Berita  

Misi B-1B AS di Perairan Venezuela Picu Ancaman Balasan 5.000 Rudal Rusia dari Maduro

Exposenews.id – Sebuah pesawat pengebom strategis B-1B milik Amerika Serikat baru-baru ini secara mengejutkan terpantau menerobos langit di atas Laut Karibia. Lebih panas lagi, pesawat tempur canggih itu terbang sangat dekat dengan perairan teritorial Venezuela pada Kamis (23/10/2025). Bahkan, data real-time dari situs pelacak penerbangan Flightradar24 dengan jelas menunjukkan bagaimana bomber tersebut sempat bergerak menuju wilayah udara Venezuela sebelum akhirnya berbalik arah. Aksi “sentil-lari” ini, tentu saja, langsung memantik kewaspadaan tinggi.

Kedatangan Kedua dalam Seminggu

Nah, yang bikin situasi makin panas, ternyata ini bukanlah unjuk kekuatan pertama AS dalam sepekan terakhir. Sebelumnya, kita juga sudah menyaksikan pengebom berat legendaris B-52 beroperasi berjam-jam di lepas pantai Venezuela. Dengan kata lain, AS seperti sengaja menunjukkan taringnya secara beruntun di halaman belakang Venezuela, menciptakan irama ketegangan yang semakin mencekam.

Operasi Anti-Narkoba atau Penggulingan Pemerintahan?

Lalu, apa sebenarnya yang memicu semua ini? Ternyata, Washington sedang menjalankan kampanye militer besar-besaran yang mereka klaim sebagai operasi pemberantasan jaringan narkotika di Amerika Latin. Sebagai bagian dari operasi ini, AS dengan percaya diri mengerahkan aset-aset perang andalannya, mulai dari pesawat siluman tak terdeteksi hingga kapal perang besar, di sekitar perairan Karibia. Namun, di balik klaim muluk tersebut, operasi ini telah menimbulkan korban jiwa yang tidak sedikit. Catatan AFP, yang merujuk pada data AS sendiri, mengungkapkan bahwa serangan yang dimulai sejak 2 September itu telah merenggut nyawa sedikitnya 37 orang.

Akibatnya, banyak pihak mulai mencurigai motif sebenarnya. Pada kenyataannya, sejumlah pengamat dan pemangku kepentingan menilai operasi anti-narkotika ini hanyalah kedok belaka. Mereka percaya, ini adalah upaya terselubung AS untuk menekan dan menggulingkan pemerintahan Presiden Nicolas Maduro. Di sisi lain, militer AS berusaha melunakkan kritik dengan pernyataan resmi yang terdengar sangat diplomatis. Mereka menyatakan misi ini bertujuan untuk “secara proaktif mencegah ancaman, meningkatkan pelatihan kru, dan memastikan kesiapan global.” Sayangnya, klaim ini terasa sulit dipercaya. Pasalnya, hingga detik ini Washington ternyata belum juga memproduksi bukti kuat bahwa sasaran mereka—yang terdiri dari delapan kapal dan satu kapal semi-submersible—benar-benar digunakan untuk menyelundupkan narkoba.

Trump Bantah, Maduro Ancam Balas

Nah, alur cerita ini justru menjadi semakin rumit dan membingungkan ketika Presiden AS Donald Trump ikut angkat bicara. Yang mengejutkan, Trump secara terang-terangan membantah bahwa penerbangan B-1B itu pernah terjadi! Ia dengan singkat mengatakan, “Itu tidak benar,” ketika ditanya tentang laporan tersebut. Meskipun demikian, Trump tetap menyelipkan ancaman halus dengan menambahkan, “AS tidak senang dengan Venezuela karena banyak alali.” Pernyataan kontradiktif ini langsung menciptakan kebingungan massal. Bagaimana tidak, data penerbangan publik dengan gamblang menampilkan pergerakan B-1B di lokasi dan waktu yang persis seperti dalam laporan. Artinya, ada upaya untuk mengaburkan fakta di tingkat tertinggi.

Tak mau tinggal diam, Presiden Venezuela Nicolas Maduro pun merespons dengan sangat keras. Sejak operasi militer AS diluncurkan, ketegangan di kawasan Karibia telah melonjak secara drastis. Caracas dengan lantang menuduh Washington berusaha menggulingkan pemerintahan yang sah dengan memanfaatkan dalih perang melawan narkoba. Oleh karena itu, Maduro tidak punya pilihan lain kecuali bersikap tegas.

Sebagai bentuk perlawanan, Maduro kemudian mengeluarkan pernyataan yang sangat provokatif pada Rabu malam. Ia memperingatkan bahwa negaranya telah bersiap siaga untuk menghadapi segala bentuk ancaman eksternal. Bahkan, dengan penuh keyakinan, ia mengungkapkan senjata andalannya: “Venezuela memiliki 5.000 peluncur rudal portabel buatan Rusia untuk melawan pasukan AS.” Pernyataan ini bukan hanya sekadar gertakan, melainkan sebuah penegasan bahwa Venezuela siap berperang jika dipaksa. Dengan demikian, kawasan ini kini seperti menjadi bubuk mesiu yang hanya menucngu percikan api kecil untuk meledak.

Dapatkan juga berita teknologi terbaru hanya di newtechclub.com

Exit mobile version