Exposenews.id – Tragedi longsor di area tambang Gunung Kuda, Kabupaten Cirebon, pada Jumat (30/5/2025) menyisakan duka mendalam. Sedikitnya 19 pekerja tewas, sementara publik bertanya-tanya: kenapa tambang ini masih beroperasi padahal sudah 5 kali longsor? Padahal, lokasi yang sama pernah mengalami bencana serupa pada 2015.
Pemerintah Beralasan Evaluasi Rutin, Tapi Ada Kelalaian
Kepala Dinas ESDM Jawa Barat, Bambang Tirto Yuliono, angkat bicara usai konferensi pers di Mapolresta Cirebon, Minggu (1/6/2025). Menurutnya, pemerintah provinsi punya alasan kuat untuk memperpanjang izin tambang pada 2020. “Jadi, waktu itu Pemprov berani keluarkan izin lagi,” ujarnya.
Bambang menegaskan, evaluasi rutin sebenarnya dilakukan tiap tahun. Namun, dia curiga ada kelalaian dalam metode penambangan belakangan ini. “Nah, masalahnya, saya yakin banget di 2023-2024 metodenya udah nggak bener. Sudah kami peringatkan berkali-kali, bahkan inspektur utama turun tangan buat cek detail,” tegasnya.
Catatan Kelam Longsor Gunung Kuda
Data dari berbagai sumber mengungkap, lokasi ini sudah 5 kali longsor dalam 10 tahun terakhir. Berikut kronologinya:
Longsor Pertama (26 April 2015): Tebing setinggi 20 meter ambruk tiba-tiba. Dua pekerja, Tabrodi dan Edi Odong, tewas. Dua ekskavator dan lima dump truck ikut tertimbun.
Longsor Kedua (30 September 2021): Material batu dan kapur tumpah secara spektakuler. Untungnya, tak ada korban jiwa, tapi warga sempat panik.
Longsor Ketiga (19 Juni 2023): Koperasi Al Jariyah, pengelola tambang, mengaku pakai metode “undercutting” (pengerukan dari bawah tebing). Mereka bilang ini bagian dari teknik penambangan mereka.
Longsor Keempat (11 Februari 2025): Lagi-lagi tanah bergerak, tapi pekerja selamat karena sedang libur.
Tragedi Paling Mengerikan (30 Mei 2025): Longsor dahsyat terjadi pukul 10.00 WIB. Tujuh dump truck, tiga ekskavator, dan puluhan pekerja tertimbun. 19 orang tewas, belasan luka, dan 6 masih hilang.
Polisi Tetapkan Tersangka, Evakuasi Masih Berlangsung
Kepolisian sudah menetapkan tersangka dari pihak pengelola tambang. Sementara itu, tim SAR masih berjuang mencari korban yang tertimbun. Masyarakat pun terus mempertanyakan: “Kapan operasi tambang ini benar-benar dihentikan?”
Analisis: Evaluasi Izin vs Realita di Lapangan
Di satu sisi, pemerintah klaim sudah lakukan evaluasi ketat. Tapi fakta di lapangan berkata lain: longsor berulang, korban terus berjatuhan. Apakah izin tambang ini lebih diutamakan daripada keselamatan warga?
Baca Juga: Porsche Tergulingkan Rush, Satu Keluarga Terkapar di Ruang ICU
Apa yang Harus Dilakukan ke Depan?
Audit menyeluruh terhadap semua tambang berisiko di Jawa Barat.
Sanksi tegas bagi pengelola yang abai terhadap keselamatan.
Transparansi izin tambang agar publik bisa ikut mengawasi.
Tragedi Gunung Kuda harus jadi pelajaran berharga. Jangan sampai korban berikutnya berjatuhan karena kelalaian yang sama. “Keselamatan rakyat harus di atas segalanya,” tegas seorang aktivis lingkungan yang enggan disebut namanya.
Update Terkini: Pencarian korban masih berlanjut. Keluarga korban menuntut keadilan dan jaminan bahwa tragedi serupa tak terulang lagi.