sampai merusak,” tegasnya dengan bijak. Bagi Sahdi, aksi anarkis seperti itu bukan hanya merugikan Pemerintah, tetapi juga sangat merugikan pedagang kecil seperti dirinya, yang harus menutup warung dan kehilangan penghasilan harian yang sangat dibuahkan.
Baca Juga: Aksi Solidaritas Berujung Ricuh, Gedung DPRD Solo Ludes Dibakar Massa
Duka Ciamis: Ketika Aksi Anarki Mengorbankan Perekonomian Warga Biasa
Pada akhirnya, kisah pilu Otoy, Muna, dan Sahdi ini adalah potret nyata dari dampak kerusuhan yang sering kali terlupakan oleh banyak pihak. Di tengah sorotan media yang fokus pada kaca pecah dan gedung yang rusak, nasib para pedagang kecil ini justru kerap tenggelam dan tidak terdengar. Mereka sama sekali bukan bagian dari demonstrasi, tidak punya kaitan dengan tuntutan massa, namun justru menjadi korban yang tidak terduga. Sesak napas, ketakutan, dan warung yang tutup lebih awal adalah harga mahal yang harus mereka bayar untuk sebuah kekacauan yang tidak mereka ciptakan sama sekali.
Dapatkan juga berita teknologi terbaru hanya di newtechclub.com