BPTP Sulut Kembangkan Inovasi Perbenihan Jagung

Oleh: Ronald Ginting

Exposenews.id, Manado – Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) ada di masing-masing provinsi se-Indonesia. Salah satu tugas BPTP ialah menghilirisasi dengan cara diseminasi tekhnologi yang dihasilkan balai komunitas di bawah balai litbang pertanian.

Di Sulawesi Utara (Sulut), komoditas yang terus menjadi perhatian BPTP Sulut untuk dihilirisasi yaitu jagung. Pasalnya jagung banyak dikonsumsi untuk pakan peternakan.

“Contohnya peternakan ayam, peternakan ikan di Minahasa dan Mitra, serta peternakan babi. Kesemuanya butuh pakan yang tidak sedikit dan disupply oleh petani-petani di Sulut, kata Kepala BPTP Sulut Steivie Karouw, di sela-sela FGD soal pengembangan pembenihan jagung, hari ini.

Dikatakan Steivie bahwa persoalan yang ada selama ini yaitu masih adanya gap provitas antara petani dan demfarm yang sudah dihasilkan badan litbang pertanian. Varietas balai petanian serealia menghasilkan provitas sebanyak 12 ton per hektare, sementara di petani sekitar 6 hingga 7 ton per hektare.

“Di sini peran BPTP hadir dengan inovasi tekhnologi bagaimana untuk manajemen budidaya dapat menghasilkan provitas sesuai yang direkomandasikan balai komoditas. Manajemen budidaya yang penting yaitu benih varietas unggul karena Sulut terdiri dari 15 kabupaten kota yang ragam ketinggian.  Apalagi jagung berkembang di kabupaten kota. Contohnya Minahasa berada di dataran menengah hingga tinggi, karena itu diperlukan varietas jagung yang sesuai. Kami mengawal varietas yg sesuai untuk digunakan petani, atau yang sesuai dengan lokasi untuk penanaman jagung,” tambah Steivie.

Dijelaskannya bahwa Sulut memiliki jagung hybrida JH37 yang sudah berkembang di beberapa kabupaten kota. Bahkan sudah menjadi sentra perbenihan JH37.

“Selain itu ada juga penangkarnya di Minahasa, Minsel, Minut, Mitra, dan Bolmong. Kabar baik lainnya adalah sudah ada perusahaan yang berperan sebagai lisensor,” ungkapnya.

Untuk pengawasan mutu benih, BPTP Sulut punya tim supervisi dan pendampingan untuk mengontrol mutu benih yang sesuai spesifikasi dari balai penelitian di Maros. 

“Kami mengawal baik peneliti penyuluh dan teknisi,” ujarnya lagi.

Dia mengapresiasi responsif petani terkait pembenihan jagung ini. Bahkan kebutuhan lebih tinggi dari stok.

“Walau demikian Pemda sudah mencari peluang untuk eskpor ke Filipina benih jagung JH37,” tukasnya.

Sementara, Kepala Balai Penelitian Tanaman Serealia Muhammad Azrai menuturkan Sulut diharapkan menjadi provinsi benih yang berbasis teknologi dan inovasi. Di mana benih jagung dihasilkan masyarakat atau penangkar benih sama dgn multinasional.

“Kenapa harus di daerah? Karena selama ini saat benih dibutuhkan sering telat, jadi kalau sudah diproduksi di Sulut sudah tidak telat lagi. Kemudian kita tidak ingin membeli kucing dalam karung karena beli di daerah lain belum tentu sama dengan di sini,” terangnya.

Menurut Azrai bila menjadi provinsi benih maka dapat menyerap tenaga kerja yang banyak sehingga meningkatkan roda perekonomian daerah. Apalagi proses pembelajarannya di Sulut juga

“Coba kalau nasional keuntungannya dibawa ke luar negeri. Kalau di sini kan beli di sini, untung di sini, kemasannya di sini, jadi cuma putar-putar di Sulut saja. Coba kita lihat di Minahasa dulu ada tawuran antar kelompok, sekarang kan sudah tidak ada lagi karena mereka capai kerja dan sibuk urus benih. Dampak positif lainnya tentu tidak ada lagi kesenjangan sosial,” imbuhnya 

Dia bilang Sulut dapat menjadi eksportir benih yang disegani dengan hasil premium serta dapat bersaing di internasional. Apalagi sekarang sudah ada JH37.

“Pilihannya kan macam-macam karena tak ada satupun varietas yang unggul di semua daerah. Semua punya perbedaan dan keuntungan. Makanya kita terus kembangkan semuanya itu,” tutup dia.

Hadir juga dalam kegiatan itu Kepala Dinas Pertanian dan Peternakan Sulut Novly Wowiling, sejumlah petani jagung, dan tamu undangan lainnya.

(RTG)