Exposenews.id, Manado – Pergerakan harga secara umum di Provinsi Sulawesi Utara pada Juli 2021 mengalami peningkatan baik di Kota Manado maupun di Kota Kotamobagu. Indeks Harga Konsumen (IHK) Kota Manado mencatatkan inflasi sebesar 0,28% (mtm), lebih tinggi dari Juni 2021 yang mengalami inflasi sebesar 0,07% (mtm).
Sama halnya dengan Kota Kotamobagu, pada bulan Juli tercatat inflasi sebesar 0,78%, lebih tinggi dibanding bulan sebelumnya yang tercatat deflasi sebesar -0,09% (mtm). Secara tahunan, inflasi Kota Manado dan Kota Kotamobagu pada Juli 2021 masing-masing tercatat sebesar 3,00% (yoy) dan 2,89% (yoy), masih berada pada rentang target inflasi nasional 3±1% (yoy).
Berdasarkan kelompok pengeluarannya, tekanan inflasi pada Juli 2021 di Kota Manado utamanya bersumber dari peningkatan tekanan harga pada Kelompok Makanan, Minuman, dan Tembakau yang mengalami inflasi sebesar 0,83% (mtm) dengan andil 0,25% (mtm). Diikuti oleh Kelompok Rekreasi, Olahraga, dan Budaya, dengan inflasi sebesar 1,04% (mtm) dengan andil mencapai 0,02% (mtm).
“Adapun komoditas penyumbang inflasi terbesar antara lain adalah komoditas perikanan dan Barito. Dari Kelompok Makanan, Minuman, dan Tembakau, komoditas strategis perikanan yang menyumbangkan inflasi terbesar antara lain ikan malalugis dengan andil inflasi sebesar 0,15% (mtm), dan komoditas ikan cakalang dengan andil inflasi 0,09% (mtm),” kata Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara, Arbonas Hutabarat, Selasa (2/8) sambil menjelaskan hal ini disebabkan oleh menurunnya pasokan ikan akibat faktor cuaca.
Sementara bawang, rica, dan tomat (BARITO) sebagai komoditas strategis utama di Kota Manado pada Juli 2021 juga turut memberikan andil inflasi. Cabai rawit mengalami inflasi dengan andil 0,10% (mtm), bawang merah dengan andil 0,03% (mtm), dan tomat dengan andil 0,03% (mtm).
“Kenaikan harga pada komoditas bawang merah disebabkan oleh kendala distribusi laut akibat cuaca dan kelangkaan solar dari pemasok di Bima, NTB. Sementara pada komoditas cabai rawit, kenaikan harga disebabkan oleh berkurangnya pasokan karena petani belum mengalami panen raya menjelang hari besar Idul Adha, serta cuaca buruk di berbagai wilayah pemasok cabai rawit seperti Gorontalo dan Kabupaten Bolaang Mongondow,” kata Arbonas.
Pada Kelompok Rekreasi, Olahraga, dan Budaya, komoditas buku tulis bergaris menjadi kontributor inflasi terbesar dengan andil 0,02% (mtm). Bulan Juli yang merupakan awal tahun ajaran baru menyebabkan permintaan akan komoditas ini turut meningkat. Di sisi lain, Kelompok Perawatan Pribadi dan Jasa Lainnya menjadi satu-satunya kelompok komoditas di Kota Manado yang memberikan kontribusi deflasi sebesar -0,01% (mtm).
“Kotamobagu pada Juli 2021 juga mencatatkan inflasi setelah pada bulan sebelumnya mengalami deflasi. Kelompok Makanan, Minuman, dan Tembakau di Kotamobagu juga menjadi kontributor inflasi terbesar dengan andil sebesar 0,78% (mtm) pada inflasi Kotamobagu, diatas Kelompok Informasi, Komunikasi dan Jasa Keuangan dan Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas, dan Bahan Bakar Lainnya yang keduanya masing-masing memiliki andil sebesar 0,02% (mtm). Komoditas ikan cakalang, cakalang diawetkan, dan ikan malalugis di Kotamobagu merupakan 3 komoditas dengan kontribusi inflasi tertinggi dengan andil masing-masing 0,39% (mtm), 0,33% (mtm), dan 0,05% (mtm),” tambah Arbonas.
