Exposenews.id, Jakarta – Badan Pangan Nasional mendorong agar operasi pasar beras diperluas, salah satunya dengan memasukan beras medium Bulog ke ritel. Kepala Badan Pangan Nasional Arief Prasetyo Adi menjelaskan pihaknya telah mengundang Asosiasi Pengusaha Ritel (Aprindo) untuk meminta bantuan soal distribusi beras Bulog.
“Jadi misal saya sebut brand kita bisa masuk ke Indomaret kan punya 2.000 outlet, bisa lebih cepat (operasi pasar). Kalau kita sama Hypermart ada 106 outlet. Jadi untuk pendistribusian itu sebaiknya semua lini kita pakai, pasar tradisional, modern, semua harusnya kita pakai dan bisa mepercepat distribusi,” jelas Arief, Rabu (1/2/2023).
Untuk harga, karena beras yang dijual merupakan cadangan beras pemerintah (CBP) harus sesuai aturan yang berlaku. Jadi, beras Bulog di ritel akan dijual dengan harga eceran tertinggi (HET) Rp 9.450/kg.
“Karena ini untuk stabiliasi harga sama pasokan, harganya Rp 9.450 di hilirnya, harga dari bulog Rp 8.300 . Kan di situ nanti ada biaya distribusi, transportasi, ada margin, semua itu ada di situ Packaging sudah di pack sama bulog 5 kg,” ujarnya.
Saat ini Bulog di beberapa daerah sudah ada yang mencoba untuk memasukan beras CBP itu ke ritel. Namun harapannya, beras Bulog bisa tersebar di daerah lainnya.
“Kita pinginya kalau bisa secaptnya di seluruh indonesia. Nah nanti begini, kelebihan Bulog kan punya 1.600 gudang lebih, sehingga daerah-daerah itu ga di supplai dari Jakarta aja, bisa di suplai dari gudang-gudang Bulog yang ada di daerah. Kan ada pinwil (pimpinan wilayah) di beberapa lokasi kan, lebih dari 30 lokasi nah itu kan bisa lebih cepat,” jelasnya.
Dalam kesempatan yang sama, Direktur Utama Perum Bulog Budi Waseso (Buwas,) juga mengatakan beras medium akan masuk ke ritel modern Alfamart dan Indomaret dengan harga maksimal Rp 9.450 per kg.
“Ini kan dari kemarin sudah tersebar tetapi belum maksimal. Ritelnya Alfamart dan Indomaret. Biaya kemasan dan angkut kecil. Maksimal dijual Rp 9.450 per kg. Pengemasannya dari Bulog sendiri dan beberapa kerja sama dengan swasta. Ini beras kualitas premium,” tuturnya.
Sebelumnya, Kepala Badan Pangan Nasional Arief Prasetyo Adi mengatakan upaya mendorong beras Bulog ke penjual ritel tersebut telah sesuai dengan Keputusan Kepala Badan Pangan Nasional No. 01/KS.02.02/K/1/2023 tentang Petunjuk Pelaksanaan SPHP.
Dalam juklak tersebut menyebutkan Bulog dapat melaksanakan SPHP melalui operasi pasar secara langsung di tingkat eceran atau melalui distributor dan mitra yang ada di pasar tradisional atau modern serta tempat-tempat yang mudah dijangkau lainnya.
“Poinnya, yang terpenting membuka keterjangkauan dan harga penjualan sampai ke tingkat konsumen harus sesuai dengan harga eceran yang telah ditetapkan. Selain itu, sebagai jaminan atas mutu, beras yang dijual harus mencantumkan informasi harga, kelas mutu, dan berat bersih,” jelasnya.
Menurutnya, berdasarkan data yang dihimpun telah banyak daerah melakukan perluasan pendistribusian melalui toko dan gerai ritel setempat, seperti di Provinsi Sulawesi Selatan, Bengkulu, Sulawesi Tengah, Papua, Papua Barat, Kepulauan Riau, Jawa Barat, DKI Jakarta, Maluku Utara, Kalimantan Tengah, Sulawesi Tenggara, Riau, Yogyakarta, dan Jambi.
Arief mengatakan, pelaksanaan SPHP ini akan terus dilakukan setiap hari dengan lebih masif di seluruh Indonesia. Sampai dengan 28 Januari ini Bulog telah merealisasikan penyaluran SPHP sebanyak 161 ribu ton, jumlah tersebut meningkat 143 persen dibandingkan dengan penyaluran beras untuk stabilisasi stok dan harga di bulan Januari tahun 2022 yang tercatat sebanyak 66 ribu ton.
(RTG)