Berita  

Wabah Campak Pamekasan Merenggut 7 Nyawa, Masyarakat Diminta Waspada

Petugas kesehatan melakukan imunisasi campak tambahan di Kecamatan Pasean Pamekasan,

Exposenews.id – Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Pamekasan, Jawa Timur, baru saja mengonfirmasi kabar duka yang semakin mencemaskan. Berdasarkan laporan terbaru mereka, jumlah korban meninggal dunia akibat wabah campak di wilayah tersebut ternyata terus merangkak naik. Secara mengejutkan, total korban jiwa kini mencapai tujuh orang, yang artinya terjadi penambahan dua orang dari laporan sebelumnya yang menyatakan lima orang meninggal.

Lonjakan Kasus Campak yang Mencengangkan

Tak hanya itu, peningkatan kasus secara keseluruhan juga terjadi sangat drastis. Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinkes Pamekasan, Avira Sulistyowati, memaparkan data terbaru yang menunjukkan lonjakan signifikan warga yang diduga terpapar campak. Sebagai buktinya, hingga saat ini, tercatat 734 orang yang masuk dalam kategori suspek campak. Angka ini sungguh mencengangkan karena meningkat tajam sebanyak 214 orang hanya dalam seminggu, dari yang sebelumnya 520 orang.

Lebih lanjut, Avira mempertegas bahwa data korban meninggal ini berasal dari laporan terbaru setiap puskesmas per hari ini. Dia juga menambahkan sebuah fakta pilu, dua orang dari jumlah suspek tersebut menghembuskan napas terakhirnya dalam sepekan terakhir, seperti dikutip dari Antara, Senin (22/9/2025).

Peta Persebaran Korban Jiwa

Lantas, bagaimana persebaran korban jiwa ini? Ternyata, ketujuh korban meninggal tersebut berasal dari lima kecamatan yang berbeda di Pamekasan. Untuk lebih jelasnya, berikut rinciannya: Kecamatan Proppo kehilangan dua anak, disusul oleh Kecamatan Pademawu, Tlanakan, dan Batumarmar yang masing-masing kehilangan satu anak. Sementara itu, Kecamatan Pasean menjadi wilayah dengan duka terbesar, dengan dua anak yang menjadi korban.

Di sisi lain, dari total 734 suspek campak yang membludak itu, kondisi pasien mulai menunjukkan titik terang. Secara rinci, sebanyak 178 orang telah dinyatakan positif terjangkit campak, dan kabar baiknya, 672 orang lainnya telah dinyatakan sembuh. Akan tetapi, kita tidak boleh berpuas diri karena 55 orang sisanya masih harus menjalani perawatan intensif di berbagai fasilitas kesehatan setempat.

Imbauan dan Aksi Dinkes Pamekasan

Menghadapi krisis kesehatan ini, Dinkes Pamekasan pun tidak tinggal diam. Mereka secara aktif mengimbau masyarakat untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap penularan campak dengan memperkuat pola hidup sehat. Yang terpenting, mereka menekankan untuk memastikan anak-anak mendapatkan imunisasi campak yang lengkap. Avira menegaskan bahwa petugas kesehatan terus bekerja tanpa henti melakukan pemantauan, sosialisasi, serta penanganan medis agar kasus ini dapat dikendalikan dan tidak semakin meluas.

Mengapa kewaspadaan harus sangat ditingkatkan? Jawabannya terletak pada sifat penyakit campak itu sendiri. Seperti yang kita ketahui, campak merupakan penyakit dengan tingkat penularan yang sangat tinggi. Bayangkan, satu orang penderita saja dapat dengan mudah menularkan virus kepada 12 hingga 18 orang lainnya hanya melalui droplet dari batuk atau bersin. Oleh karena itu, kebiasaan masyarakat yang sering berkumpul dinilai sangat berpotensi mempercepat rantai penularan.

Sebagai langkah konkret penanggulangan, Avira mengungkapkan strategi jitu mereka. “Selain terus-menerus mengingatkan masyarakat untuk menerapkan perilaku hidup sehat, kami juga secara serentak melakukan imunisasi massal campak di semua kecamatan,” tambah Avira penuh semangat.

Kendala Besar di Balik Wabah: Status KLB yang Mandek

Namun, di balik semua upaya tersebut, tersembunyi sebuah kendala besar yang justru menghambat penanganan maksimal. Faktanya, kasus campak yang meningkat pesat di Pamekasan sebenarnya sudah memenuhi semua syarat untuk ditetapkan sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB). Sayangnya, deklarasi status KLB yang sangat krusial ini ternyata tidak dapat diwujudkan akibat terkendala keterbatasan anggaran.

Bahkan, kendala anggaran ini sempat disinggung langsung oleh Bupati Pamekasan. Pada Rabu (17/9/2025), dalam audiensi dengan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Pamekasan, Bupati Kholilurrahman menyatakan bahwa hambatan anggaran ini muncul sebagai dampak dari kebijakan efisiensi.

Kebijakan ini pun menuai kritik dari pakar kesehatan. Health Specialist Unicef Indonesia wilayah Jawa Timur, Armunanto, dengan tegas menyatakan bahwa Pamekasan seharusnya sudah ditetapkan sebagai KLB campak. Dia memberikan alasan yang kuat, “Karena pada awalnya kasus di Pamekasan tidak sebanyak saat ini, maka secara epidemiologis, kondisi ini sudah dapat dikategorikan sebagai KLB,” ujarnya memberikan penekanan. Dengan kata lain, penetapan KLB yang tertunda ini dikhawatirkan akan memperlambat respons dan memperparah situasi wabah yang ada.

Dapatkan juga berita teknologi terbaru hanya di newtechclub.com