Mitra  

Berkunjung ke Tombatu, Jangan Lupa Nikmati Sopulut

banner 120x600

Oleh: Ronald Ginting

Exposenews.id, Tombatu – Bila datang ke Sulawesi Utara, jangan lupa singgah ke Tombatu, Kabupaten Minahasa Tenggara. Di Tombatu, Anda bisa menemukan salah satu kuliner khas yang bernama Sopulut. Jenis kuliner ini kaya energi dan menyehatkan pencernaan.

Sopulut sudah dikenal sejak zaman dahulu oleh leluhur etnis Tonsawang, dan tidak dapat dipastikan sejak tahun berapa, tetapi makanan ini sudah menjadi makanan favorit masyarakat turun temurun dan masih digemari hingga sekarang.

Pada mulanya, sopulut diperkenalkan oleh para petani. Ketika mereka membuka lahan pertanian di mana letaknya jauh dari kampung, mereka harus tinggal dan menginap di hutan tempat mereka membuka lahan.

Biasanya para petani membawa keluarganya selama masa pengolahan lahan. Untuk memenuhi kebutuhan makanan setiap harinya, mereka memanfaatkan tanaman berupa ubi, pisang, talas ataupun jagung, sagu, serta berbagai sayuran yang tumbuh subur di ladangnya.

Melalui pengetahuan meracik dan meramu sayuran yang ada di sekitarnya, lahirlah makanan yang disebut dengan sopulut atau zaman sekarang banyak yang menyebutnya dengan pizza Tombatu. Makanan ini tidak saja mengenyangkan tetapi juga menjadi sumber energi, menyehatkan serta memperlancar pencernaan.

Arti kata sopulut, tidak ditemukan dalam kamus Bahasa Tonsawang. Sopulut hanya didefenisikan sebagai makanan yang dimasak dari sayur-sayuran dan sagu.

Sopulut merupakan makanan alamiah karena semua bahan-bahannya segar dan tersedia dari alam. Bahan-bahan pembuatan sopulut terdapat di Tombatu dan sekitarnya. Bahan-bahan tersebut mudah ditemukan karena lingkungan alam berperan penting dalam ketersediaan.

Banyak juga orang yang menanam sayur-sayuran di pekarangan rumah. Bahan-bahan pembuatan Sopulut biasanya ditanam dan tumbuh di pekarangan rumah seperti sayur gedi, sayur katu, paria, pepaya, dan berbagai sayur lainnya. Hanya kangkung yang jarang ditanam di pekarangan rumah.

Kangkung biasanya diambil dari sawah atau di sekitar Danau Bulilin. Oleh sebab itu, bahan-bahan tersebut tidak perlu dibeli di pasar karena sudah tersedia di halaman rumah, ladang, dan sawah. Hanya ikan yang dibeli untuk bahan pembuatan sambal atau dabu-dabu roa.

Sagu juga dulu diolah sendiri karena pohon sagu banyak yang tumbuh. Namun belakangan ini, sagu bisa dibeli di pasar.

Bagi Suku Tonsawang, dulu nasi merupakan makanan kedua. Penduduk Tonsawang lebih mudah dan cepat memperoleh sagu daripada beras, karena di wilayah ini banyak tumbuh pohon sagu tanpa memerlukan pemeliharaan.

Makna sopulut adalah sebagai pemberi tenaga dalam melaksanakan pengolahan pertanian dan perkebunan. Dan mempunyai nilai ekonomis, masyarakat memanfaatkan tumbuh-tumbuhan yang ada di sekitar tempat tinggal, sehingga sampai saat ini masyarakat suku Suku Tonsawang yang ada di Kabupaten Minahasa Tenggara menjadikan sopulut sebagai makanan kesukaan.

Secara umum, bahan-bahan untuk pembuatan sopulut adalah sebagai berikut:

1) Daun pepaya

2) Kangkung

3) Daun gedi

4) Labu (sambiki)

5) Tepung sagu

6) Sayur paku

7) Minyak kelapa

8) Bumbu ( batang bawang, kemangi, daun kuning)

Semua bahan-bahan berupa berbagai sayuran dicuci hingga bersih, kemudian ditiriskan sampai kering. Kalau masih banyak air maka nantinya rasa sopulut kurang enak. Untuk mengeringkan bahan-bahan tersebut, sebagian orang mencuci dan menjemurnya satu hari sebelum dimasak.

Setelah kering, bahan-bahan tersebut diiris halus. Bahan sayur dan bumbu yang sudah diiris halus, dicampur dengan tepung sagu hingga merata. Bahan tersebut diaduk-aduk hingga tercampur merata.

Setelah itu sesuai ukuran atau takaran dimasukkan ke dalam wajan yang dioles sedikit minyak kelapa, dipipihkan dan ditutup rapat.

Mengenai takaran tergantung dengan selera. Kalau suka pahit, maka tambahi lagi daun pepayanya. Proses memasak berlangsung selama kurang lebih 15 menit (hingga matang).

Setelah masak, sopulut diletakkan di atas daun pisang atau piring. Makanan ini lebih nikmat dikonsumsi ketika masih hangat-hangat. Sopulut bisa menjadi lauk nasi tapi bisa juga dimakan tanpa nasi.

Sopulut tidak bisa bertahan lama, kalau dibiarkan lama setelah masak, maka sopulut mengeras. Jadi makanan ini terasa enak kalau dimakan saat hangat. Selain itu makanan ini enak dimakan bersama sambal ikan atau dabu-dabu roa. Bahkan, tua-tua kampung, biasanya menikmati sopulut dengan minuman saguer.

(RTG)