Oleh: Ronald Ginting
Exposenews.id, Minut – Di balik musibah pasti ada hikmahnya. Itulah yang dirasakan oleh Meynio Sumendap, pemilik Nike Tore Nio’s pada 2018 silam.
Saat itu Meynio diopname di salah satu rumah sakit, dan di waktu yang bersamaan dia satu ruangan dengan pasien lainnya. Singkat cerita, pasien itu yang menyampaikan sejumlah bumbu yang dicoba Meynio untuk jadi usaha kulinernya sampai dengan saat ini.
“Jadi saya bilang ke ibu itu bahwa saya suka mengolah nike (ikan khas Sulut) menjadi oleh-oleh khas Sulut. Dan ketika si ibu menyampaikan sejumlah bumbu untuk saya jadikan bahan membuat nike tore,” ujar Meynio kepada Exposenews saat ditemui di tempat usahanya, Perumahan Istana Kabar Indah, Kawangkoan Baru, Kabupaten Minahasa Utara, kemarin.
Usai menjalani proses perawatan tersebut, Meynio mencoba resep yang disampaikan ibu seruangan di rumah sakit. Kurang lebih delapan kali Meynio mencobanya sampai benar-benar ia mendapatkan cita rasa yang sungguh diinginkannya.
“Saya berusaha terus sampai benar-benar yakin racikannya itu sesuai dengan yang saya inginkan. Puji Tuhan pas yang kedelapan kali mencoba di situ betul-betul puas,” jelas ibu tiga anak ini.
Dari situlah dia mulai bergelut dengan usaha oleh-oleh Nike Tore (nike garing). Olahannya makin diminati baik oleh masyarakat Sulut maupun asal luar wilayah Sulut. Di mana hasil produksinya itu dijual di beberapa toko oleh-oleh dan juga ritel modern.
“Kalau nikenya saya ambil langsung dari nelayan yang ada di Danau Tondano. Kebetulan suami kan pegawai di Minahasa jadi dia yang bawa ke rumah,” jelas salah satu peserta terbaik pelatihan yang diselenggarakan Dinas Koperasi dan UMKM Sulut itu.
Dipaparkannya juga bahwa mengolah nike tore, bahan-bahan yang diperlukan ialah nike, terigu, dan sejumlah bumbu dapur. Nike tore ini dapat bertahan lama hingga enam bulan mengingat dibuat sampai kering baru dimasukkan ke dalam kemasan.
“Untuk minyaknya, jangan pakai itu-itu terus. Sekali pakai saja, soalnya berpengaruh ke rasa garingnya,” tambahnya lagi.
Seiring berjalannya waktu hingga 2020, di mana pandemi melanda, dia sempat terpukul dengan minimnya permintaan. Bahkan dia pernah merasakan omsetnya nol.
“Lima bulan saya sempat tidak produksi karena pandemi. Kalaupun ada tidak sampai 10 persen dan itu juga secara online,” sebut istri Jefstrong Paulus ini.
Lagi-lagi Mey, biasa dia dipanggil, merasakan di balik musibah pasti ada hikmahnya asalkan tidak menyerah. Menurutnya, Tuhan berikan hikmat untuk beriovasi dengan membuat rasa lainnya.
“Saya mulai mencoba membuat menu cakalang tore, dan roa tore. Bumbunya sama dengan nike tore, yang membedakan hanya jenis ikannya saja,” tuturnya.
Perlahan tapi pasti, omsetnya beranjak normal kembali. Dapur produksi Nike Tore Nio’s kembali ngepul, dan tiga orang pekerjanya mulai menggoyang adonan nike tore lagi.
“Puji Tuhan meskipun belum normal sekali tapi permintaan sekarang mulai banyak,” sebutnya.
Dia mensyukuri saat ini hasil usahanya ini sudah diminati di sejumlah negara. Salah satunya Negeri Sakura Jepang.
“Jadi Pemprov Sulut meminta saya memasarkan nike tore ke Jepang. Ternyata disambut baik oleh pasar di sana,” ungkap perempuan asal Tanawangko ini.
Dia mengaku sekarang ini sudah dapat menjual Nike Tore Nio’s ukuran 120 gram sampai dengan 1.200 kemasan. Per kemasan dijual seharga Rp40.000.
Dalam sekali produksi, ia menghabiskan rata-rata 20 kg Nike, 5 kg terigu, 20 kg minyak goreng dan telur sesuai kebutuhan.
Dia bertekad bahwa pandemi jangan menghilangkan inovasi pelaku UMKM. Karena baginya setiap usaha dan doa pasti akan diberkati Tuhan.
“Intinya jangan menyerah,” ujarnya sambil tersenyum.
Selama ini Mey juga memproduksi Kriuk Teri, Kriuk Roa, Kriuk Cakalang, Abon Cakalang, Sambal Roa, Pampis Cakalang dan Cakalang Suwir.
Oh iya Nike Tore Nio’s ini Anda dapat memesannya langsung melalui Instagram @niketoremanado, Facebook Oleh Oleh Manado Nike Tore, WhatsApp 0853-4120-5040. Selain itu bisa didapatkan juga di toko oleh-oleh maupun ritel modern yang ada di Sulut.
(RTG)
