Dia bilang permintaan masyarakat terhadap komoditas pangan perikanan yang mengalami peningkatan di tengah pasokan yang relatif terbatas. Sementara itu, dari Kelompok Informasi, Komunikasi, dan Jasa Keuangan, komoditas telepon seluler merupakan komoditas dengan andil inflasi tertinggi sebesar 0,01% (mtm).
“Pandemi Covid-19 yang menyebabkan maraknya digitalisasi akibat pembatasan pergerakan masyarakat dan adaptasi dalam new normal ditengarai meningkatkan permintaan masyarakat akan telepon seluler. Hal yang serupa dengan yang terjadi di Kota Manado, Kelompok Perawatan Pribadi dan Jasa Lainnya juga mencatatkan deflasi sebesar -0,01% (mtm) dan andil pada inflasi -0,001% (mtm),” imbuh dia.
Ke depan, indikasi penurunan permintaan masyarakat akibat PPKM Level 3 dan Level 4 yang diterapkan di Sulawesi Utara perlu menjadi perhatian. Namun demikian, Bank Indonesia dan TPID Sulawesi Utara memandang bahwa inflasi secara tahunan akan tetap terkendali pada rentang sasaran.
“Tingkat aktivitas masyarakat perlu tetap dijaga dengan menerapkan protokol kesehatan yang ketat. Di samping itu, vaksinasi sebagai game changer perlu didorong dari realisasi per 2 Agustus sebesar 36,15% dosis vaksin tahap pertama dibandingkan dengan target penerima vaksin di Sulawesi Utara. Pengendalian COVID-19 di Sulut perlu ditingkatkan untuk dapat mendorong roda perekonomian. Sebagai alternatif, pemanfaatan teknologi perlu dipercepat untuk mendukung realisasi permintaan masyarakat dalam kondisi pandemi,” tuturnya kembali.
Koordinasi dalam kerangka Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) di Wilayah Sulawesi Utara juga terus dilakukan guna menjaga stabilitas pasokan dan keterjangkauan harga di tengah PPKM yang kemungkinan akan berlanjut di Sulawesi Utara. Pada Mei dan Juni 2021, rapat koordinasi dengan TPID Kota Kotamobagu dan Kota Manado sebagai kota inflasi di Sulawesi Utara telah dilakukan. Upaya-upaya pengendalian inflasi melalui 4K telah disepakati sangat diperlukan agar inflasi baik di Kota Manado maupun Kotamobagu tetap berada pada rentang sasarannya.
“Sinergi seluruh dinas dan kementerian/lembaga terkait melalui tugas dan fungsi masing-masing yang sudah berjalan pada saat ini dapat dioptimalkan sebagai langkah konkret untuk stabilisasi harga dan memastikan ketersediaan pasokan ditengah pembatasan yang terjadi baik intra ataupun inter Sulawesi. Seluruh pihak terkait dapat berkoordinasi untuk memastikan alur distribusi komoditas strategis seperti Barito dan perikanan tidak terdampak pembatasan tersebut,” sambungnya.
Di samping itu, pemanfaatan platform penjualan online termasuk penggunaan QRIS dalam transaksi dapat menjadi alternatif solusi untuk bertransaksi dengan aman di tengah pandemi, sekaligus mempercepat digitalisasi ekonomi dan keuangan di Sulut. Dalam hal ini, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulut sampai dengan bulan Agustus terus berkomitmen mendorong digitalisasi ekonomi diantaranya melalui digitalisasi Pasar Segar Paal 2 dan Pasar Beriman Tomohon.
(RTG)