BI Sulut: Normalisasi Distribusi Rica dari Daerah Pemasok Dorong Deflasi Manado

Kepala KPw Bank Indonesia Sulut, Arbonas Hutabarat. Foto Ronald Ginting.

Exposenews.id, Manado – Indeks Harga Konsumen (IHK) di Kota Manado kembali mencatatkan penurunan pada September 2021. IHK Kota Manado tercatat deflasi sebesar -0,31% (mtm), lebih dalam dibandingkan deflasi bulan sebelumnya sebesar -0,27% (mtm).

Secara tahunan, inflasi Manado tercatat sebesar 2,06% (yoy). Inflasi tahunan tersebut menandakan bahwa tingkat inflasi di Manado masih terkendali pada rentang target inflasi nasional 3±1% (yoy).

Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara, Arbonas Hutabarat mengungkapkan berdasarkan Survei Pemantauan Harga (SPH) yang secara rutin dilakukan oleh Bank Indonesia, cukupnya pasokan komoditas cabai rawit (rica) dan bawang merah menyebabkan harga kedua komoditas tersebut mengalami penurunan. Normalisasi pengiriman rica dari daerah pemasok antara lain dari Gorontalo, Kabupaten Jeneponto Sulsel, Kabupaten Sigi Sulteng, dan Kabupaten Parigi Moutong Sulteng menyebabkan ketersediaan pasokan mampu memenuhi permintaan masyarakat yang belum sepenuhnya normal dalam kondisi pandemi dan pembatasan mobilitas.

“Itulah mengapa pada Kelompok Makanan, Minuman, dan Tembakau, rica merupakan komoditas penyumbang utama deflasi dengan andil -0,32% (mtm),” kata Arbonas melalui keterangan resminya.

Selain rica, komoditas perikanan juga memiliki andil yang disebabkan oleh kondisi perairan Sulut yang kondusif sepanjang September 2021 sehingga dapat menjaga pasokan tetap tersedia. Selanjutnya, penurunan tarif angkutan udara menjadi pendorong deflasi dari Kelompok Transportasi dengan andil sebesar -0,03%.

“Tarif angkutan udara sempat turun di awal September walau kemudian kembali normal ditengarai karena adanya promo oleh beberapa maskapai,” tambah Arbonas.

Namun, Kelompok Pakaian dan Alas Kaki mencatatkan andil inflasi walau tidak signifikan sehingga menahan penurunan tekanan inflasi terlalu dalam.

BI Sulut, papar Arbonas, memperkirakan akan terjadi peningkatan permintaan sejalan dengan relaksasi pembatasan mobilitas di 11 kabupaten kota Sulut, termasuk Kota Manado yang saat ini telah berada pada PPKM Level 2. Hal ini didukung dengan tingkat konfirmasi positif Covid-19 di Manado yang telah turun menjadi 20-50 per 100.000 penduduk per minggu.

“Relaksasi PPKM ini disinyalir akan meningkatkan mobilitas dan permintaan dari masyarakat, yang juga diperkuat dengan telah dimulainya periode persiapan Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN) Natal dan Tahun Baru,” jelas dia.

Selain dari sisi permintaan yang meningkat, ketersediaan pasokan terutama komoditas hortikultura berisiko mengalami penurunan akibat faktor cuaca, di mana berdasarkan prakiraan curah hujan sampai minggu kedua Oktober sebagian wilayah Sulut mengalami hujan kategori tinggi. Demikian halnya dengan peningkatan risiko pasokan komoditas perikanan akibat fenomena global La Nina yang terjadi secara musiman menjelang akhir tahun, diperkirakan akan meningkatkan curah hujan dan kecepatan angin yang mempengaruhi potensi tingginya gelombang laut.

“Potensi meningkatnya konsumsi masyarakat di tengah risiko berkurangnya pasokan dapat berdampak kepada peningkatan tekanan inflasi di Sulawesi Utara,” tuturnya kembali.

Namun demikian, Bank Indonesia dan TPID Sulawesi Utara akan terus bersinergi untuk mengendalikan inflasi tahunan pada rentang sasaran 3±1%.

(RTG)

 

Exit mobile version