Exposenews.id – Dalam momen yang seharusnya penuh suka cita, justru kabar duka yang paling dalam menyelimuti jajaran TNI Angkatan Darat menjelang peringatan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-80 Tentara Nasional Indonesia (TNI). Sungguh, sebuah tragedi memilukan merenggut nyawa seorang prajurit muda yang tengah berjuang mempersiapkan perayaan kebanggaan bangsa.
Pada Sabtu (4/10/2025) malam lalu, di kawasan Monumen Nasional (Monas), Jakarta, sebuah insiden tragis pun terjadi. Pratu Johari Alfarizi, seorang prajurit Kostrad yang penuh dedikasi, dilaporkan terjatuh dari atas tank Marder. Lebih spesifik lagi, tank tersebut saat itu sedang diangkut menggunakan kendaraan transporter. Akibatnya, ia mengalami cedera serius akibat terjatuh dari ketinggian yang signifikan.
Pangkostrad, Letjen Mohammad Fadjar, dengan segera mengonfirmasi kabar duka yang menyayat hati ini. Beliau dengan jelas menerangkan, “Almarhum Pratu Johari Alfarizi saat bertugas terjatuh (ketinggian sekitar 4 meter) dan mengalami patah leher.” Pernyataan ini sekaligus menegaskan betapa berbahayanya tugas yang diemban oleh para prajurit kita, bahkan dalam masa persiapan sekalipun.
Setelah kejadian tersebut, tim medis langsung membawa almarhum dengan cepat ke Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD) Gatot Soebroto. Di sana, para dokter berusaha memberikan penanganan medis terbaik. Namun, sayangnya, kondisi kritis yang dialaminya tidak dapat tertolong. Akhirnya, nyawa prajurit muda yang begitu bersemangat itu pun dinyatakan melayang.
Lantas, siapakah sebenarnya sosok Pratu Johari Alfarizi ini? Ternyata, ia merupakan anggota Batalyon Kavaleri 1/Tank Badak Ceta Cakti (Yonkav 1/BCC/1) Kostrad, sebuah satuan elit yang bermarkas di Jakarta Timur. Sebagai informasi, Kostrad sendiri merupakan satuan utama TNI AD yang memikul tanggung jawab besar untuk menjaga kedaulatan dan integritas wilayah Indonesia sepenuh hati. Sementara itu, pangkat Prajurit Satu (Pratu) yang disandangnya merupakan pangkat dalam jenjang Tamtama, yang biasanya ditandai dengan dua garis merah vertikal di pundak seragamnya.
Yang tak kalah mengharukan, Johari Alfarizi ternyata berasal dari Desa Pasir Penjengakan, Kecamatan Lawe Bulan, Kabupaten Aceh Tenggara. Seluruh rekan dan atasannya mengenalnya sebagai prajurit yang sangat berdedikasi tinggi. Bahkan, hingga detik terakhir hidupnya, ia menunjukkan komitmennya dengan menjalani setiap tugas penuh tanggung jawab.
Kemudian, bagaimana proses terakhir sang pahlawan? Setelah jenazahnya diberangkatkan dari Jakarta dengan upacara penghormatan, Pratu Johari Alfarizi akhirnya dimakamkan secara militer di kampung halamannya pada Senin (6/10/2025). Prosesi pemakaman yang penuh khidmat ini dipimpin langsung oleh Kepala Staf Kodim 0108/Agara, Mayor Inf Ronny Mahendra. Suasana haru dan duka yang amat mendalam jelas terlihat sepanjang acara.
Isak tangis pilu keluarga serta rekan-rekan sejawatnya tanpa henti mengiringi setiap langkah prosesi pemakaman sang prajurit. Mayor Inf Ronny dengan suara bergetar menyampaikan, “Kepergian almarhum sungguh sangat mengejutkan dan menimbulkan kesedihan yang mendalam bagi kita semua, khususnya bagi keluarga yang ditinggalkan.” Selanjutnya, ia mengingatkan semua yang hadir bahwa sebagai umat beragama, kita harus menerima keputusan ini dengan ikhlas karena semuanya merupakan ketentuan dari Allah SWT.
Tak lupa, Mayor Ronny juga dengan tulus mendoakan agar almarhum diampuni segala kesalahannya dan mendapat tempat yang mulia di sisi Tuhan Yang Maha Esa. Di akhir sambutannya, ia pun mengajak seluruh hadirin untuk memaafkan segala kekhilafan yang mungkin pernah dilakukan almarhum semasa hidupnya.
Di kesempatan terpisah, Pangkostrad Letjen Mohammad Fadjar kembali menyampaikan duka cita yang mendalam atas gugurnya Johari Alfarizi. Beliau memastikan bahwa bentuk perhatian dan penghargaan dari institusi TNI telah diberikan sepenuhnya kepada keluarga almarhum. “Santunan sudah diberikan, dari Panglima TNI, Pangkostrad, dan komandan satuannya,” tegas Fadjar sebagai bentuk komitmen TNI terhadap keluarga para pahlawannya.
Kisah gugurnya Pratu Johari Alfarizi ini bukan sekadar angka statistik. Di balik seragam militernya, ada seorang anak muda dari Aceh Tenggara yang dengan gagah berani mengabdi untuk negara. Ia gugur bukan di medan tempur, tetapi justru saat mempersiapkan perayaan untuk institusi yang dicintainya. Ironi inilah yang membuat kisahnya terasa begitu pilu. Dedikasinya yang tak kenal lelah, hingga titik napas terakhir, menjadi bukti nyata jiwa korsa yang tertanam kuat dalam diri setiap prajurit TNI. Tragedi ini mengajarkan kita bahwa pengorbanan seorang prajurit bisa datang dari mana saja dan kapan saja. Oleh karena itu, kita sebagai bangsa harus selalu mengenang dan menghormati setiap tetes keringat dan darah yang mereka curahkan. Inilah pahlawan masa kini yang gugur dalam kesunyian, jauh dari sorak-sorai perayaan yang sedang dipersiapkannya. Semoga jasanya diterima dengan baik di sisi-Nya dan keluarga yang ditinggalkan diberi ketabahan.
Dapatkan juga berita teknologi terbaru hanya di newtechclub.com