SAMPANG, Exposenews.id – Sebuah fenomena alam yang tak terduga justru menjadi mimpi buruk bagi para petani di Sampang. Hujan yang terus mengguyur wilayah Kecamatan Sokobanah, Kabupaten Sampang, Jawa Timur, selama dua hari berturut-turut tanpa ampun mengakibatkan kerugian finansial yang sangat besar. Pada kenyataannya, curah hujan yang tinggi di musim kemarau ini telah memporak-porandakan semua perencanaan dan perhitungan para petani. Akibatnya, para petani tembakau kini hanya bisa pasrah menyaksikan hasil jerih payah mereka musnah sebelum sempat dinikmati. Pada akhirnya, cuaca yang tidak bersahabat ini memupus semua harapan untuk mendapatkan hasil panen yang berkualitas tinggi dan bernilai jual maksimal.
Keluahan Pilu dari Ladang yang Terendam
Lebih spesifik lagi, Asnawi, seorang petani tembakau dari Desa Tobai Tengah, dengan nada sedih mengungkapkan keprihatinannya yang mendalam. Menurut penuturannya, proses kerusakan ini terjadi secara bertahap namun pasti sejak hujan pertama turun. Ia menjelaskan bahwa seluruh hasil panen tembakaunya yang telah dirajang rusak total akibat serbuan hujan yang datang tiba-tiba ini. “Tembakau milik saya benar-benar rusak parah karena hujan dua hari ini. Alhasil, tembakau sama sekali tidak bisa kering dan kualitasnya pun turun drastis,” keluhnya pada Kamis, 21 Agustus 2025. Sebagai perbandingan, musim kemarau biasanya memungkinkan tembakau rajangan kering sempurna hanya dalam waktu satu hari, sehingga kualitasnya tetap prima dan harganya pun tinggi. Namun, kondisi kali ini sungguh berbeda dan sangat merugikan. “Sudah lebih dari dua hari ini tembakau tidak kering-kering sampai warnanya berubah gelap dan menghitam,” tambahnya dengan wajah yang penuh kekhawatiran. Parahnya lagi, kondisi lembab yang terus-menerus ini memicu tumbuhnya jamur yang semakin memperburuk kualitas tembakau.
Harga Anjlok, Tengkulak pun Menghilang
Bukan hanya itu, dampak kerusakan ini langsung terasa di kantong para petani. Sebenarnya, para petani sudah mengantisipasi dengan menyiapkan terpal penutup, namun intensitas hujan yang tinggi membuat usaha tersebut menjadi sia-sia. Hasil rajangan tembakau milik Asnawi sama sekali tidak laku ketika ia coba tawarkan kepada para tengkulak. Bahkan, ia mengaku belum ada satu pun tengkulak yang bersedia menerima hasil panennya yang sudah rusak tersebut. “Sampai saat ini belum ada yang mau mengambil, sepertinya memang tidak laku. Kalaupun nanti ada yang mau membeli, harganya sudah pasti anjlok dan mungkin di bawah Rp 30 ribu per kilonya,” ujarnya dengan penuh kekecewaan. Padahal, pada harga normal, tembakau kualitas baik bisa mencapai harga yang jauh lebih tinggi dan sangat menguntungkan. Oleh karena itu, kerugian materiil yang diderita bukanlah jumlah yang sedikit. Lebih jauh lagi, banyak petani yang terpaksa meminjam modal untuk biaya perawatan tanaman sehingga kerugian ini semakin membebani kehidupan ekonomi mereka.
Peringatan Resmi: Kemarau Basah Akan Berlanjut
Sementara itu, dari pihak berwenang, Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Sampang, Chandra Ramadhani, memperkirakan bahwa fenomena kemarau basah ini akan terus berlanjut hingga bulan depan. Menurut data yang dihimpun, anomali cuaca ini disebabkan oleh beberapa faktor termasuk perubahan pola iklim global dan fenomena atmosfer skala regional. Artinya, kondisi sulit ini masih akan menghantui para petani untuk beberapa minggu ke depan. Selanjutnya, Chandra juga mengonfirmasi bahwa salah satu dampak paling nyata dari kemarau basah ini adalah tidak maksimalnya hasil panen tembakau. “Benar, saat ini kita masih mengalami kemarau basah. Salah satu dampaknya sangat dirasakan oleh petani tembakau dan juga petani garam karena mereka tidak bisa menjemur hasil panen dengan maksimal,” tegasnya. Di sisi lain, pihaknya juga mengaku sedang memantau perkembangan kondisi ini secara intensif untuk memberikan peringatan dini kepada masyarakat. Dengan kata lain, peringatan ini menyiratkan bahwa masalah ini belum akan berakhir dalam waktu dekat.
Dampak Berantai yang Mengkhawatirkan
Tidak hanya berhenti di sana, dampak dari kemarau basah ini menimbulkan efek berantai pada perekonomian lokal. Sebagai contoh, industri pengolahan tembakau yang biasanya menyerap tenaga kerja kini terpaksa mengurangi kapasitas produksinya. Bahkan, para buruh pengrajang tembakau juga ikut merasakan imbasnya dengan berkurangnya lapangan kerja yang tersedia. Selain itu, pendapatan asli daerah dari sektor perkebunan juga diprediksi akan mengalami penurunan yang signifikan. Pada dasarnya, satu gangguan cuaca telah mempengaruhi seluruh mata rantai ekonomi yang bergantung pada komoditas tembakau.
Mencari Solusi di Tengah Ketidakpastian Cuaca
Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa kondisi cuaca yang tidak menentu ini menciptakan tantangan besar bagi kelangsungan hidup para petani lokal. Melihat situasi ini, para petani tentu berharap adanya langkah cepat dan solusi nyata dari berbagai pihak untuk membantu meringankan beban mereka. Sebagai langkah awal, dibutuhkan pendampingan teknis mengenai cara mengelola hasil panen di kondisi cuaca ekstrem seperti ini. Selain itu, perlindungan asuransi pertanian juga perlu didorong untuk menjadi solusi jangka panjang. Bagaimanapun juga, pertanian tembakau merupakan tulang punggung perekonomian bagi banyak keluarga di Sampang. Tanpa dukungan yang tepat, bukan hanya hasil panen yang rusak, tetapi juga masa depan mereka yang terancam. Pada akhirnya, semua pihak harus bersinergi untuk mencari jalan keluar terbaik menghadapi anomali cuaca ini agar tragedi serupa tidak terulang kembali di masa mendatang. Dengan demikian, diharapkan para petani bisa lebih tangguh dalam menghadapi ketidakpastian iklim yang semakin tidak bisa diprediksi.