Thailand Nyatakan Siap Gencatan Senjata dengan Kamboja

BANGKOK, Exposenews.id – Pemerintah Thailand secara resmi mengumumkan kesiapannya untuk melakukan gencatan senjata dan membuka dialog bilateral dengan Kamboja. Langkah ini diambil untuk mengakhiri konflik bersenjata yang memanas di perbatasan kedua negara sejak Kamis (24/7/2025).

Kemenlu Thailand menyampaikan pernyataan resmi melalui akun X (Twitter) pada Sabtu (26/7/2025) malam. “Thailand pada prinsipnya setuju memberlakukan gencatan senjata,” tulis mereka. Pernyataan ini muncul tak lama setelah Presiden AS Donald Trump mengklaim bahwa kedua negara telah sepakat berdamai.

Trump Jadi Penengah, Thailand-Kamboja Akhirnya Mau Berunding

Trump mengungkapkan bahwa dirinya langsung turun tangan dengan berbicara kepada PM Kamboja Hun Manet dan PM Sementara Thailand Phumtham Wechayachai. Dalam pembicaraan tersebut, kedua pemimpin disebut sepakat segera bertemu untuk merumuskan kesepakatan damai.

Kemenlu Thailand membenarkan adanya diskusi antara Trump dan Phumtham. Bahkan, Phumtham meminta Trump menyampaikan pesan kepada Kamboja bahwa Thailand sangat ingin mengadakan dialog bilateral untuk membahas langkah-langkah perdamaian.

Perang 3 Hari yang Memakan Korban Jiwa & Puluhan Ribu Pengungsi

Konflik terbaru ini memakan korban jiwa yang tragis. Setidaknya 33 orang tewas, terdiri dari 13 warga sipil dan 7 tentara Thailand, serta 8 warga sipil dan 5 tentara Kamboja. Lebih dari 150.000 orang terpaksa mengungsi akibat pertempuran sengit yang melibatkan artileri berat, pesawat tempur, dan tank.

Pertempuran tidak hanya terjadi di darat, tetapi juga merambah ke wilayah pesisir Teluk Thailand. Ledakan keras terdengar hingga 250 km dari garis depan, memicu kepanikan warga.

“Rasanya seperti saya sedang melarikan diri dari zona perang,” keluh Samlee Sornchai (76), seorang pengungsi yang terpaksa meninggalkan ladangnya di dekat perbatasan.

Akar Masalah: Sengketa Candi Kuno & Rekaman Rahasia yang Bikin Heboh

Konflik ini sebenarnya bukan hal baru. Kedua negara sudah lama berseteru memperebutkan situs candi kuno di perbatasan. Namun, ketegangan meledak pekan lalu setelah seorang tentara Kamboja tewas dalam baku tembak Mei lalu.

Situasi semakin memanas ketika mantan PM Kamboja Hun Sen membocorkan rekaman pembicaraan rahasia dengan PM Thailand saat itu, Paetongtarn Shinawatra. Dalam rekaman itu, Paetongtarn dianggap tidak membela kepentingan Thailand dan malah mengkritik militer sendiri. Akibatnya, ia diskors oleh pengadilan konstitusi Thailand.

Saling Tuduh & Senjata Terlarang

Kamboja menuduh Thailand menggunakan bom cluster yang dilarang internasional. Sebaliknya, Thailand menuding Kamboja menyerang fasilitas sipil, termasuk sebuah rumah sakit.

Pemerintah Kamboja melaporkan bahwa 5 peluru artileri berat Thailand menghantam Provinsi Pursat. Sementara Thailand menyebut serangan Kamboja merusak infrastruktur vital.

PBB Desak Kedua Negara Segera Berdamai

Dewan Keamanan PBB menggelar rapat darurat di New York pada Jumat (25/7). Duta Besar Kamboja untuk PBB, Chhea Keo, menegaskan bahwa negaranya menginginkan “gencatan senjata secepatnya”.

Sekjen PBB Antonio Guterres menyatakan keprihatinan mendalam atas eskalasi kekerasan ini. Ia mendesak kedua negara untuk “menghentikan pertempuran dan mulai dialog”.

“Sekjen mengecam tewasnya korban jiwa yang tidak perlu, termasuk warga sipil dan kerusakan infrastruktur,” tegas Wakil Juru Bicara PBB Farhan Haq.

Akhirnya Jalan Damai Terbuka?

Dengan tekanan internasional dan kerugian besar di kedua belah pihak, Thailand dan Kamboja kini memilih meja perundingan. Namun, apakah gencatan senjata ini akan bertahan atau hanya jeda sementara sebelum konflik kembali meletus?

Yang jelas, rakyat di perbatasan sudah terlalu menderita. Harapan terbesar sekarang adalah kedua pemerintah bisa menemukan solusi damai agar tragedi serupa tidak terulang lagi.

Exit mobile version