Nia Ramadhani Bantu Orangtua Jadi Pengepul Rajungan Saat Libur Sekolah

BANGKALAN, Exposenews.id – Libur panjang sekolah tak disia-siakan Nia Ramadhani (17). Remaja asal Kampung Lebak, Kelurahan Pangeranan, Kecamatan Bangkalan, Jawa Timur, ini memilih membantu orangtuanya berjualan rajungan di tepi sungai dekat rumah.

Sejak pukul 07.00 WIB, Nia sudah duduk di gubuk kayu kecil berukuran 1×1 meter. Dengan sabar, ia menunggu nelayan datang sambil duduk di kursi plastik biru pendek. “Kalau libur, saya biasanya gantikan orangtua jaga di sini. Mulai pagi sampai siang, habis adzan Dzuhur baru pulang,” cerita Nia, Sabtu (31/5/2025).

Tak cuma saat libur panjang, siswi kelas 1 SMA ini juga rutin menggantikan orangtuanya setiap Minggu. Tugasnya sederhana tapi penting: menimbang dan mencatat rajungan yang dibawa nelayan.

Hasil Rajungan Bisa Capai 10 Kuintal per Hari

Setiap hari, puluhan nelayan setempat mengantarkan rajungan ke tempat Nia. Jumlahnya bervariasi, mulai dari 1 hingga 10 kuintal, tergantung musim. “Kalau hari biasa, dapatnya sekitar setengah sampai 1 kuintal. Tapi kalau musim panen, bisa sampai 10 kuintal!” ungkapnya bersemangat.

Nia membeli rajungan dari nelayan seharga Rp 70.000 per kilogram. Lalu, ia menjualnya ke pabrik pengolahan di Desa Sembilangan dengan harga Rp 90.000 per kilogram. “Kami perlu biaya dan tenaga buat kirim ke pabrik, makanya ada selisih harganya,” jelasnya.

Meski masih muda, Nia merasa bangga bisa meringankan beban orangtuanya. Hasil kerjanya juga ia gunakan untuk kebutuhan sekolah. “Saya senang bisa membantu. Ini bentuk terima kasih saya karena mereka sudah menyekolahkan saya sampai sekarang,” ujarnya penuh syukur.

Nelayan Berharap Cuaca Tetap Bersahabat

Abdul Rohman (37), salah satu nelayan setempat, mengaku biasa melaut dari malam hingga pagi. Dalam sekali melaut, ia bisa membawa pulang 15-20 kilogram rajungan. “Kami berangkat jam 11 malam, pulangnya sekitar jam 8 pagi. Alhamdulillah, biasanya dapat segitu,” katanya.

Namun, hasil tangkapan bisa turun drastis jika cuaca buruk. Abdul berharap laut tetap tenang agar aktivitas melaut tidak terganggu. “Kalau angin kencang, kami susah melaut. Untung sekarang masih aman,” ucapnya lega.

Ira (32), warga lainnya, juga bersyukur meski hanya mendapat 2 kilogram rajungan. “Lumayanlah, bisa buat beli beras sehari-hari,” tuturnya sambil tersenyum.

Semangat Nia Menginspirasi Warga Sekitar

Kegigihan Nia membantu orangtuanya tak hanya meringankan beban keluarga, tapi juga menginspirasi warga sekitar. Meski masih pelajar, ia menunjukkan tanggung jawab besar dengan mengelola usaha kecil ini.

Bagi Nia, liburan bukan sekadar waktu bersantai. Justru, ia memanfaatkannya untuk belajar mandiri dan menghargai kerja keras orangtua. “Daripada di rumah, lebih baik bantu orangtua. Lagi pula, ini juga mengajarkan saya banyak hal,” ucapnya.

Sementara itu, para nelayan semakin bersemangat menjual hasil tangkapan mereka ke tempat Nia. Mereka merasa terbantu karena proses jual beli berlangsung cepat dan transparan.

Rajungan Jadi Penghasilan Utama Warga Pesisir

Usaha pengepulan rajungan ini ternyata menjadi salah satu sumber penghidupan utama warga sekitar. Selain nelayan, banyak ibu rumah tangga juga ikut mengumpulkan rajungan untuk dijual.

“Kalau dapat banyak, ya senang. Tapi kalau sedikit, ya tetap bersyukur,” kata Ira, mewakili perasaan warga lainnya.

Nia sendiri berharap usaha keluarganya terus lancar. Ia juga berencana melanjutkan pendidikannya sambil tetap membantu orangtuanya. “Saya ingin sekolah tinggi, tapi juga ingin terus bisa bantu mereka,” tekadnya.

Dengan semangat pantang menyerah, Nia membuktikan bahwa usia muda bukan halangan untuk berkontribusi pada keluarga. Kisahnya menjadi inspirasi bagi banyak remaja di daerah pesisir untuk tetap gigih dan bersyukur dalam kondisi apa pun.

Baca Juga: Anak Ikut Program Bela Negara di Depok, Irma Bangga Meski Hatimu Deg-degan

Kisah Nia Ramadhani menjadi bukti bahwa kerja keras dan kesederhanaan bisa membawa keberkahan. Meski masih belia, ia tak ragu turun langsung membantu orangtua. Semangatnya patut dicontoh oleh generasi muda lainnya!

Exit mobile version